Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Venezuela: Kami Siap Menghadapi Invasi AS

Presiden Venezuela, Nicolás Maduro. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Venezuela, Nicolás Maduro. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Kapal-kapal perang AS bergerak menuju Venezuela
  • Guyana dan oposisi Venezuela sambut kehadiran kapal AS
  • AS tidak mengakui pemerintahan Maduro
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyatakan negaranya siap berperang sebagai respons atas pengerahan besar-besaran kekuatan militer Amerika Serikat (AS) di Laut Karibia. Ia tidak akan ragu mendeklarasikan kondisi "republik bersenjata" jika Venezuela mendapat serangan dari pasukan AS.

Maduro menuduh manuver militer tersebut bertujuan untuk menggulingkan pemerintahannya yang sah. Menurutnya, pengerahan kekuatan ini merupakan ancaman paling serius yang pernah dihadapi benua Amerika dalam seratus tahun terakhir.

"Dalam menghadapi tekanan militer maksimum ini, kami telah menyatakan kesiapsiagaan maksimum untuk pertahanan Venezuela. Ini adalah ancaman yang berlebihan, tidak dapat dibenarkan, tidak bermoral, dan benar-benar kriminal serta berdarah," kata Maduro, dilansir DW pada Selasa (2/9/2025).

1. Kapal-kapal perang AS mulai bergerak menuju Venezuela

Pemerintah AS menyatakan operasi maritim tersebut bertujuan untuk memerangi aktivitas kartel narkoba di kawasan Amerika Latin. Washington menuduh Maduro memimpin kartel narkoba dan menawarkan imbalan 50 juta dolar AS (sekitar Rp820,7 miliar) untuk penangkapannya.

Sejumlah kapal perang AS, termasuk kapal perusak berpeluru kendali dan kapal selam bertenaga nuklir, telah dikerahkan ke wilayah tersebut. Kekuatan ini diperkirakan akan bertambah dengan kedatangan tiga kapal serbu amfibi yang membawa lebih dari 4 ribu personel.

Sebagai balasan, pemerintah Venezuela telah mengerahkan pasukan militernya di sepanjang garis pantai dan perbatasan negaranya. Maduro juga menyerukan warga sipil untuk mendaftar dan bergabung dengan milisi guna mempersiapkan pertahanan nasional.

Menteri Luar Negeri Venezuela, Yván Gil, menyebut dalih AS sebagai narasi palsu, mengutip laporan PBB bahwa mayoritas kokain dari Kolombia dikirim melalui Pasifik. Menurut laporan tersebut, hanya lima persen dari produk itu yang coba diselundupkan melalui Venezuela.

"Mari kita segera menuntut penghentian pengerahan ini, yang tidak memiliki alasan lain selain mengancam rakyat yang berdaulat. Narasi ini mengancam seluruh kawasan dan serangan terhadap Venezuela akan menciptakan ketidakstabilan di kawasan," ujar Gil, dilansir The Telegraph.

2. Guyana dan oposisi Venezuela sambut kehadiran kapal AS

Sikap Venezuela berbeda dengan negara tetangganya, Guyana, yang justru menyambut kehadiran militer AS di kawasan itu. Pemerintah Guyana menyatakan akan mendukung langkah apapun untuk menghilangkan ancaman terhadap keamanan negaranya.

Dukungan ini tidak terlepas dari sengketa perbatasan yang telah lama terjadi antara kedua negara terkait wilayah Essequibo yang kaya minyak. Ketegangan kembali meningkat setelah penemuan cadangan minyak besar di lepas pantai wilayah sengketa tersebut satu dekade lalu.

Tekanan terhadap Maduro tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam negeri melalui kubu oposisi. Pemimpin oposisi, María Corina Machado, secara terbuka mendukung pengerahan kekuatan maritim AS.

Pihak oposisi menganggap langkah Washington sebagai pendekatan yang tepat untuk menghadapi pemerintahan Maduro. Machado bahkan menyebut pemerintahan yang berkuasa saat ini telah beroperasi layaknya sebuah perusahaan kriminal, dilansir CBS.

3. AS tidak mengakui pemerintahan Maduro

Perseteruan ini telah dimulai sejak krisis politik yang dipicu oleh hasil pemilihan presiden Venezuela pada 2024. AS beserta sejumlah negara lain tidak mengakui kemenangan Maduro karena dianggap penuh dengan kecurangan.

Meskipun diwarnai retorika panas, Maduro mengklaim bahwa masih ada dua jalur komunikasi yang dijaga dengan pemerintahan Donald Trump. Salah satu jalur komunikasi tersebut melibatkan utusan khusus presiden AS, Richard Grenell.

Maduro juga menuduh seorang pejabat tinggi AS sebagai "panglima perang" yang mendorong intervensi militer. Ia menyebut pejabat tersebut sebagai aktor utama di balik kebijakan agresif AS untuk menggulingkan pemerintahannya.

Dalam pesan yang ditujukan kepada Trump, Maduro memberikan peringatan keras akan konsekuensi dari setiap serangan. Ia menyatakan bahwa tindakan militer AS terhadap Venezuela akan menodai tangan Trump dengan darah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us