Rusia Sebut Ukraina Akan Hilang pada 2025

Jakarta, IDN Times - Penasehat Kepresidenan Rusia Nikolai Patrushev, pada Selasa (14/1/2025), mengatakan bahwa Ukraina kemungkinan akan kehilangan kedaulatannya pada 2025. Ia menyebut tindakan tidak bersahabat dari Kiev sendiri yang membuat Ukraina hilang.
Sejak Februari 2022, Rusia sudah melancarkan invasi skala besar ke Ukraina yang tak kunjung usai hingga hampir memasuki tahun ketiga. Sementara, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru di Amerika Serikat (AS) diharapkan dapat mengakhiri konflik di Ukraina.
1. Patrushev sebut Ukraina seharusnya sudah kolaps sebelum invasi
Patrushev mengatakan bahwa rezim Kiev seharusnya sudah kolaps jauh sebelum invasi skala besar Rusia ke Ukraina.
"Tidak dapat dimungkiri bahwa Ukraina tidak akan ada lagi pada 2025 atau beberapa tahun ke depan. Ukraina seharusnya memang sudah kolaps jauh sebelum pecahnya konflik di Ukraina pada 2022. Ini semua disebabkan oleh paham ideologi neo-Nazi dan sikap Russophobia," terangnya, dikutip The Moscow Times.
Ia menambahkan bahwa Moldova juga kemungkinan akan mengalami hal yang sama dengan Ukraina. Patrushev menyebut keinginan Chisinau untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE) mungkin akan berujung pada disolusi Moldova.
"Saya tidak akan memungkiri bahwa kebijakan agresif Chisinau yang anti-Rusia akan membuat Moldova menjadi bagian dari negara lain atau sama sekali tidak ada dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.
2. Ukraina tepis klaim dari Patrushev

Menanggapi pernyataan Patrushev, Kepala Pusat Perlawanan Diskriminasi Ukraina (CCD) Andrii Kovalenko menepis komentar tersebut. Ia menyebut Rusia yang sebenarnya takut dengan perpecahan negaranya.
"Dia telah gagal dalam segalanya, termasuk menasehati Presiden Rusia Vladimir Putin soal taktik menakut-nakuti dengan misil Oreshnik. Langkah itu tidak bekerja dan membuat Rusia tidak memiliki pengaruh apapun terhadap Barat," tuturnya, dilansir RBC Ukraine.
Ia menambahkan bahwa terdapat kemungkinan Rusia pecah karena tingginya pembentukan nasionalisme di sejumlah negara bagian, seperti Bashkortostan, Tatarstan, Komi, dan Sakha.
Kovalenko percaya bahwa dalam 10 tahun ke depan, jika Rusia memilih terlibat konflik langsung dengan NATO semuanya akan semakin terlihat.
3. Ukraina lancarkan serangan besar ke Rusia
Star Militer Ukraina mengatakan bahwa Ukraina sudah melancarkan serangan terbesar di fasilitas militer Rusia pada Selasa malam. Kiev mengklaim berhasil melancarkan target yang berjarak 200 km hingga 1.100 km di dalam teritori Rusia.
Pihaknya mengatakan, Fasilitas Penyimpanan Produk Minyak Kristal di Engels, Saratov sudah diserang. Tak hanya itu, Pabrik Kimia Bryansk di Seltso yang menjadi tempat produksi amunisi juga menjadi sasaran serangan Ukraina dalam semalam.
Dalam serangan ini, Ukraina juga mengungkapkan berhasil merusak dua sistem pertahanan anti-misil, Buk dan Tor. Sejumlah kilang minyak juga menjadi sasaran Ukraina untuk menghambat serangan ke negaranya.