Tips Mengurangi Risiko Bencana Banjir

- Membuat sumur resapan air untuk mengurangi genangan air di permukiman.
- Menanam pohon berukuran besar untuk meningkatkan daya serap air tanah dan menahan limpasan air.
- Membangun sistem peringatan dini agar masyarakat dapat evakuasi lebih awal saat banjir terjadi.
Jakarta, IDN Times - Banjir masih menjadi salah satu bencana yang kerap terjadi di Indonesia, baik akibat faktor alam maupun rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.
Dilansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir dapat disebabkan oleh permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut, terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit, curah hujan tinggi, banyak permukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai, aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah, dan kurangnya tutupan patahan di daerah hulu sungai.
Berikut enam langkah yang disarankan untuk mengurangi risiko banjir, dikutip dari laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten.
1. Membuat sumur resapan air

Pembuatan sumur resapan dinilai efektif untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi genangan air di permukiman.
Dikutip dari laman tarubali.baliprov.go.id, sumur resapan merupakan rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali.
Sumur tersebut memiliki kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
2. Menanam pohon dalam jumlah lebih banyak

Penanaman pohon berukuran besar memiliki peran strategis dalam meningkatkan daya serap air tanah melalui sistem perakaran yang kuat dan dalam. Pohon mampu menahan limpasan air hujan sehingga mengurangi aliran air permukaan yang berpotensi menimbulkan banjir. Selain itu, keberadaan vegetasi juga membantu mencegah erosi tanah, menjaga kestabilan lingkungan, serta meningkatkan kualitas udara dan kenyamanan kawasan permukiman.
3. Membangun sistem peringatan dini

Sistem peringatan dini banjir diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui potensi banjir sejak tahap awal sebelum kondisi memburuk. Dengan adanya informasi cuaca dan peringatan yang cepat, akurat, dan mudah diakses, masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk meningkatkan kewaspadaan, melakukan evakuasi mandiri, serta mengamankan dokumen dan barang-barang berharga.
4. Membersihkan saluran air secara berkala

Saluran air yang bersih dan tidak tersumbat sangat berperan dalam memperlancar aliran air, khususnya saat intensitas hujan tinggi. Pembersihan saluran air secara rutin dapat mencegah penumpukan sampah, lumpur, dan material lainnya yang kerap menjadi penyebab utama terjadinya banjir di kawasan permukiman.
5. Tidak membangun hunian di bantaran sungai

BPBD mengimbau masyarakat untuk tidak mendirikan hunian di bantaran sungai karena wilayah tersebut memiliki tingkat risiko banjir yang tinggi, terutama saat debit air meningkat. Pembangunan di area tersebut juga dapat mempersempit aliran sungai dan memperparah dampak banjir. Relokasi ke wilayah yang lebih aman menjadi solusi jangka panjang guna melindungi keselamatan jiwa, menjaga fungsi sungai, serta mengurangi potensi kerugian material akibat bencana.
6. Menjaga daerah resapan air bersama warga sekitar

Perlindungan kawasan resapan air membutuhkan kerja sama antarwarga dan lintas wilayah. Upaya bersama ini penting agar daerah resapan tidak beralih fungsi dan tetap mampu menampung air hujan secara optimal demi mencegah banjir di wilayah sekitar.
Selain upaya pencegahan, BPBD Klaten juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada saat banjir terjadi. Warga diimbau berpindah ke tempat yang lebih tinggi, mematikan aliran listrik, mengamankan dokumen dan barang berharga, serta segera mengevakuasi diri ke lokasi aman apabila ketinggian air terus meningkat.


















