Sudan Membara, 5 Relawan Bulan Sabit Merah Tewas di Kordofan

- RSF merebut kembali kendali atas kota Bara, wilayah Kordofan yang kaya minyak.
- Kemajuan RSF disertai dengan tewasnya ratusan warga sipil dan dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
- Pasukan RSF mengeksekusi warga sipil di Bara setelah menguasai kota tersebut.
- Situasi ini memicu gelombang pengungsian baru di wilayah Kordofan Utara.
Jakarta, IDN Times - Lima relawan Bulan Sabit Merah Sudan (SRCS) dilaporkan tewas dan tiga lainnya hilang di tengah serangan pasukan paramiliter Rapid Support Forces di kota Bara, negara bagian Kordofan Utara. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan, kelima relawan tersebut dibunuh pada Senin (27/10/2025), saat membagikan makanan di Bara dengan mengenakan rompi resmi.
IFRC tidak menjelaskan bagaimana mereka dibunuh maupun siapa yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
“Mereka diidentifikasi dengan jelas dengan mengenakan rompi Bulan Sabit Merah, yang seharusnya memberi mereka perlindungan penuh, dan membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh cabang setempat. Serangan apa pun terhadap tim kemanusiaan tidak dapat diterima," kata IFRC dalam pernyataan pada Selasa (28/10/2025).
1. RSF klaim berhasil kuasai Bara pada akhir pekan
Di media sosial, para aktivis membagikan video yang memperlihatkan sekelompok orang menyerang warga sipil yang mengenakan seragam Palang Merah. Media lokal melaporkan bahwa para penyerang merupakan anggota RSF, meskipun kelompok bersenjata itu belum memberikan tanggapan resmi.
Wilayah Kordofan yang kaya minyak telah menjadi salah satu medan pertempuran utama antara militer Sudan dan RSF. Pada Sabtu (25/10/2025), pasukan paramiliter tersebut mengklaim telah merebut kembali kendali atas kota Bara, yang memiliki posisi strategis di jalur persimpangan menuju wilayah Darfur. Para aktivis dan kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa kemajuan RSF baru-baru ini di Sudan tengah dan Darfur disertai dengan tewasnya ratusan warga sipil.
2. Warga sipil dieksekusi karena dianggap mendukung militer Sudan
Dilansir dari The New Arab, sebuah kelompok pemantau perang melaporkan terjadinya pembantaian besar-besaran di Kordofan, termasuk di Bara. Kantor hak asasi manusia PBB (OHCHR) sebelumnya juga menyebutkan bahwa pasukan RSF telah mengeksekusi warga sipil di Bara setelah menguasai kota tersebut.
“Para korban dilaporkan dituduh mendukung Angkatan Bersenjata Sudan. Laporan menunjukkan bahwa puluhan warga sipil telah tewas,” demikian pernyataan lembaga tersebut.
Jacqueline Parlevliet, kepala kantor sub-wilayah Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di Port Sudan, mengatakan para penyintas telah melaporkan adanya kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia setelah jatuhnya kota Bara. Situasi ini memicu gelombang pengungsian baru di wilayah Kordofan Utara.
“Kami khawatir akan kemungkinan pengepungan kota El Obeid, yang kini menampung puluhan ribu warga Sudan yang mengungsi di dalam negeri. Hal itu akan semakin memperburuk kebutuhan kemanusiaan di kawasan tersebut,” ujarnya
3. Ribuan warga mengungsi dari Kordofan Utara
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sekitar 1.850 warga Sudan telah mengungsi dari rumah mereka di Kordofan Utara pada Senin akibat situasi keamanan yang memburuk.
“Di kota Umm Dawm Haj Ahmad, Kordofan Utara, tim lapangan memperkirakan sekitar 1.000 orang mengungsi pada 27 Oktober karena kondisi keamanan yang memburuk. Sekitar 285 orang lainnya meninggalkan kota Umm Rawaba pada hari yang sama, juga karena meningkatnya ketidakamanan,” kata badan PBB tersebut, dikutip dari Anadolu.
Menurut sumber lokal, pasukan RSF menyerang kota Umm Dawm Haj Ahmad pada Senin dan melakukan pelanggaran terhadap warga sipil. Namun, RSF membantah tuduhan tersebut.


















