Ratusan Arsip Mesir Louvre Basah karena Kebocoran Air

- Kebocoran air di Louvre disebabkan oleh katup pemanas usang.
- Insiden kebocoran mengganggu operasional Louvre setelah perampokan dan retakan bangunan.
- Pengelolaan anggaran yang buruk memicu kritik publik terhadap Louvre.
Jakarta, IDN Times – Kebocoran air muncul pada 26 November 2025 di area koleksi Mesir Museum Louvre. Insiden berasal dari tetesan yang turun melalui plafon sayap Mollien setelah sebuah katup pemanas tak sengaja terbuka. Dampaknya cukup besar karena sekitar 300-400 buku serta arsip ilmiah dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 ikut terendam.
Wakil administrator museum, Francis Steinbock, menyampaikan bahwa dokumen yang basah mencakup jurnal-jurnal Egiptologi dan beragam catatan ilmiah yang biasanya dipakai peneliti. Ia menegaskan seluruh bahan arsip itu memiliki nilai pemanfaatan tinggi, meski tidak tergolong unik.
“Tidak ada artefak warisan budaya yang terdampak oleh kerusakan ini,” katanya, dikutip dari BBC.
1. Katup pemanas usang menjadi sumber kebocoran

Masalah sebenarnya muncul dari hal sepele. Katup pemanas lama yang telah tak digunakan tiba-tiba terbuka sendiri tanpa disadari. Sistem pemanas tersebut memang sudah sangat menua dan bermasalah selama bertahun-tahun. Penggantiannya baru dijadwalkan mulai pada September 2026, sementara pihak museum memastikan akan menjalankan penyelidikan internal atas peristiwa ini.
Dilansir dari DW, pada awalnya air merembes melalui karpet di lantai atas. Ketika karpet tak lagi mampu menyerap air, tetesan pun menembus ke area di bawahnya. Air yang terus mengalir kemudian mengguyur deretan buku bersejarah yang tersimpan di ruang koleksi.
Risiko kebocoran pipa seperti ini ternyata sudah lama diketahui oleh pihak manajemen. Steinbock menjelaskan bahwa tak ada buku langka yang ikut rusak.
“Pada tahap ini, kami tidak memiliki kerugian yang tidak dapat diperbaiki dan permanen dalam koleksi ini,” katanya.
Buku-buku tersebut akan dikeringkan lebih dulu lalu menjalani proses penjilidan ulang. Setelah selesai, seluruh koleksi akan ditempatkan kembali di raknya. Namun, majalah seni La Tribune de l’Art melaporkan sejumlah jilid mengalami kerusakan permanen dan tak memungkinkan untuk diperbaiki.
2. Rangkaian insiden mengganggu operasional Louvre

Dilansir dari The Guardian, beberapa waktu lalu, empat perampok menggondol perhiasan mahkota Prancis dengan nilai sekitar 102 juta dolar Amerika Serikat (setara Rp1,7 triliun). Aksi mereka berlangsung sangat cepat, hanya tujuh menit pada siang hari. Sampai kini barang-barang tersebut belum ditemukan dan diduga telah dilebur untuk mengambil batu mulia serta emasnya.
Setelah kejadian itu, Louvre segera memindahkan koleksi termahal ke Bank Prancis.
Pada bulan yang sama, retakan pada struktur bangunan memaksa satu galeri vas Yunani ditutup sementara. Beberapa ruang kantor juga harus ditutup demi keamanan. Kebocoran terbaru ini menambah daftar insiden yang datang berurutan setelah kasus perampokan dan penutupan galeri.
3. Kritik pengelolaan anggaran memicu sorotan publik

Badan audit negara Prancis, Cour des Comptes, menilai Louvre terlalu jor-joran membeli karya seni baru. Situasi tersebut dianggap menyebabkan perawatan gedung terabaikan. Media turut menyorot anggaran besar untuk renovasi kantor pimpinan, sementara infrastruktur dasar dan aspek keamanan belum memperoleh perhatian memadai.
Louvre kemudian menaikkan harga tiket bagi pengunjung non-Uni Eropa sebesar 45 persen menjadi 32 euro atau sekitar Rp622 ribu. Kebijakan itu diperkirakan menambah pemasukan tahunan hingga 23 juta dolar AS (setara Rp383 miliar). Sepanjang 2024, sekitar 69 persen dari total 8,7 juta pengunjung museum berasal dari luar negeri.
Museum yang disebut sebagai salah satu destinasi seni paling populer di dunia ini kini terus mendapat sorotan atas aspek keamanan, kondisi bangunan, serta manajemen anggarannya.

















