Trauma Mahasiswi Turki di Ukraina: Ketakutan Terbawa Sampai ke Mimpi

Jakarta, IDN Times - Konflik Rusia dan Ukraina masih berlanjut. Seorang mahasiswi Turki bernama Buse Develi, yang baru-baru ini dievakuasi dari Ukraina, mengaku masih trauma dengan pengalamannya berada di Ukraina dalam invasi Rusia.
"Saya masih memiliki ketakutan akan serangan dalam mimpi saya. Saya bangun di malam hari dan berkata, 'Ok, saya (sudah) pulang', dan kemudian tertidur," kata Develi, mengutip Anadolu Agency, Selasa (8/3/2022).
Develi merupakan mahasiswi jurusan psikologi di sebuah universitas di kota Kharkiv. Dia dan mahasiswa lain kala itu mengira tidak akan terjadi apa-apa pada mereka. Namun pada malam di hari kedua invasi, mereka terbangun karena suara bom meledak.
"Ketika kami turun ke jalan, kami menemukan kondisi perang yang sebenarnya. Semua orang berusaha melarikan diri, suara tembakan terdengar dari mana-mana," lanjut Develi.
1. Berusaha untuk keluar dari Kharkiev

Develi menuturkan mereka dievakuasi dari asrama di Kharkiev dan pergi ke Donbass, lalu disambut dengan serangan bom di sana. Mereka juga mengalami kekurangan makanan di wilayah itu.
"Pasar hanya menerima uang tunai, tapi kami tidak punya uang. Guru kami kemudian membantu," ungkap dia.
Dalam kondisi berada di kota yang dibombardir oleh pasukan Rusia, Develi pasrah. Namun mereka kemudian memutuskan tetap berusaha untuk keluar dari wilayah itu.
"Saya merekam video dan menelepon keluarga saya. Saya mengatakan kepada keluarga bahwa kami mungkin tidak dapat bertemu lagi. Pada malam kami melakukan percakapan itu, ada serangan bom di dekat rumah kami," kata Develi.
Mereka lalu menuju stasiun kereta dengan menumpang, naik kereta dengan menerobos kerumunan di stasiun. Kereta itu dihentikan tiga kali oleh tentara Rusia dan mereka mendapat serangan pelecehan. Mereka pun harus melakukan perjalanan dalam kegelapan.
“Kami melakukan perjalanan 27 jam dalam cuaca dingin, tanpa makanan dan air. Kami tiba di Istanbul dengan bus dari Rumania,” tutur Develi.
2. Tiba di Turki

Develi pada akhirnya berhasil kembali ke negara asalnya. Kendati begitu, dia masih mengalami trauma berat, terutama ketika mendengar suara keras.
"Saya di rumah sekarang, tetapi setiap kali saya mendengar suara, saya berkata, 'Oh! Sesuatu sedang terjadi!' dan ibu menenangkan saya. Saya lelah secara psikologis. Orang-orang di Ukraina berada dalam situasi yang sangat buruk. Anak-anak kecil menangis sambil berkata, 'Saya tidak ingin mati,'" ungkap Develi.
Warga negara Ukraina dan Turki yang melarikan diri ke Rumania menjalani pemeriksaan medis oleh Tim Penyelamat Medis Nasional Turki di Gerbang Perbatasan Siret Rumania, kata Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Turki pada Senin.
Di fasilitas kesehatan tersebut, Kemenkes menyediakan tim medis yang terdiri dari 10 orang, termasuk dokter spesialis dan teknisi perawatan darurat. Pos itu khusus menyediakan layanan kesehatan bagi mereka yang melarikan diri dari Ukraina.
3. Jumlah korban akibat konflik terus meningkat

Perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menuai kecaman internasional, dan menyebabkan sanksi keuangan terhadap Moskow. Konflik itu juga telah mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mencatat lebih dari 1,7 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga Ukraina.
Setidaknya, 474 warga sipil telah tewas dan 861 lainnya terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut data Badan Hak Asasi Manusia PBB, Rabu (9/3/2022), dikutip dari Al Jazeera. Namun, badan internasional itu menyatakan bahwa kondisi di lapangan sulit untuk diverifikasi terkait jumlah korban yang sesungguhnya.