Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Akan Bicara Dengan Putin Lagi, Bahas Perdamaian Ukraina

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (Gage Skidmore from Peoria, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Presiden AS Donald Trump akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perdamaian di Ukraina.
  • Putin mengirim ribuan pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, memicu konfrontasi paling parah sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
  • Delegasi negara-negara bertikai bertemu di Istanbul, menuntut gencatan senjata segera.

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perdamaian di Ukraina. Komunikasi ini terjadi karena pemimpin Uni Eropa menuntut agar Kremlin menerima gencatan senjata segera untuk menghentikan konflik paling mematikan di kawasan itu sejak Perang Dunia II.

Putin mengirim ribuan pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, yang memicu konfrontasi paling parah antara Rusia dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962.

Trump, yang mengatakan bahwa ia ingin dikenang sebagai pembawa damai, telah berulang kali menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di Ukraina, yang oleh pemerintahannya dianggap sebagai perang proksi antara Amerika Serikat dan Rusia.

1. Pertemuan di Istanbul pekan lalu

Ilustrasi bendera Ukraina (unsplash.com/Diana Vyshniakova)

Di bawah tekanan Trump, delegasi dari negara-negara yang bertikai bertemu minggu lalu di Istanbul untuk pertama kalinya sejak Maret 2022, setelah Putin mengusulkan pembicaraan langsung dan Eropa serta Ukraina menuntut gencatan senjata segera.

"Subjek dari seruan tersebut adalah menghentikan 'pertumpahan darah' yang menewaskan, rata-rata, lebih dari 5.000 tentara Rusia dan Ukraina seminggu, dan perdagangan," tulis Trump di situs web Truth Social miliknya, dikutip dari Straits Times, Senin (19/5/2025).

Trump berharap pembahasan akan berlangsung secara produktif. "Semoga hari ini akan produktif, gencatan senjata akan terjadi, dan perang yang sangat keras ini, perang yang seharusnya tidak pernah terjadi, akan berakhir," sambungnya.

2. Trump ancam Rusia dengan sanksi tambahan

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif mengenai rencana tarif Pemerintah pada acara “Make America Wealthy Again”, Rabu, 2 April 2025 (flickr.com/The White House)

Trump mengatakan, ia juga akan berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan berbagai anggota NATO. Pemerintahan Trump mengancam Rusia dengan sanksi tambahan jika tidak menanggapi pembicaraan damai dengan serius.

Putin, yang pasukannya menguasai seperlima wilayah Ukraina dan terus maju, telah teguh pada persyaratannya untuk mengakhiri perang, meskipun ada tekanan publik dan pribadi dari Trump dan peringatan berulang kali dari kekuatan Eropa.

Pada hari Minggu, Rusia melancarkan serangan pesawat nirawak terbesarnya terhadap Ukraina sejak dimulainya perang.

Badan intelijen Ukraina mengatakan mereka juga yakin Moskow bermaksud menembakkan rudal balistik antarbenua pada hari Minggu, meskipun tidak ada konfirmasi dari Rusia.

Pada Juni 2024, Putin mengatakan Ukraina harus secara resmi menghentikan ambisi NATO-nya dan menarik pasukannya dari seluruh wilayah empat wilayah Ukraina yang diklaim Rusia.

3. Eropa serukan Rusia terima gencatan senjata 30 hari

Pidato Presiden Rusia Vladimir Putin pada sesi pleno Sidang Umum PBB ke-70 (commons.wikimedia.org/Пресс-служба Президента России)

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer membahas perang Rusia melawan Ukraina dengan para pemimpin Amerika Serikat, Italia, Prancis, dan Jerman, kata juru bicara Downing Street.

"Besok, Presiden Putin harus menunjukkan bahwa ia menginginkan perdamaian dengan menerima gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari yang diusulkan oleh Presiden Trump dan didukung oleh Ukraina dan Eropa," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di X.

Putin waspada terhadap gencatan senjata dan mengatakan pertempuran tidak dapat dihentikan sampai sejumlah kondisi penting diselesaikan atau diklarifikasi.

Para pemimpin Eropa mengatakan Putin tidak serius tentang perdamaian, meskipun mereka takut pada Trump dan ia mungkin memaksakan kesepakatan damai yang menghukum yang akan membuat Ukraina pada dasarnya kehilangan seperlima wilayahnya dan tidak memiliki jaminan keamanan yang kuat terhadap kemungkinan serangan Rusia di masa mendatang.

Mantan Presiden AS Joe Biden, para pemimpin Eropa Barat, dan Ukraina menganggap invasi itu sebagai perampasan tanah ala kekaisaran dan berulang kali bersumpah untuk mengalahkan pasukan Rusia yang menurut mereka suatu hari nanti dapat menyerang NATO, klaim yang dibantah oleh Moskow.

Putin menganggap perang itu sebagai momen penting dalam hubungan Moskow dengan Barat, yang menurutnya mempermalukan Rusia setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 dengan memperluas NATO dan melanggar apa yang dianggapnya sebagai lingkup pengaruh Moskow, termasuk Ukraina.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us