Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Kesal Zelenskyy Mengeluh soal Perundingan Damai Rusia-Ukraina

Pertemuan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dengan Donald Trump pada 2019. (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kesal dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy yang mengeluhkan upaya perundingan damai Rusia dan Ukraina. Zelenskyy sebelumnya mengeluh karena tak diikutsertakan dalam perundingan yang mulai diadakan Arab Saudi pada Selasa.

"Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak mendapat kursi,” kata Trump pada Rabu (19/2/2025), dilansir South China Morning Post.

Tak hanya itu, Trump menambahkan bahwa ia lebih yakin perundingan akan berjalan lancar jika diwakili oleh AS ketimbang melibatkan langsung Ukraina. Ia juga menyalahkan Ukraina atas konflik tersebut.

"Hari ini saya mendengar, 'oh, baiklah, kami tidak diundang'. Nah, Anda sudah di sana selama tiga tahun. Ukraina seharusnya tidak pernah memulainya. Mereka bisa saja membuat kesepakatan," katanya.

1. Zelenskyy kecam pengecualian negaranya dari perundingan

Ilustrasi pengunjuk rasa mengibarkan bendera Ukraina. (unsplash.com/Gayatri Malhotra)

Zelenskyy sebelumnya mengecam pengecualian negaranya dari pertemuan Riyadh. Ia mengatakan bahwa setiap pembicaraan yang bertujuan mengakhiri perang harus adil dan melibatkan negara-negara Eropa.

"Ini hanya akan memuaskan keinginan Putin," kata seorang pejabat senior Ukraina, dilansir France24.

Zelenskyy mengatakan bahwa ia mengandalkan dukungan penuh AS dalam perundingan tersebut. Namun, keikutsertaan Ukraina dan perwakilan seluruh negara Eropa, termasuk Turki, sangat penting.

"Saya ingin Trump lebih berpihak kepada kami. Banyak dari kalangan Republik dan Demokrat mendukung kami. Saya tidak ingin kehilangan dukungan ini,” katanya dikutip Anadolu Agency.

Trump lantas hanya menimpali pernyataan Zelenskyy dengan menyebutnya tidak kompeten.

2. Rusia nuntut wilayah hingga penggulingan Zelenskyy

Pasukan militer Rusia. (commons.wikimedia.org/Mil.ru, free to use)

Dilansir CNN, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menguraikan tuntutan utama Moskow menjelang perundingan. Nebenzya mengatakan bahwa Rusia ingin Ukraina menyerahkan kendali atas seluruh wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia.

Hal ini juga berarti bahwa wilayah Krimea yang dianeksasi pada 2014 akan sepenuhnya dimiliki oleh Rusia. Wilayah itu tak bisa ditarik kembali.

Nebenzya juga mengatakan bahwa Rusia ingin memaksa Zelenskyy lengser dari jabatannya. Duta Besar Rusia itu menyebut Zelenskyy sebagai presiden Ukraina yang memproklamirkan diri sepihak.

Rusia mendesak agar Ukraina mengadakan pemilihan umum kembali namun dengan syarat tak akan mengikutkan komplotan Zelenskyy dalam proses pemilihan.

Zelenskyy memenangkan putaran kedua pemilihan presiden Ukraina 2019 dengan telak. Masa jabatannya seharusnya berakhir Mei lalu, tetapi ia tetap menjabat karena Ukraina berada di bawah darurat militer sejak invasi 2022.

3. Trump bakal dorong tuntutan Rusia ke Ukraina

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Tak menutup kemungkinan bahwa tuntutan yang diajukan Rusia tersebut akan diupayakan untuk dikabulkan oleh Trump. Ia akan berkoordinasi dengan Zelenskyy terkait tuntutan tersebut.

“Kami berada dalam situasi di mana Ukraina belum mengadakan pemilu. Ada hukum darurat militer di Ukraina. Pemimpinnya, saya benci mengatakannya, tapi tingkat persetujuannya turun hingga 4 persen,” kata Trump pesimis, dikutip Sky News.

Trump menambahkan bahwa untuk mendukung perdamaian, ia tak akan ragu menempatkan pasukan penjaga perdamaian di perbatasan Ukraina.

"Jika mereka ingin melakukan itu, itu bagus, saya mendukungnya. Saya tahu Prancis bersedia melakukan itu, dan saya pikir itu adalah sikap yang baik,” katanya.

Trump mengatakan bahwa ia bisa bertemu langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di akhir Februari. Washington mengubah pendiriannya terhadap Rusia dalam suatu perubahan yang telah membuat khawatir para pemimpin Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us