Presiden Kenya Pecat Sebagian Besar Kabinetnya

- Presiden Kenya William Ruto memecat sebagian besar anggota kabinetnya, kecuali Menteri Luar Negeri dan PM.
- Pemecatan dilakukan setelah protes RUU usulan kenaikan pajak berubah menjadi kerusuhan fatal yang menewaskan lebih dari 30 orang.
- Ruto berjanji membentuk pemerintahan baru untuk mengatasi beban hutang, korupsi, dan efisiensi lembaga pemerintah.
Jakarta, IDN Times - Presiden Kenya William Ruto memecat sebagian besar anggota kabinetnya. Tindakan itu dilakukan pada Kamis (11/7/2024), kecuali Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri (PM) yang tidak dipecat.
Pemecatan dilakukan menyusul aksi protes selama beberapa minggu, yang memprotes rancangan undang-undang (RUU) usulan kenaikan pajak.
Protes berubah menjadi seruan agar Presiden Kenya memecat menteri-menteri yang diduga korup serta agar Ruto mundur dari jabatan. Protes juga berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan. Lebih dari 30 orang tewas dalam peristiwa itu.
1. Mendengar pendapat masyarakat

Dalam pidatonya yang disiarkan hari Kamis, Ruto mengatakan tindakan pemecatan adalah tindak lanjut dari penilaian holistik atas kinerja kabinet. Dia mengambil keputusan usai mendengar pendapat masyarakat dan berjanji akan membentuk pemerintahan baru.
"Setelah merenungkan dan mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan rakyat Kenya dan setelah penilaian holistik atas kinerja kabinet saya serta pencapaian dan tantangannya, hari ini saya sejalan dengan kewenangan yang diberikan kepada saya, memutuskan untuk segera memberhentikan berlaku semua Menteri dan Jaksa Agung dari kabinet Republik Kenya kecuali Menteri Kabinet utama dan Menteri Kabinet urusan luar negeri dan diaspora," ujarnya, dikutip VOA News.
Boniface Mwangi, seorang aktivis politik Kenya yang merupakan salah satu penyelenggara protes mengatakan, Presiden Ruto perlu mengubah cara kerjanya.
"Kami sangat senang karena ini juga merupakan awal dari akhir baginya. Kami tidak bisa memiliki pemerintahan yang tidak kompeten, kami tidak bisa memiliki pemerintahan yang membunuh generasi mudanya," katanya.
2. Demonstran tuduh kabinet tidak kompeten dan arogan
Pemerintahan baru yang terbentuk, akan membantu mempercepat penerapan program radikal yang diperlukan. Ruto berjanji mendesak percepatan untuk mengatasi beban hutang pemerintah, meningkatkan sumber daya alam, memperluas kesempatan kerja, dan efisiensi pada banyak lembaga pemerintah serta membasmi korupsi.
Dilansir Associated Press, Ruto menunjuk 21 Menteri setelah terpilih. Para kritikus menuduh Ruto memilih kroni politik dan menyimpang dari praktik sebelumnya yang menunjuk para teknokrat.
Beberapa kementerian, termasuk pertanian dan kesehatan, dilanda skandal korupsi yang melibatkan pupuk palsu dan penyelewengan dana.
Para demonstran yang protes, menunduh kabinet tidak kompeten, arogan dan menunjukkan kemewahan saat warga Kenya berjuang menghadapi pajak tinggi dan krisis biaya hidup.
3. Presiden akan berkonsultasi membentuk formasi politik baru

Presiden Ruto terpilih sebagai presiden dua tahun lalu dengan selisih yang tipis. Pemerintahan yang ia pimpin, memiliki beban hutang publik yang tinggi dan RUU yang disahkan oleh parlemen untuk menaikkan pajak bertujuan agar bisa memperoleh pendanaan guna membayar hutan tersebut.
Warga Kenya kecewa dan marah atas RUU tersebut. Mereka turun ke jalanan, melakukan demonstrasi besar yang berubah menjadi kekerasan yang mematikan.
Dilansir Al Jazeera, demonstrasi itu dipimpin sebagian besar oleh kaum muda Generasi Z. Demonstrasi mendorong pemerintahan Ruto ke dalam krisis paling serius dalam masa kepresidenannya.
"Saya akan segera terlibat dalam konsultasi ekstensif di berbagai sektor dan formasi politik serta masyarakat Kenya lainnya, baik di pemerintahan maupun swasta, dengan tujuan membentuk pemerintahan berbasis luas," kata Ruto.