Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Putin Usulkan Negosiasi Ukraina di Turki Pekan Ini

Presiden Rusia, Vladimir Putin (twitter.com/President of Russia)
Presiden Rusia, Vladimir Putin (twitter.com/President of Russia)
Intinya sih...
  • Putin siap untuk negosiasi langsung dengan Ukraina di Istanbul untuk menciptakan perdamaian jangka panjang.
  • Rusia telah beberapa kali menawarkan gencatan senjata, namun Ukraina terus melanggar kesepakatan tersebut.
  • Putin menekankan syarat utama Rusia: Ukraina harus mencabut ambisi bergabung dengan NATO, menarik pasukan dari wilayah yang diklaim Rusia, dan mengakui kontrol Moskow atas sekitar 20 persen wilayah Ukraina.

Jakarta, IDN Times – Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan langsung dengan Ukraina pada Kamis, 15 Mei 2025, di Istanbul. Usulan itu disampaikan sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian jangka panjang dan mengatasi akar konflik yang telah berlangsung sejak 2022.

"Kami mengusulkan agar Kiev melanjutkan perundingan langsung tanpa prasyarat apa pun. Kami menawarkan kepada otoritas Kiev untuk melanjutkan perundingan pada Kamis di Istanbul," kata Putin dari Kremlin pada Minggu (11/5/2025) dini hari, dikutip dari Nikkei Asia.

Putin mengatakan, pembicaraan harus fokus pada penyelesaian mendasar, bukan sekadar jeda untuk mempersenjatai kembali.

1. Gencatan senjata dilanggar, Putin salahkan Ukraina

Ilustrasi aksi dukungan terhadap Ukraina. (unsplash.com/Tong Su)
Ilustrasi aksi dukungan terhadap Ukraina. (unsplash.com/Tong Su)

Putin mengeklaim bahwa Rusia telah beberapa kali menawarkan gencatan senjata, termasuk selama perayaan Paskah dan Hari Kemenangan 9 Mei. Namun, menurutnya, Ukraina terus melanggar kesepakatan itu, bahkan melakukan serangan selama gencatan senjata berlangsung.

"Selama jeda Mei, Ukraina menyerang Rusia dengan lebih dari 500 drone udara dan puluhan drone laut serta rudal dari Barat," ujarnya. Ia menyebut Rusia berhasil menggagalkan lima serangan terhadap wilayahnya.

Di sisi lain, Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia justru melanggar gencatan senjatanya sendiri. Pada Sabtu lalu, negara-negara besar Eropa mendesak Putin untuk menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, atau akan menghadapi sanksi tambahan yang besar.

2. Putin ingin negosiasi tanpa prasyarat

Ilustrasi Kremlin, pusat pemerintahan Rusia di Moskow. (unsplash.com/Michael Parulava)
Ilustrasi Kremlin, pusat pemerintahan Rusia di Moskow. (unsplash.com/Michael Parulava)

Putin menyebut bahwa Rusia siap kembali ke meja perundingan. Ia menyalahkan Ukraina karena membatalkan kesepakatan yang hampir tercapai pada 2022.

Ia merujuk pada rancangan kesepakatan yang kala itu disusun bersama lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, di mana Ukraina disebut harus menyatakan kenetralan permanen sebagai imbalan atas jaminan keamanan internasional.

"Bukan Rusia yang menghentikan perundingan pada 2022, tetapi Kiev," tegas Putin.

Meski mengklaim terbuka terhadap negosiasi, Putin tetap menekankan syarat utama Rusia: Ukraina harus mencabut ambisi bergabung dengan NATO, menarik pasukan dari empat wilayah yang diklaim Rusia, dan mengakui kontrol Moskow atas sekitar 20 persen wilayah Ukraina.

3. Trump sambut baik usulan Putin

Pertemuan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dengan Donald Trump pada 2019. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)
Pertemuan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dengan Donald Trump pada 2019. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)

Sementara itu, dalam pesan di jejaring sosial Truth Social, Trump memuji usulan Putin sebagai hal positif untuk mengakhiri perang.

"Hari yang berpotensi besar bagi Rusia dan Ukraina! Pikirkan ratusan ribu nyawa yang akan diselamatkan saat 'pertumpahan darah' yang tak pernah berakhir ini diharapkan berakhir," kata Trump, dilansir dari New York Post.

Putin mengatakan berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu malam untuk membahas kemungkinan fasilitasi perundingan. Ia juga berterima kasih kepada negara-negara seperti China, Brasil, dan negara-negara Afrika serta Timur Tengah yang telah berusaha menengahi konflik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us