Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Qatar Airways PHK 200 Staf, Emirates Minta Pilot Cuti Tak Berbayar

Petugas kebersihan membersihkan pesawat Emirates Airbus A380 dengan cairan desinfektan untuk cegah penyebaran COVID-19, di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 5 Maret 2020. ANTARA FOTO/Emirates Airline/Handout via REUTERS

Doha, IDN Times - Dua maskapai besar asal Timur Tengah, Qatar Airways dan Emirates, mengambil langkah drastis di tengah pandemik COVID-19.

Pada minggu ini, sebanyak kurang lebih 200 staf asal Filipina diberhentikan oleh Qatar Airways. Sedangkan Emirates meminta para pilotnya untuk mengambil cuti tak berbayar.

Ini terjadi lantaran industri penerbangan dan pariwisata terkena dampak keras dari virus corona baru tersebut. Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, sampai meminta bantuan dana pemerintah sebesar Rp915 triliun. Dikutip CNBC, bantuan itu akan dipakai untuk membayar para pemasok guna menjaga kesehatan rantai pasokan.

1. Pekerja asal Filipina mengaku terkejut dengan keputusan mendadak ini

Petugas kebersihan membersihkan pesawat Emirates Airbus A380 dengan cairan desinfektan untuk cegah penyebaran COVID-19, di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 5 Maret 2020. ANTARA FOTO/Emirates Airline/Handout via REUTERS

ABS CBN melaporkan bahwa para karyawan asal Filipina mendapatkan surat pemecatan pada Senin (16/3). Mereka secara resmi diminta untuk memproses pemberhentian ini keesokan harinya. Pemerintah Filipina mengatakan mayoritas adalah para staf di bagian teknis seperti engineer dan perbaikan.

Mereka pun mengaku terkejut dengan keputusan yang mendadak tersebut. Kedutaan Besar Filipina di Doha mengaku sedang berkoordinasi dengan Kementerian Urusan Pengembangan Administratif, Tenaga Kerja dan Sosial Qatar. Filipina meminta Qatar untuk memberi bantuan khusus kepada karyawan yang masih punya utang bank. 

Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Filipina Silvestre Bello berkata kepada Reuters, sampai kini pihaknya masih berusaha memastikan penyebab sebenarnya dari keputusan Qatar Airways itu. Akan tetapi, pihak maskapai masih bungkam.

2. Staf Emirates Airways yang tak punya cukup saldo cuti disarankan mengambil cuti tak berbayar

Suasana di Bandara Internasional Ben Gurion di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun

Manajemen Emirates sendiri sudah diketahui mengirimkan memo lewat email internal tentang situasi finansial perusahaan akibat COVID-19 pada 2 Maret lalu.

"Tantangan khusus yang sedang kita hadapi sekarang adalah dampak COVID-19," tulis e-mail tersebut, seperti dilaporkan Al Arabiya.

"Kami melihat adanya pelambatan terukur dalam bisnis di seluruh merek kita dan perlu fleksibilitas dalam cara kita bekerja." Bagi yang masih mempunyai sisa cuti tahunan signifikan diminta untuk mempertimbangkan memakai cuti tahunan berbayar.

Sedangkan bagi yang tidak, baik staf operasional mau pun non-operasional, disarankan untuk menggunakan cuti sukarela tidak berbayar. Ada sekitar 100.000 orang yang dipekerjakan oleh Emirates Group. Terbaru, Emirates meminta para pilot untuk mengambil opsi tersebut.

"Anda sangat dianjurkan untuk menggunakan kesempatan ini untuk menjadi secara sukarela mengambil cuti berbayar dan tidak berbayar," tulis Emirates dalam e-mail yang diperoleh Reuters. Ada setidaknya 4.000 orang yang menjadi pilot Emirates.

3. Virgin Atlantic meminta para staf cuti tak berbayar seiring dengan 80 persen pengurangan penerbangan

Seorang perempuan berjalan melewati layar jadwal keberangkatan di Bandara Internasional Dulles, Virginia, Amerika Serikat, pada 12 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Maskapai Inggris, Virgin Atlantic, juga terdampak COVID-19. Di awal minggu ini, manajemen meminta para staf untuk cuti tak berbayar selama delapan minggu. Menurut Virgin, ini akan membantu maskapai menanggulangi dampak pandemik. Permintaan itu pun dikritik keras oleh sejumlah orang.

Pemiliknya, Richard Branson, adalah salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mengestimasi total kekayaan Branson sebesar Rp58 triliun. Penulis Liam Young adalah salah satu yang menuding Branson berlaku tidak adil dan sebenarnya mampu membayar cuti para karyawannya.

"Virgin Atlantic mempekerjakan 8.500 orang dan Branson meminta mereka cuti tak berbayar selama 8 minggu," tulis Young.

"Butuh Rp76 miliar (semua nominal telah dikonversikan dari poundsterling ke rupiah) untuk membayar seluruh karyawan sebesar Rp9 juta per minggu untuk menutupi cuti. Total biaya adalah Rp618 miliar," tambahnya.

Selain itu, dikutip Sky News, Virgin Atlantic mengumumkan pengurangan penerbangan sebesar 80 persen per hari dan memprioritaskan rute berdasarkan permintaan konsumen.

"Sebagai konsekuensi langsung, kami akan memarkir sekitar 75 persen pesawat pada 26 Maret dan pada April akan bertambah jadi 85 persen," kata manajemen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us