Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden El Salvador Bakal Tambah Kapasitas Penjara

Presiden El Salvador, Nayib Bukele (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden El Salvador, Nayib Bukele (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Presiden El Salvador akan memperluas penjara raksasa Cecot untuk menampung tahanan, termasuk terduga pelaku kriminal dari AS.
  • Bukele bertemu dengan Presiden Trump dan siap membantu AS lawan kriminalitas, namun menolak mengembalikan imigran deportasi yang memiliki izin tinggal legal di AS.
  • Pengiriman narapidana dari AS ke El Salvador menuai kritik dari Human Rights Watch karena diduga untuk mengusir migran tanpa perlindungan hukum. Sejumlah pengamat juga menduga mayoritas deportasi bukan pelaku kriminal.

Jakarta, IDN Times - Presiden El Salvador Nayib Bukele, pada Jumat (18/4/2025), mengumumkan rencana perluasan penjara raksasa, Terrorism Confinement Center (Cecot) untuk meningkatkan kapasitas daya tampung tahanan. 

"Saya tidak tahu apa hukum yang berlaku Amerika Serikat (AS), tapi kami juga memiliki pelaku kriminal di negara kami sendiri. Saya ingin memasukkan mereka ke dalam kelompok yang kami datangkan dari negara ini," tuturnya, dikutip Mercopress.

Pada pertengahan Maret, AS sudah mengirimkan terduga anggota geng kriminal asal Venezuela, Tren de Aragua ke El Salvador. Pengiriman ini berdasarkan kesepakatan kedua negara soal penampungan terduga pelaku kriminalitas dari AS. 

1. Bukele adakan kunjungan ke Washington

Pekan ini, Bukele sudah mengadakan kunjungan kenegaraan ke AS untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump. Ia menjadi pemimpin Amerika Latin pertama yang berkunjung ke AS di bawah kepemimpinan Trump. 

Dalam pertemuan itu, Trump mengapresiasi kinerja Bukele dalam membangun dan memberantas kriminalitas di El Salvador. Sementara, Bukele mengaku siap membantu AS dalam mengatasi permasalahan kriminalitas di negaranya. 

Di sisi lain, Bukele menyebut tidak akan memulangkan Kilmar Abrego Garcia, seorang imigran El Salvador di Maryland yang dideportasi dari AS pada Maret lalu. Padahal, Abrego Garcia diketahui sudah mengantongi izin tinggal secara legal di AS. 

"Bagaimana saya mengembalikan dia (Garcia) ke AS? Haruskah saya menyelundupkannya ke AS atau bagaimana? Tentu saja, saya tidak akan melakukannya. Pertanyaan ini adalah lelucon," ungkap Bukele. 

2. Abrego Garcia sudah dipindahkan dari Cecot

Senator Maryland dari Partai Demokrat, Chris Van Hollen mengatakan bahwa ia sudah bertemu dengan Abrego Garcia. Ia menyebut, Garcia mengalami trauma setelah dikirim dan dimasukkan ke dalam Cecot dan kini sudah dipindahkan ke penjara lain. 

"Dia menyebut tidak takut berada di penjaga lain, tapi dia mengalami trauma selama berada di Cecot. Ia pun takut dengan narapidana dari sel lain yang menghinanya dengan berbagai cara. Dia sekarang sudah dipindahkan ke Santa Ana dengan kondisi yang lebih baik," ungkapnya, dikutip CNN.

Ia mengklaim bahwa pemerintahan Trump telah berkomitmen untuk membayar El Salvador untuk menampung terduga pelaku kriminal dari AS sebesar 15 juta dolar AS (Rp252 miliar). Namun, Washington baru membayar sebesar 4 juta dolar AS (Rp67,4 miliar).

3. HRW tuding AS sengaja kirim migran ke El Salvador

Human Rights Watch (HRW) menduga pengiriman narapidana dari AS ke El Salvador ini untuk mengusir migran ataupun orang yang tak diinginkan dari AS. Pihaknya juga melaporkan adanya penahanan paksa tanpa perlindungan hukum.

"Apa yang mencoba mereka ciptakan adalah Guatanamo dan lubang hitam di mana tidak ada perlndungan hukum kepada orang tersebut," ungkap Wakil Kepala HRW Amerika, Juan Pappier, dilansir Le Monde.

Sejumlah pengamat menduga bahwa mayoritas migran yang dideportasi dari AS ke El Salvador pada pertengahan Maret bukanlah pelaku kriminal. Mereka telah mendapatkan status pencari suaka di AS. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us