Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dirawat Berhari-hari, Presiden Palestina Terserang Penyakit Paru-paru

twitter.com/aaindonesian
twitter.com/aaindonesian

Ramallah, IDN Times - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, sejak Minggu, 20 Mei 2018 telah menginap di rumah sakit yang ada di Ramallah. Berawal dari hanya sakit demam saja, Mahmoud Abbas justru dinyatakan menderita penyakit radang paru-paru. Bagaimana awal ceritanya?

1. Hal itu diungkapkan oleh seorang rekan politik yang juga seorang dokter

twitter.com/Ahmad_tibi
twitter.com/Ahmad_tibi

Dilansir dari Aljazeera.com, kabar Mahmoud Abbas menderita penyaki radang paru-paru disampaikan oleh seorang rekan dari Abbas di dunia politik, yang juga seorang dokter, Ahmad Tibi. Di akun Twitter miliknya, ia telah berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Abbas pada hari Senin malam waktu setempat.

"Saya mengunjungi Presiden Abbas di rumah sakit malam ini. Dia menderita radang paru-paru dan diobati dengan antibiotik. Untuk memulihkan kondisinya, beliau akan menghabiskan selama beberapa hari ke depan di rumah sakit. Kami bertemu membahas beberapa masalah politik," ungkap cuitan yang ditulis oleh Ahmad Tibi, melalui akun Twitter miliknya @Ahmad_tibi.

2. Kondisi Abbas telah mengalami kemajuan pesat

euronews.com
euronews.com

Kondisi Abbas telah mengalami peningkatan pesat dan Abbas sudah berbicara dengan beberapa pejabat regional untuk meyakinkan kondisinya saat ini. Penjabat senior Palestina, Saeb Erekat, menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk menjenguk Abbas.

Pada hari Selasa ini, Abbas telah menjalani operasi kecil di bagian telinga dan berjalan dengan lancar. Ternyata, kebiasaan buruk Abbas, yang merupakan seorang perokok berat ini, membuat kesehatan paru-parunya agak sedikit menurun.

Tak hanya itu, Abbas memiliki riwayat penyakit mulai dari masalah jantung hingga kanker prostat yang pernah dialaminya satu dekade lalu.

3. Dengan kondisi seperti ini, Abbas justru menolak menunjuk calon pengganti dirinya

twitter.com/DrDavidHulme
twitter.com/DrDavidHulme

Dengan kondisi seperti ini, Abbas justru menolak untuk menunjuk pengganti dirinya. Hal ini didasarkan pada saat diskusi mengenai pasca rezim Abbas. Karena para penjabat Palestina merasa khawatir beberapa calon penerus diam-diam akan merebut kekuasaan.

Abbas telah memenangkan Pemilu Palestina pada tahun 2005. Namun sejak menjabat, tidak pernah diadakan lagi pemilihan umum untuk menentukan pemimpin baru. Abbas berpendapat perpecahan antara partai Fatah dan kelompok teror Islam Hamas, yang mengendalikan Jalur Gaza, telah membuat pemilu secara politis dinilai mustahil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us