Trump dan Xi Jinping Bakal Bicarakan soal Tarif Pekan Ini

- Donald Trump akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping setelah kesepakatan awal penurunan tarif antara kedua negara.
- Tarif impor AS atas produk-produk China dipangkas menjadi 30 persen, sementara bea masuk China terhadap barang-barang dari AS dipangkas menjadi 10 persen.
- Pasar global merespons positif dengan lonjakan indeks saham S&P 500 dan Nasdaq 100, serta nilai dolar AS yang menguat hampir 1 persen.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir pekan ini. Pembicaraan itu dijadwalkan usai tercapainya kesepakatan awal untuk menurunkan tarif secara signifikan antara kedua negara.
“Saya akan berbicara dengan Presiden Xi, mungkin pada akhir minggu ini,” kata Trump di Gedung Putih pada Senin (12/5/2025), dilansir dari The Straits Times.
Tarif impor AS atas produk-produk China yang sebelumnya mencapai gabungan 145 persen akan dipangkas menjadi 30 persen, termasuk pungutan terhadap fentanil mulai 14 Mei. Di sisi lain, bea masuk China terhadap barang-barang dari AS juga dipangkas dari 125 persen menjadi 10 persen.
Penurunan tarif ini bersifat sementara selama tiga bulan guna memberi ruang untuk negosiasi kesepakatan perdagangan yang lebih luas.
“Mereka sepakat untuk membuka China, sepenuhnya membuka China. Dan saya pikir itu akan menjadi fantastis bagi China. Saya pikir itu akan menjadi fantastis bagi kita, dan saya pikir itu akan menjadi hebat bagi penyatuan dan perdamaian,” tambah Trump.
1. Negosiasi di Swiss hasilkan pemangkasan tarif historis
Kesepakatan tarif ini tercapai setelah pertemuan di Swiss antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer dengan delegasi China.
Pengurangan ini tidak berlaku untuk tarif sektoral yang diterapkan kepada seluruh mitra dagang AS, maupun tarif lama yang diberlakukan terhadap China selama pemerintahan pertama Trump.
Trump juga menyebut bahwa China telah menyepakati untuk mencabut semua hambatan non-moneter. Meski demikian, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Beijing mengenai klaim ini.
2. Wall Street meroket, investor sambut positif sinyal damai

Pasar global langsung merespons positif kabar ini. Indeks saham S&P 500 melonjak 2,5 persen, sementara Nasdaq 100 mendekati pasar bullish, didorong lonjakan saham teknologi besar.
Indeks saham di Asia dan Eropa juga mengalami kenaikan signifikan. Bahkan nilai dolar AS menguat hampir 1 persen usai pengumuman tersebut.
"Hal ini mencerminkan bahwa kedua belah pihak mengakui realitas ekonomi bahwa tarif akan berdampak pada pertumbuhan global, dan bahwa negosiasi adalah pilihan yang lebih baik untuk masa mendatang," kata Tai Hui, kepala strategi pasar Asia di JP Morgan Asset Management, dilansir dari Nikkei Asia.
Trump menyebut pelonggaran tarif sebagai jaminan bagi dunia usaha. Ia bahkan mengungkapkan telah berbicara dengan CEO Apple, Tim Cook, pada pagi hari 12 Mei, dan mengatakan bahwa perusahaan teknologi itu tengah meningkatkan investasinya di AS.
3. Kesepakatan komprehensif memerlukan waktu yang panjang

Meski kabar ini melegakan pasar, para analis mengingatkan bahwa kesepakatan komprehensif AS-China bisa memakan waktu lama. Sejauh ini, baru ada landasan awal negosiasi yang akan berlangsung dalam jangka pendek.
“Pembicaraan di Jenewa berlangsung sangat bersahabat, hubungannya sangat baik. Kami tidak bermaksud menyakiti China. China telah disakiti dengan sangat parah,” ujar Trump.
Sementara itu, delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, mengatakan akan mengambil semua langkah administratif yang diperlukan. Hal ini untuk menangguhkan atau mencabut tindakan balasan nontarif yang diambil terhadap AS sejak pengumuman "Hari Pembebasan" Trump pada 2 April.
"Langkah ini memenuhi harapan produsen dan konsumen di kedua negara, sejalan dengan kepentingan kedua negara, dan melayani kepentingan bersama ekonomi global," ungkapnya.