Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Bukan Emas, Ini Investasi Sejati Buat Perempuan

ilustrasi wanita karir (unsplash.com/Icons8 Team)
ilustrasi wanita karir (unsplash.com/Icons8 Team)
Intinya sih...
  • Hidup tidak selalu sesuai rencana, kemandirian finansial penting untuk perempuan
  • Kemandirian finansial bukan tentang mengalahkan pasangan, tapi tanggung jawab pada diri sendiri dan keluarga
  • Perempuan berpenghasilan harus bijak dalam memandang uang agar tidak merusak hubungan, juga waspada terhadap mitos pernikahan

Hai girls! Pernahkah kamu berpikir "Hidup kok nggak sesuai ekspektasi ya?" Baik, kamu tidak sendirian! Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Seperti perjalanan yang penuh kejutan, kadang kita berada di atas, kadang di bawah, tanpa peringatan. Dalam ketidakpastian ini, kemandirian finansial menjadi benteng pertahanan penting bagi perempuan, bukan sekadar simbol emansipasi.

Memahami makna kemandirian finansial

ilustrasi perempuan membaca (unsplash.com/Xhiliana)
ilustrasi perempuan membaca (unsplash.com/Xhiliana)

Kemandirian finansial perempuan sering disalahartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap peran tradisional atau upaya untuk menyaingi penghasilan pasangan. Padahal sesungguhnya, esensinya jauh lebih dalam. Ini tentang resiliensi, kemampuan untuk bangkit kembali saat kehidupan tidak berjalan sesuai harapan.

Dr. Ratih Andjayani, psikolog dan peneliti gender menjelaskan, "Kemandirian finansial perempuan bukanlah tentang mengambil alih peran kepala keluarga, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kontribusi terhadap keluarga."

Intinya, punya uang sendiri itu bukan buat menantang siapa-siapa, tapi buat jaga-jaga kalau hidup tiba-tiba hal tak terduga terjadi. 

Menjaga keseimbangan dalam hubungan

ilustrasi pasangan bercerita (unsplash.com/Leslie Jones)
ilustrasi pasangan bercerita (unsplash.com/Leslie Jones)

Salah satu hal yang perlu diwaspadai bagi perempuan berpenghasilan adalah menganggap uang sebagai sumber kekuasaan. Ini justru dapat merusak dinamika hubungan, khususnya dalam pernikahan. Dalam ajaran agama dan nilai-nilai keluarga di Indonesia, suami tetap imam (pemimpin) keluarga. Riset dari Lembaga Kajian Keluarga Indonesia menunjukkan bahwa pernikahan paling harmonis adalah yang memperlakukan penghasilan sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama, bukan sebagai alat ukur kontribusi atau kekuasaan.

Menikah bukan solusi finansial

ilustrasi pasangan menikah (unsplash.com/Benita Elizabeth John)
ilustrasi pasangan menikah (unsplash.com/Benita Elizabeth John)

Mitos bahwa menikah akan menyelesaikan masalah keuangan masih banyak beredar di masyarakat. Padahal, pernikahan justru menambah tanggung jawab finansial. Data dari Badan Peradilan Agama mencatat bahwa masalah keuangan menjadi salah satu penyebab utama perceraian di Indonesia. Ini memperkuat argumen bahwa pernikahan tanpa kesiapan finansial kedua belah pihak justru bisa menjadi sumber masalah. Jadi, please jangan anggap cincin nikah sebagai tiket emas ke financial freedom ya!

Uang bukan segalanya, tapi penting

ilustrasi uang rupiah (unsplash.com/Muhammad Daudy)
ilustrasi uang rupiah (unsplash.com/Muhammad Daudy)

"Uang memang bukan segalanya, tapi bisa menyelamatkan kita dari banyak kesulitan," ungkap Ligia Pratiwi, penulis buku "Finansial Cerdas ala Perempuan Indonesia". Pernyataan ini mengandung kebenaran yang tidak terbantahkan. Dengan memiliki penghasilan sendiri, perempuan memiliki rasa aman saat menghadapi situasi tidak terduga dan kepercayaan diri dalam menjalankan peran di keluarga dan masyarakat.

Mulai membangun fondasi di usia 20-an

ilustrasi perempuan mengobrol. (unsplash.com/Briana Trozour)
ilustrasi perempuan mengobrol. (unsplash.com/Briana Trozour)

Usia 20-an adalah masa penting untuk membangun fondasi kemandirian finansial.  Beberapa langkah awal yang bisa dilakukan antara lain : Memahami aliran keuangan dengan melacak pemasukan dan pengeluaran untuk memahami pola keuangan pribadi; Membangun dana darurat, minimal setara tiga sampai enam bulan pengeluaran bulanan; Mulai berinvestasi, memanfaatkan kekuatan bunga majemuk sejak dini; Meningkatkan literasi finansial, membaca, mengikuti kursus, atau bergabung dengan komunitas keuangan. 

Memilih lingkaran pertemanan yang tepat

ilustrasi persahabatan (unsplash.com/Courtney Cook)
ilustrasi persahabatan (unsplash.com/Courtney Cook)

Di era media sosial yang terbuka, penting untuk bijak menentukan apa yang dibagikan dan kepada siapa. Tidak semua orang perlu mengetahui detail kehidupan kita, termasuk kondisi finansial. Memiliki teman yang tidak suka bergosip dan memberikan dukungan penuh adalah aset berharga. Penelitian dari Harvard Study of Adult Development bahkan mengonfirmasi bahwa kualitas hubungan sosial lebih memprediksi kebahagiaan daripada status sosial ekonomi.

Mematahkan mitos, saatnya edisi perempuan mandiri

ilustrasi wanita melawan mitos (unsplash.com/Andrey Zvyagintsev)
ilustrasi wanita melawan mitos (unsplash.com/Andrey Zvyagintsev)

Masyarakat masih sering menghadirkan mitos-mitos yang membebani perempuan berpendidikan dan berkarier, seperti pertanyaan yang selalu aku terima "sibuk kerja belum punya anak atau perempuan juga kerja bisa bikin rezeki suami seret, Abaikan, girls! Nilai perempuan bukan dari cara melahirkan dan ini murni keputusan medis, apalagi tidak ada korelasi naik turun penghasilan suami dengan rezeki istri, Istri yang bekerja malah membantu perekonomian keluarga.

Dengan memahami bahwa kemandirian finansial adalah bentuk resiliensi, bukan sekadar perwujudan emansipasi, diharapkan lebih banyak perempuan Indonesia termotivasi untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan keuangan. 

Investasi terbaik bukanlah emas atau barang berharga lainnya, melainkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan, kemampuan memilih lingkungan pertemanan yang mendukung, dan perspektif yang sehat tentang berkeluarga.

Sumber : 

  1. Andjayani, R. (2023). Psikologi Finansial Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.
  2. Badan Peradilan Agama. (2023). Laporan Tahunan Penyebab Perceraian di Indonesia.
    BKKBN. (2024). Studi Demografis Pernikahan Perempuan Berpendidikan Tinggi.
  3. Harvard Study of Adult Development. (2021). Longitudinal Study on Happiness and Well-being.
  4. Mulia, M. (2023). Perempuan Modern dalam Perspektif Islam. Jakarta: Mizan.
  5. Pratiwi, L. (2023). Finansial Cerdas ala Perempuan Indonesia. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Risma Achmad
EditorRisma Achmad
Follow Us