Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Telponan dengan Menhan Eropa, Rusia Khawatir Ukraina Pakai Bom Kotor

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. (twitter.com/ Russian Embassy, UK)
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. (twitter.com/ Russian Embassy, UK)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengadakan panggilan telepon dengan timpalannya dari Prancis, Turki, dan Inggris pada Minggu (23/10/2022). Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, mereka membahas tentang Ukraina.

"Mereka membahas situasi di Ukraina yang memburuk dengan cepat. Ini cenderung menuju eskalasi lebih lanjut yang tidak terkendali," kata kementerian itu, dalam saat Shoigu telponan dengan Menteri Pertahanan Prancis, Sebastien Lecornu.

Melalui kesempatan itu, Lecornu menegaskan posisi Prancis kepada Rusia untuk terus mendukung resolusi damai.

1. Rusia khawatir Ukraina pakai bom kotor

Ilustrasi Kremlin, Rusia (unsplash.com/Michael Parulava)
Ilustrasi Kremlin, Rusia (unsplash.com/Michael Parulava)

Setelah itu, Shoigu juga mengadakan panggilan dengan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, dan Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace.

Dalam ketiga panggilan tersebut, Shoigu menyampaikan kekhawatiran tentang kemungkinan provokasi oleh Ukraina menggunakan bom kotor dalam perang. Dia tidak merinci apa yang dimaksud dengan bom kotor.

Dilansir The Straits Times, bom kotor adalah istilah yang merujuk pada peledak konvensional yang dicampur dengan bahan radioaktif.

2. Menhan Rusia juga sempat telponan dengan Menhan AS

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin. (Twitter.com/SecDef)
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin. (Twitter.com/SecDef)

Sebelumnya, pada Jumat (21/10/2022), Shoigu juga mengadakan panggilan telepon yang langka dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin. Kedua pihak mengonfirmasi bahwa mereka membahas Ukraina.

Itu adalah panggilan kedua antara para menteri sejak Moskow melancarkan operasi militer khusus pada 24 Februari. Pada Mei lalu, merujuk panggilan pertama, Austin mendesak Rusia untuk segera menerapkan gencatan senjata.

Komunikasi para menteri pertahanan terjadi di tengah dinamika perang yang kian memanas, ketika Rusia mulai menghujani infrastruktur energi dan militer Ukraina dengan drone serta rudal. Hal itu menyebabkan ribuan warga Ukraina tidak bisa mengakses listrik.

Rusia juga mengaku telah menghancurkan gudang amunisi besar di wilayah Cherkasy tengah Ukraina, dan telah menangkis serangan balik Ukraina di sepanjang garis depan di selatan dan timur Ukraina. Klaim itu tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Reuters.

3. Krisis energi dan air bisa picu gelombang pengungsi

Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Sejak 10 Oktober, Rusia telah meluncurkan serangan yang menghancurkan infrastruktur listrik Ukraina, menghantam setidaknya setengah dari pembangkit listrik termal hingga 40 persen dari seluruh sistem.

Pejabat di beberapa daerah, pada Sabtu (22/10/2022), melaporkan pemogokan terhadap fasilitas energi dan pemadaman listrik, ketika para insinyur bergegas untuk memulihkan jaringan. Pejabat setempat mengimbau warga untuk menimbun air.

Lebih dari satu juta orang tanpa listrik, kata penasihat presiden Kyrylo Tymoshenko. Beberapa bagian dari Kiev mengalami pemadaman listrik hingga malam hari.

Pembantu presiden Mykhailo Podolyak mengatakan, Moskow ingin menciptakan gelombang baru pengungsi ke Eropa dengan serangan itu. Sementara Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba menyebut serangan itu sebagai genosida.

Moskow mengakui telah menargetkan infrastruktur energi tetapi menyangkal menargetkan warga sipil.

“Tentu saja kami tidak memiliki kemampuan teknis untuk merobohkan 100 persen rudal Rusia dan menyerang drone. Saya yakin, secara bertahap, kami akan mencapainya, dengan bantuan dari mitra kami,” kata Presiden Rusia, Volodymr Zelenskyy.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us