Belajar Memaknai Pertanyaan Sensitif saat Lebaran

Kapan nikah? Kapan lulus? Kok gemukan? Itu tadi beberapa pertanyaan sensitif yang sering dilontarkan keluarga besar pada generasi muda seperti kita. Ada yang menanggapinya biasa saja, ada pula yang sampai kepikiran dan tersinggung. Lantas, sebenarnya apa respons terbaiknya? Apa yang seharusnya kita rasa?
Hal yang terlihat sederhana tadi penulis sering kali renungkan saat akan berkumpul dengan keluarga besar, misalnya pada momen menjelang Lebaran seperti sekarang. Pertanyaan-pertanyaan sederhana tadi ternyata bisa kita maknai jika membedahnya satu per satu seperti ini. Buat kamu yang ingin cari inspirasi, silakan simak sampai akhir.
Kenapa keluarga bertanya?

Saat keluarga bertanya, mungkin kita justru berpikir kenapa mereka bertanya? Apa mereka benar-benar peduli? Apa mereka sangat berharap? Apa itu sekadar basa-basi atau justru menghina? Namanya juga perasaan, wajar saja kita berpikir begitu.
Melalui Psychology today, F Diane Barth, seorang psikoterapis sekaligus penulis, menyampaikan alasan kenapa seseorang bertanya hal-hal privat atau sensitif. Beberapa orang mungkin tak menyadai bahwa pertanyaan mereka ternyata mengganggu dan kurang pantas. Penyebabnya bisa jadi karena sulit berempati pada orang lain.
Dalam banyak budaya, membicarakan pencapaian pribadi, seperti menikah dan punya anak, merupakan hal umum dan kadang justru diharapkan. Intensi orang yang bertanya hal-hal tersebut bisa jadi karena ingin menjalin hubungan atau mengikuti norma sosial. Itu semua tanpa intensi untuk membuatmu tak nyaman.
Alasan berikutnya karena pengalaman pribadi. Mereka yang pernah menghadapi pertanyaan atau tekanan sosial serupa bisa jadi mewajarkan untuk menanyakan hal yang sama kepada orang lain. Perilaku ini dikenal juga sebagai identification with the aggressor. Karena pernah merasakan tekanan ini, tanpa sadar mereka meneruskan pada orang lain.
Pertanyaan bersifat pribadi bisa jadi justru mempererat hubungan dan komunikasi

Peneliti Einav Hart dari George Mason University School of Business punya pandangan positif tentang pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi ini. Bertanya tentang hal-hal pribadi bisa menjadi cara untuk membangun hubungan dan mempererat komunikasi. Meski pertanyaan sensitif bisa terasa mengganggu, hal itu dapat memperkuat hubungan sosial jika dalam konteks yang tepat.
Namun, kembali lagi, penanya harus benar-benar peka konteks yang tepat tersebut. Pertanyaan sensitif idealnya dilontarkan saat hubungan sudah dekat dan akrab. Pertanyaan pun tidak sekonyong-konyong dilontarkan. Tentunya, pertanyaan tersebut akan lebih baik jika dibangun dengan obrolan santai terlebih dahulu, seperti mempertanyakan kondisimu saat ini atau apa yang sedang mengganggumu saat ini.
Jika penanya memang benar-benar peduli dan berniat membantu, tentu saja dalam pertanyaan tersebut ada intensi untuk membantu atau minimal mau mendengarkan. Ini pun bisa terlihat dari nada dan cara penyampaian mereka. Lihat apakah mereka terburu-buru seperti orang kepo atau bernada lembut seperti benar-benar mendengarkan.
Mereka yang peduli pun akan menanyakan pada waktu dan situasi yang tepat. Mereka akan memilih waktu yang santai, alih-alih saat acara formal atau dalam kerumunan. Mereka pun tidak akan bertanya saat kamu dilanda musibah atau stres.
Kamu pun diberi kebebasan untuk tidak menjawab. Mau sebaik dan sepeduli apa pun seseorang, mungkin ada hal yang benar-benar ingin kamu jaga untuk diri sendiri tanpa membaginya pada siapa pun. Mereka yang peduli dan bijak akan menghargai jika kamu benar-benar tidak ingin menjawab.
Respons terbaik dalam menanggapi pertanyaan keluarga

Pertanyaan yang bersifat pribadi bisa datang tak terduga dari keluarga. Namun, sebenarnya kita bisa mencegahnya, terutama buat yang merasa tidak tahan mendengar pertanyaan ini walau sedikit saja. Sebisa mungkin, buat pertemuan keluarga terasa hangat tanpa ada kekhawatiran apa pun.
Cara mencegah pertanyaan ini bisa dengan cara tidak langsung, seperti lewat media sosial atau grup WhatsApp keluarga. Kamu bisa membagikan artikel atau video yang menjelaskan kenapa pertanyaan ini bisa bikin seseorang kurang nyaman. Kalau ingin yang ringkas dan mudah terlihat bisa dengan mengirimkan meme. Bisa jadi, metode yang jenaka begini mempan untuk mereka. Kamu pun bisa merespons dengan menyampaikan bahwa obrolan ringan atau membahas isu negara, misalnya, lebih menyenangkan ketimbang harus menyerempet pertanyaan pribadi.
Buat orang yang sudah dekat, kamu bisa menyampaikannya secara langsung sebelum momen kumpul keluarga. Sampaikan saja kalau kamu akan lebih menghargai kalau obrolan saat kumpul keluarga lebih baik tidak bikin orang tertekan. Pertanyaan seperti kapan nikah itu bisa bikin orang merasa kurang nyaman. Sampaikan pula preferensi pertanyaanmu, misalnya kamu lebih suka kalau ditanya soal pekerjaan, hobi, atau rencana liburan bersama.
Namun, jika harus menghadapi mereka yang memang bebal dan susah dihubungi sebelumnya, kamu harus menegaskan. Katakan dengan baik dan perlahan kalau pertanyaan-pertanyaan itu mengusikmu. Jika itu masih belum cukup dan mereka masih mengulanginya lagi, mungkin diam adalah jawaban terbaik. Itu karena membalas sekenanya atau dengan bercanda tidak akan efektif. Mereka tidak akan mengerti dan akan mengulanginya lagi saat bertemu.
Komunikasi memang seperti seni. Banyak hal yang perlu dipahami agar bisa saling mengerti. Sampaikan dengan lugas agar tercipta suasana kebersamaan keluarga yang aman dan nyaman.