Popularitas Netanyahu Naik setelah Serangan ke Hizbullah

- Popularitas Netanyahu meningkat setelah keberhasilan militer melawan Hizbullah di Lebanon
- Survei menunjukkan partai Likud akan memenangkan lebih banyak kursi, tetapi tidak memproyeksikan kemenangan Netanyahu secara keseluruhan
- Peningkatan dukungan untuk Netanyahu setelah terbunuhnya Hassan Nasrallah, namun operasi militer di Gaza menghambat kemajuannya
Jakarta, IDN Times - Popularitas Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, meningkat setelah keberhasilan militer negaranya dalam melawan Hizbullah di Lebanon. Sebelumnya, popularitasnya sempat terpuruk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa partai Likud yang dipimpin Perdana Menteri Israel tersebut akan memenangkan lebih banyak kursi dibandingkan yang lainnya jika pemilihan umum diadakan.
Namun, survei tersebut tidak memproyeksikan kemenangan Netanyahu secara keseluruhan, melainkan menunjukkan bahwa partai oposisi saat ini akan memiliki lebih banyak anggota parlemen, sehingga memungkinkan mereka untuk membentuk koalisi.
1. Kematian Nasrallah mendongkrak reputasi Netanyahu
Dilansir dari The National, juru survei Israel, Dahlia Scheindlin, memprediksi akan ada peningkatan dukungan untuk Netanyahu dalam beberapa hari mendatang setelah terbunuhnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara Israel pada Jumat (27/9/2024).
"Pembunuhan (Nasrallah) tersebut menciptakan kesan bahwa Israel mengambil kembali inisiatif dan kembali ke citra negara yang ingin diingat oleh orang Israel tentang diri mereka: bahwa mereka dapat mengakali musuh di medan perang dan merespons tuntutan publik yang sangat serius untuk merebut kembali wilayah kedaulatan Israel di utara," jelasnya.
Namun, Scheindlin mengatakan bahwa operasi militer yang melemah di Gaza masih menghambat kemajuan negara itu, sehingga tidak memberikan dampak positif bagi Netanyahu dalam jajak pendapat.
“Tidak ada strategi, tidak ada rencana, tidak ada visi untuk hari berikutnya, tidak ada kepemimpinan alternatif yang ingin didiskusikan atau diungkapkan oleh Netanyahu. Jadi, saya pikir dia tidak akan bisa lepas dari serangan 7 Oktober dan dampaknya terhadap situasi tersebut," tambahnya.
2. Peningkatan popularitas Netanyahu hanya berlangsung sementara
Anshel Pfeffer, yang menulis biografi Netanyahu, menilai bahwa peningkatan popularitas perdana menteri tersebut hanya bersifat sementara.
“Perang di Gaza tidak akan berakhir, dan perang di Lebanon mungkin akan menjadi sebuah situasi yang rumit meskipun ada keberhasilan awal ini. Masalah yang lebih besar adalah bahwa orang Israel masih menyalahkan (Netanyahu) atas peristiwa 7 Oktober dan keterpecahan yang terjadi sebelum itu," ungkapnya.
“Saya pikir dalam jangka panjang hal ini tidak akan menyelamatkan karirnya dan tidak akan memperbaiki catatan sejarahnya, terutama karena meskipun Netanyahu ingin mengambil kredit atas apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, banyak orang menyadari bahwa itu bukan karena Netanyahu – dia hampir tidak memberikan izin untuk operasi-operasi ini – melainkan berkat badan intelijen, keamanan, dan (militer) yang sering dipandang negatif," tambahnya.
3. Pemilu Israel selanjutnya diadakan pada 2026
Dukungan terhadap Netanyahu dan partainya sempat mengalami penurun besar dalam jajak pendapat akhir tahun lalu.
Citranya sebagai "Tuan Keamanan” hancur setelah pejuang Hamas melancarkan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas. Israel kemudian membalasnya dengan melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41 ribu warga Palestina.
Sementara itu, pemilihan umum di Israel dijadwalkan akan diselenggarakan pada 2026, sesuai dengan jadwal biasanya, dan hanya ada sedikit cara untuk mengadakan pemilu lebih awal.
“Untuk dapat diadakan pemilihan lebih awal, sebagian dari koalisi harus berpaling darinya atau jika dia gagal meloloskan anggaran pada akhir Maret, yang masih enam bulan lagi,” kata Pfeffer.