Sanksi AS Tak Mempan, Hong Kong Jadi Jalur Perdagangan Baru Rusia

Jakarta, IDN Times - Hong Kong kini menjadi pusat perdagangan global bagi rezim yang dikenal represif. Laporan terbaru mengungkap peran kota tersebut dalam memfasilitasi aliran barang ke negara-negara yang dikenai sanksi Barat, termasuk Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Dilansir The Guardian, Selasa (23/7/2024), Committee for Freedom in Hong Kong Foundation melaporkan lonjakan ekspor semikonduktor dari Hong Kong ke Rusia. Nilainya meningkat dua kali lipat menjadi 400 juta dolar AS (sekitar 6,4 triliun) antara 2021 dan 2022.
Temuan lainnya antara Agustus dan Desember 2023, eksportir Hong Kong mengirim hampir 2 miliar dolar AS (Rp32 tirliun) barang ke pembeli Rusia. Ada juga 40 persen dari nilai ekspor tersebut masuk dalam Common High Priority List (CHPL) atau daftar barang yang dicari Rusia untuk program persenjataannya.
1. Hong Kong jadi surga penghindaran sanksi
Hong Kong telah lama menjadi pusat operasi bisnis internasional, baik legal maupun ilegal. Kemudahan mendirikan perusahaan di kota ini, yang hanya membutuhkan waktu beberapa hari, memungkinkan individu dengan mudah menciptakan jalur baru untuk mentransfer barang dan pembayaran.
Dilansir Nikkei Asia, peningkatan peran Hong Kong dalam penghindaran sanksi sebagian disebabkan oleh meningkatnya ketundukan Hong Kong pada China.
"Tindakan keras Beijing telah memainkan peran besar di sini," kata Samuel Bickett, penulis laporan tersebut.
Contoh nyata adalah kasus Piraclinos Limited, pemasok arang dan pupuk. Perusahaan ini mengirim lebih dari 2,5 juta dolar AS (Rp40,5 miliar) sirkuit terpadu elektronik ke VMK, perusahaan Rusia yang dikenai sanksi AS.
Kasus lain melibatkan Arttronix, yang dibubarkan setelah terkena sanksi AS karena memasok komponen elektronik ke Iran. Namun pemiliknya mendirikan perusahaan baru setahun kemudian.
2. Skala masif perdagangan ilegal
Sekitar 206 perusahaan Hong Kong terlibat dalam pengiriman barang prioritas tinggi ke Rusia pada Desember 2023. Barang ini diproduksi oleh perusahaan di AS, Uni Eropa, atau Asia.
Perusahaan Piraclinos mengirim 2,03 juta dolar (Rp32,8 miliar) chip amplifier dari berbagai produsen teknologi AS termasuk Onsemi dan Dell EMC. Ketika dimintai komentar, Onsemi menyatakan tidak memiliki catatan penjualan ke Piraclinos, sementara Dell menegaskan kepatuhan mereka terhadap kontrol ekspor global.
Dampak dari perdagangan ilegal ini terlihat jelas. Perdagangan bilateral antara China dan Rusia mencapai rekor tertinggi 240 miliar dolar AS (Rp3.886 triliun) tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa upaya sanksi internasional belum efektif menghambat aliran barang ke Rusia.
3. Sanksi AS dinilai kurang efektif

Upaya AS dan sekutu saat ini dinilai tidak memadai untuk menghentikan arus barang-barang Barat yang dilarang dari Hong Kong ke Rusia. Salah satu kelemahannya adalah sanksi yang sebagian besar menargetkan perusahaan, bukan individu. Ini memungkinkan penghindaran sanksi yang mudah dengan mendirikan perusahaan baru.
Bickett merekomendasikan penargetan bank, perusahaan logistik, dan agen layanan perusahaan yang membentuk infrastruktur inti yang memungkinkan perusahaan perdagangan ini berkembang. Ia juga mendesak AS untuk membuat badan terpusat antar departemen guna mengkoordinasikan investigasi, penetapan, dan penegakan sanksi serta kontrol ekspor.
Sanksi sekunder, seperti yang diterapkan terhadap Iran, dinilai bisa efektif jika diterapkan pada kasus Rusia.
"Memotong bank dan perusahaan besar dari sistem AS biasanya sangat menyakitkan, bahkan bisa menjadi hukuman mati bagi bisnis mereka," kata Bickett.