Ukraina Tuding Belarus Ikut Andil Pindahkan Anak-anak

Jakarta, IDN Times - Kejaksaan Agung Ukraina membuka penyelidikan dugaan keterlibatan Belarus dalam penyelundupan anak-anak Ukraina, seperti yang dilakukan Rusia. Anak-anak tersebut diketahui dibawa ke tempat penampungan sementara yang berada di Belarus.
Penetapan Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam buronan ICC (Pengadilan Kriminal Internasional) pada Maret lalu berkaitan dengan pemindahan anak-anak Ukraina ke Rusia. Selain itu, Ombudsman Hak Asasi Anak Rusia, Maria Lvova-Belova juga ditetapkan sebagai buronan.
1. Terdapat 2.150 anak yang ditampung di Belarus

Jaksa Agung Ukraina, Andriy Kostin mengatakan pada Reuters bahwa pembukaan investigasi ini terkait 19 ribu anak-anak yang dideportasi paksa. Anak-anak yang masih berusia antara 6-15 tahun itu berasal dari Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, Kherson, dan Kharkiv.
"Fakta dan situasi dalam mengambil anak-anak Ukraina dari wilayah dudukan sementara di Ukraina ke tempat yang dijuluki kamp rekreasi masih dalam penyelidikan dan disebutkan juga dalam pembukaan dakwaan kriminal," terang Kostin pada Selasa (23/5/2023).
Kabar ini diketahui dari organisasi oposisi, Managemen Anti-Krisis Nasional (NAM) yang menyebut bahwa sekitar 2.150 anak Ukraina berada di negaranya. Mereka ditampung di area bernama kamp rekreasi dan sanatorium di teritori Belarus.
Dalam laporan tersebut, anak-anak asal Ukraina diduga dibawa ke Golden SandSanatorium di Gomel dan Ostroshitsky Gorodok Sanatorium, serta kamp Dubrava yang terletak di Minsk.
2. Tindakan Belarus melanggar Konvensi HAM Anak
Asisten Profesor dari University College London, Yulia Ioffe mengatakan bahwa jika memang informasi tersebut benar adanya. Maka, Belarus termasuk melanggar Konvensi Hak Asasi Anak.
"Aksi dari Belarus kemungkinan masuk dalam kasus kejahatan terhadap kemanusiaan karena mendeportasi paksa penduduk di bawah Statuta Roma dari ICC. Terdapat bukti yang cukup bahwa terdapat pemaksaan transfer secara luas dan sistematis," ujar Ioffe.
Ia menambahkan bahwa dalam kasus ini Belarus tidak dapat dimasukkan dalam negara netral. Terdapat kemungkinan anak-anak tersebut dievakuasi secara ilegal karena tidak ada indikasi bahwa Ukraina mengizinkannya.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Belarus, Anatoly Glaz menampik dugaan tersebut dan menyebut tuduhan itu tidak pantas. Ia menegaskan bahwa tudingan tersebut tidak sesuai dengan realita, dilaporkan Newsweek.
3. Belarus dirikan pertahanan di perbatasan Ukraina

Pekan lalu, Belarus sudah memulai pembangunan benteng pertahanan di sekitar perbatasan Ukraina. Benteng tersebut meliputi beton anti-tank kecil berbentuk piramida yang kerap dijuluki sebagai gigi naga, di Gomel.
Pertahanan gigi naga itu digunakan secara luas selama Perang Dunia II, untuk memperlambat kendaraan dan infantri musuh. Instalasi pertahanan ini bertujuan mengantisipasi serangan balik Ukraina, mengingat Belarus merupakan sekutu terdekat Rusia.
Meskipun demikian, Presiden Belarus, Alexander Lukashenko menyebut bahwa serangan balik Ukraina adalah informasi menyimpang.
"Tidak ada serangan balik dari sudut pandang saya, dan tidak mungkin bisa. Ini jelas sebuah kegilaan," terang Lukashenko saat menghadiri pertemuan aliansi CSTO (Collective Security Treaty Organization), dikutip The Moscow Times.