Presiden Filipina Ancam Akan Bunuh Polisi yang Korup

Ia geram saat tahu ada polisi terlibat penyelundupan narkoba

Jakarta, IDN Times - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali menebar ancaman ketika tengah berbicara di forum resmi dan disiarkan secara langsung oleh media. Kali ini, ancaman ia alamatkan ke para polisi korup yang tengah menghadapi proses pemeriksaan administratif dan kriminal, termasuk pemerkosaan, penculikan dan perampokan. 

Lalu, apa isi kalimat ancaman Duterte? "Kalau kalian masih tetap bersikap seperti ini, brengsek, saya akan benar-benar membunuh kalian," ujar Duterte di Istana Malacanang pada Selasa (7/8), seperti dikutip dari New York Times.

Menurut Duterte, ia mengaku kesal lantaran personel kepolisian nasional Filipina dikenal korup hingga ke tingkat bawah. Dalam kampanye pemberantasan narkoba, sering kali ia mendengar laporan ada personel polisi yang terlibat. Tetapi, toh Duterte terpaksa mempekerjakan polisi yang sudah diduga bermasalah itu untuk terlibat dalam operasi penyitaan narkoba. 

Kenapa Duterte justru masih mempekerjakan polisi yang korup untuk terlibat dalam operasi pemberantasan korupsi? 

1. Duterte kekurangan personel polisi untuk perang melawan narkoba

Presiden Filipina Ancam Akan Bunuh Polisi yang KorupWikimedia.org/PCOO EDP

Salah satu kampanye yang didengungkan oleh Duterte saat terpilih sebagai presiden di tahun 2016 adalah dia akan memberantas habis perdagangan narkoba di negaranya. Ia bahkan tidak segan-segan menggunakan tindak kekerasan, termasuk membunuh, orang yang diduga sebagai penyelundup narkoba, tanpa melalui proses peradilan.

Selama ia menjabat dari periode 2016-2018 itu, enam wakil wali kota dan 10 wali kota tewas terbunuh. Mereka diduga ikut membantu proses penyelundupan narkoba masuk ke Filipina. Sebelumnya, ia sudah mengancam tidak akan segan-segan untuk membunuh siapa pun yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, termasuk putranya sendiri.

"Saya sudah katakan sebelumnya, bahwa perintah saya: 'jika ada anak saya yang terlibat narkoba, maka bunuh mereka, sehingga orang-orang tidak perlu mengatakan apa-apa lagi," ujar Duterte pada September 2017 seperti dikutip dari harian The Guardian.

Melihat ancaman itu juga berlaku untuk putranya sendiri, maka bisa dibayangkan nasib sekitar 100 personel polisi yang tengah diperiksa secara internal itu. Duterte mengaku tidak punya pilihan untuk tetap mempekerjakan polisi korup tersebut karena badan antinarkoba Filipina kekurangan personel dan senjata untuk memberantas narkoba.

Duterte pun kemudian memperingatkan agar polisi yang tengah diperiksa itu tidak kembali mengulangi kesalahan. Sebab, Presiden berusia 73 tahun itu sudah membentuk unit khusus untuk memantau mereka.

"Saya memiliki unit khusus yang akan memantau kehidupan kalian. Jadi, jika kalian berbuat kesalahan sedikit saja, maka saya akan minta kalian agar dibunuh," kata Duterte lagi.

Ancaman tidak hanya disampaikan ke sekitar 100 personel polisi bermasalah, tetapi juga ke keluarga mereka. "Jika orang-orang brengsek ini mati, jangan datang ke kami dan berteriak mengenai 'hak asasi manusia', 'proses hukum', karena saya telah memperingatkan Anda semua," kata Duterte.

Baca Juga: Perang Lawan Narkoba: Mahkamah Pidana Internasional Selidiki Duterte

2. BNN Filipina baru membongkar 500 kilogram sabu yang diselundupkan dari Malaysia

Presiden Filipina Ancam Akan Bunuh Polisi yang KorupIlustrasi barang bukti sabu-sabu (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Dari upaya pencegahan penyelundupan narkoba yang terbaru, Badan Anti Narkoba Filipina pada Selasa malam kemarin baru saja mengungkap temuan sekitar 500 kilogram sabu yang hendak diselundupkan dari Malaysia ke Filipina.

Narkoba itu disembunyikan di dalam dua silinder baja dan diletakan begitu saja di sebuah mobil van yang terparkir di Pelabuhan Internasional Filipina. Ini merupakan salah satu temuan narkoba terbesar sepanjang kepemimpinan Duterte.

Menurut Kepala Badan Penegakan Hukum Narkoba, Aaron Aquino, mengatakan pelabuhan di Filipina diduga hanya digunakan untuk transit saja oleh para gembong narkoba. Pemerintah juga menduga adanya keterlibatan pegawai mereka. Oleh sebab itu Kepala Bea Cukai Isidro Lapena memperingatkan kalau ada pegawai yang terlibat, maka mereka langsung ditahan.

"Fakta bahwa narkoba ini tidak berhasil didistribusikan merupakan salah satu indikasi sudah semakin sedikit orang yang mau bekerja sama dengan gembong narkoba," kata Isidro.

3. Puluhan ribu orang tewas dalam kampanye antinarkoba Duterte

Presiden Filipina Ancam Akan Bunuh Polisi yang KorupWikimedia/King Rodriguez

Kampanye antinarkoba yang diluncurkan oleh Duterte memang membuat dunia internasional terkejut. Lantaran, Duterte menerabas semua aturan hukum yang ada, termasuk kritik dari badan internasional.

Dalam catatan organisasi Human Rights Watch (HRW) yang dirilis Januari 2018, lebih dari 12 ribu orang tewas dalam kampanye anti narkoba Duterte. Mereka diduga adalah pengedar dan pengguna narkoba. Semuanya tewas tanpa melalui proses peradilan, dan sebagian besar berasal dari keluarga yang miskin.

Bahkan, seorang anggota senat dari kelompok oposisi bernama Antonio Trillanes menyodorkan fakta yang lebih mengejutkan. Berbicara di hadapan anggota senat lainnya pada Februari lalu, ia menyebut ada sekitar 20.322 orang yang tewas dalam kampanye antinarkoba Duterte, selama hampir tiga tahun ia menjabat.

"Mereka semua tewas karena diduga terkait kasus narkoba dan bukan penyebab lainnya. Itu sangat jelas," kata Antonio seperti dikutip Al-Jazeera Februari lalu. Ia mengingatkan di saat publik tertawa mendengar lelucon yang disampaikan oleh Duterte, ada puluhan ribu orang yang tewas di negaranya sendiri.

Sementara, pemerintahan Duterte selalu berlindung di balik alasan, mereka semua tewas ketika polisi melakukan operasi penegakan hukum.

Baca Juga: Sadis! Wali Kota di Filipina Ditembak Mati Sniper saat Upacara Bendera

Baca Juga: Duterte Perintahkan Tembak Alat Vital Pemberontak Perempuan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya