Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tulisan Lawas Stan Lee Soal Rasisme Ini Penting Buat Kita Resapi

ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni
ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni

Los Angeles, IDN Times - Stan Lee meninggalkan dunia ini sebagai seorang legenda. Ia tak hanya menyumbangkan banyak sekali pemikiran kreatif yang kemudian menjadi industri tersendiri, tapi juga menyatakan kebenaran buruk tentang apa yang manusia saksikan hari ini. 

1. Stan Lee menuliskan kolom tentang rasisme sebagai penyakit sosial yang mematikan

Otak di balik kesuksesan beragam superhero seperti SpiderMan hingga Thor itu sudah menyuarakan tentang rasisme sejak bertahun-tahun lalu, tepatnya pada 1968. Dalam sebuah kolom yang dicetak di sampul belakang komik dan dinamakan Stan's Soapbox, pria kelahiran Manhattan itu menyematkan kalimat menohok tentang rasisme.

Potongan kolom yang diunggah warganet @SidizenKane di Twitter itu menjadi viral usai kematian Stan Lee. "Stan Lee meninggalkan sebuah warisan yang rumit. Ia membawa kebahagiaan ke dunia ini sambil juga menyebabkan rasa sakit kepada pria kecil di balik layar. Tapi jika kita bisa mengambil sesuatu yang positif dari hidupnya, itu adalah bahwa ia meyakinkan diri untuk mengambil posisi di hadapan publik ketika itu mungkin akan merugikannya," tulis @SidizenKane tentang kolom Stan Lee.

2. Begini isi kolom Stan Lee dalam bahasa Indonesia yang lengkap

ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni
ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni

"Mari kita beberkan saja hal ini. Bigotri dan rasisme adalah di antara penyakit sosial mematikan yang menjangkit dunia saat ini. Tapi, tak seperti satu tim penjahat super berkostum, dua hal itu tak bisa dihentikan dengan sebuah pukulan di hidung, atau satu sengatan dari senjata laser.

Satu-satunya cara untuk menghancurkan mereka adalah dengan menyingkapnyamengungkapnya sesuai dengan iblis kejam yang menjadi karakter mereka. Bigot adalah seorang pembenci yang tak berakal sehatseseorang yang membenci dengan membabi-buta, fanatik, secara keseluruhan.

Jika yang melawannya adalah laki-laki berkulit hitam, dia membenci SEMUA laki-laki berkulit hitam. Bila seorang berambut merah pernah membuatnya tersinggung, dia membenci SEMUA orang berambut merah. Jika beberapa orang asing mengalahkannya dalam pencarian pekerjaan, dia memusuhi SEMUA orang asing. Dia benci orang-orang yang tak pernah dia temuiorang-orang yang tak pernah dia kenaldengan intensitas yang samadengan racun yang sama.

Sekarang, kita tak berusaha berkata tak masuk akal bagi seorang manusia untuk mengganggu yang lainnya. Tapi, meski siapapun punya hak untuk tak menyukai yang lain, sungguh tidak rasional, sangat tidak waras untuk mengecam keseluruhan rasuntuk membenci satu bangsauntuk menghina satu agama.

Cepat atau lambat, kita harus belajar untuk menilai satu sama lain berdasarkan kebaikan kita sendiri. Saat itu, dan hanya saat itulah, kita akan benar-benar layak mendapatkan konsep bahwa manusia diciptakan dalam citra Tuhansatu Tuhan yang memanggil kita semuaanak-anakNya.

Salam damai dan keadilan, Stan.

3. Stan Lee pernah mencuitkan kolomnya itu ketika kelompok supremasi kulit putih berdemonstrasi di Charlottsville dan menghilangkan satu nyawa

ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni
ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni

Ini bukan kali pertama kolom itu muncul kembali. Pada 2017 lalu Stan Lee pernah mencuitkan kolom yang sama lewat akun Twitter pribadinya. Saat itu, momentumnya bertepatan dengan tragedi Charlottesville di mana ratusan anggota kelompok supremasi kulit putih berdemonstrasi menuntut pemurnian kembali Amerika Serikat berdasarkan ras.

Stan Lee sendiri merupakan keturunan Yahudi, dan orangtuanya pernah menjadi bagian dari tentara Amerika Serikat ketika Perang Dunia II. Salah satu cerita dari karakter Marvel yang turut mendapatkan perhatiannya, Captain America, masih berkaitan dengan ini. Jagoan tersebut dibuat untuk mengalahkan pasukan Nazi di bawah kepemimpinan Adolf Hitler saat Perang Dunia II.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us