Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Penutupan Velvet Suite CGV Blitz Palembang: Semesum Itukah Orang Indonesia?

Nefri Inge/liputan6.com

Rabu, 1 Februari 2017 kemarin, Bioskop CGV cabang Palembang didatangi langsung oleh Wakil Wali Kota Palembang sendiri, Fitrianti Agustinda. Namun, uniknya hanya salah satu studio yang didatangi. Satu dari enam auditorium di CGV. Studio 6 Velvet dari CGV Palembang ini mendapat sorotan lebih dari Finda, sapaan akrabnya, sendiri. Dikutip dari Liputan6.com, Finda tercengang dengan kondisi studio satu itu. Bukan karena tidak layak, tapi fasilitas di dalamnya terlalu 'mewah'.

Finda menyebut kalau fasilitas berupa kasur springbed, bantal dan selimut untuk para penonton bisa saja jadi tempat mesum terselubung. Sidak dilakukan karena juga ada laporan akan fasilitas yang terkesan 'aneh' dan bisa 'mengundang' tindak asusila.

Velvet Suite CGV memang diisi dengan kasur.

Default Image IDN

Dalam studio tersebut terdapat 12 unit kasur dengan 24 orang penonton. Berarti masing-masing kasur dapat ditempati dua penonton. Finda pun mempertanyakan kondisi bioskop. Pihak penanggung jawab bioskop pun telah menjelaskan perbedaan. Kendati demikian, Finda tetap tidak menerima alasan tersebut. Finda sendiri takut 'hal-hal yang tidak diinginkan' akan terjadi.

Kalau seperti ini, bukannya mau nonton, tapi bisa digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan

Velvet Suite CGV Palembang ditutup sementara.

Default Image IDN

Nah, usai sidak, Finda langsung meminta petugas Satpol PP menutup studio Velvet ini. Kemudian, pihak manajemen pun mengubah konsep tempat duduk mereka. Finda bahkan mengancam akan mencabut izin CGV jika manajemen tidak mengganti model ruangan tersebut.

Heran. Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi ini. Velvet Suite CGV Palembang memungut biaya Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per kursi. Harga ini digunakan bagi penonton yang ingin menikmati pengalaman nonton 'mewah'. Ya, mewah, mereka ingin menikmati tempat menonton yang lebih layak, bukan sekadar kursi perorangan dengan berdesak-desakan. Orang-orang rela menggelontorkan uang tiga sampai empat kali lipat harga tiket biasa untuk menempati studio yang lebih nyaman.

CGV di Palembang sendiri baru hadir awal Januari 2017 ini, tepatnya tanggal 7. Belum satu bulan bioskop ini beroperasi pun orang-orang seolah sudah berpikiran buruk. Mengapa? Semesum itukah orang-orang Indonesia?

CGV Velvet Suite = tempat mesum?

Default Image IDN

Benarkah seperti itu? Lokasi-lokasi yang begitu luas dengan ranjang untuk dua orang serta ruangan gelap akan menjadi lokasi mesum. Secara otomatis? Benarkah setiap pribadi dari kita mampu memandang sesama kita begitu 'mesum'? Jadi jika menemukan ruangan gelap dengan harga Rp 150.000 mereka akan dengan mudahnya melakukan tindakan mesum.

Justru hal ini menunjukkan bagaimana kita tidak dapat berpikir positif terhadap satu sama lain. Tidak salah untuk jadi pribadi yang was-was, tapi gak selamanya semua orang itu mesum. Toh pihak manajemen CGV sendiri telah memasang CCTV. Setiap gerak-gerik 'mesum' dalam studio akan terekam dengan mudah.

Edi, pengelola CGV Palembang bahkan sudah menyebut ada izin dari Pemkot Palembang. Kemudian, 'penyesuaian' harusnya sudah dilakukan sejak awal. Bukan setelah berjalan beberapa minggu. Kalau benar-benar mesum, konsep bioskop CGV, terutama studio Velvet, pun serupa. Pengalaman nonton yang seharusnya jadi perhatian. Bukan khawatir bahwa hasrat seks orang Indonesia itu 'pasti' begitu besar sehingga harus mesum di mana pun dan kapan pun.

Bertindak tepat, tapi memahami konsep sebuah tempat itu juga penting.

Default Image IDN

Informasi di atas menyebut kalau pihak manajemen telah membuktikan kalau setiap Velvet Suite CGV seluruh Indonesia mengusung tema serupa. Tidak salah bagi Wakil Wali Kota ini untuk melakukan teguran, tapi hal ini justru tidak jadi masalah di kota lain. Mengapa? Karena konsep yang dibawa oleh lokasi tertentu juga harus jadi pertimbangan.

Jakarta, Bandung, Tangerang, Surabaya, Batam, Medan sampai Manado pun memiliki konsep Velvet Suite yang serupa. Kasur untuk dua orang dengan ruangan luas dan layar yang begitu lebar. Memanjakan mata untuk menyaksikan film 1,5 jam dengan tempat duduk atau bersandar yang lebih nyaman. Tidak boleh? Jadi semua harus dipisahkan satu per satu? Bagaimana dengan pasangan suami-istri (ini resmi lho) yang ingin menghabiskan waktu bersama? Tetap dilarang? Mereka juga punya hak. Mereka punya uang dan keinginan untuk mendapatkan yang 'mewah'.

Jadi, pada akhirnya ini bukan hanya soal apakah orang-orang akan berbuat asusila atau tidak, tapi juga cara menikmati sesuatu. Sekali lagi, jangan pikir orang Indonesia itu sangat mesum sampai-sampai kita harus melarang segalanya. Justru karena ketakutan berlebihan ini yang membuat orang-orang Indonesia begitu 'penasaran'.

Larangan demi larangan terhadap kejadian yang belum pasti terjadi justru membuat orang-orang lebih 'tertantang' untuk mencoba. Coba pikirkan baik-baik, apakah benar kita sudah harus melarang segalanya demi 'menghindari', kenapa tidak mulai dari pendidikan seks yang lebih baik dan 'aman'?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Erwanto Khusuma
EditorErwanto Khusuma
Follow Us