Rudal Rusia Serang Ibu Kota Ukraina

- Serangan rudal Rusia di Kyiv menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya, menyebabkan kebakaran.
- Presiden AS Donald Trump mendorong gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, sementara militer Polandia siaga tinggi.
- Zelenskyy mengecam kedutaan AS karena reaksi 'lemah' terhadap serangan rudal yang menewaskan sembilan anak di kampung halamannya.
Jakarta, IDN Times - Serangan rudal Rusia di ibu kota di ibu kota Ukraina, Kyiv, menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya tiga orang lain. Serangan itu juga menyebabkan beberapa kebakaran. Serangan kali ini terjadi setelah sebelumnya Rusia menewaskan 19 orang di kampung halaman Presiden Ukraina Volovymyr Zelenskyy.
Seorang pejabat Ukraina, Vitali Klitschko mengatakan, paramedis dikirim ke dua wilayah di Kyiv. Sementara angkatan udara Ukraina menyebutkan, rudal telah memasuki wilayah Chernihiv utara.
"Ledakan terjadi di ibu kota. Pertahanan udara sedang beroperasi," kata Klitschko di Telegram, dikutip dari France24, Minggu (6/4/2025).
1. Serangan terjadi saat Trump ingin Rusia serius pada perdamaian

Serangan itu terjadi saat Presiden AS Donald Trump mendorong gencatan senjata sebagian antara Rusia dan Ukraina. Sudah lebih dari tiga tahun Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Trump berupaya mencairkan hubungan dengan Kremlin. Militer Polandia mengatakan bahwa mereka dan pasukan sekutu telah mengudara sebagai tanggapan atas serangan Rusia di perbatasan Ukraina barat, dengan sistem pertahanan udara berbasis darat dalam keadaan siaga tinggi.
"Karena aktivitas intensif penerbangan jarak jauh Federasi Rusia, yang melakukan serangan terhadap objek yang terletak, antara lain, di Ukraina barat, operasi penerbangan Polandia dan sekutu di wilayah udara kami telah dimulai," kata komando operasionalnya.
2. Zelenskyy kecewa reaksi AS lemah

Zelensky mengecam kedutaan AS atas apa yang disebutnya sebagai pernyataan 'lemah' yang tidak menyalahkan Rusia atas serangan rudal mematikan di kota asalnya Kryvyi Rig. Rudal Rusia tersebut menghantam daerah pemukiman di dekat taman bermain anak-anak di kota Ukraina bagian tengah.
Dalam pernyataan emosional di media sosial, Zelenskyy menyebutkan nama masing-masing dari sembilan anak yang tewas dalam serangan itu, dan menuduh kedutaan AS menghindari menyebut Rusia sebagai agresor.
Zelenskyy mengatakan anak-anak yang tewas dalam serangan itu berusia antara tiga hingga 17 tahun. "Sayangnya, reaksi kedutaan Amerika sangat mengejutkan: negara yang begitu kuat, rakyat yang begitu kuat -- dan reaksi yang begitu lemah," tulis Zelenskyy.
3. Rusia tidak minat berdamai

Zelenskyy mengatakan serangan rudal itu menunjukkan Rusia tidak berminat menghentikan invasi skala penuhnya. Ia memuji kemajuan nyata setelah bertemu dengan kepala militer Inggris dan Prancis di Kyiv pada Jumat untuk membahas rencana London dan Paris untuk mengirim 'pasukan penenang' ke Ukraina jika dan ketika kesepakatan untuk mengakhiri konflik tercapai.
Zelenskyy menulis di media sosial bahwa pertemuan dengan Kepala Staf Pertahanan Inggris Tony Radakin dan mitranya dari Prancis Thierry Burkhard menyetujui perincian pertama tentang bagaimana kontingen keamanan mitra dapat dikerahkan.
Ini adalah salah satu upaya terbaru oleh para pemimpin Eropa untuk menyetujui kebijakan terkoordinasi setelah Trump mengesampingkan mereka dan membuka pembicaraan langsung dengan Kremlin.