Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Ikut Tren Kabur Aja Dulu Tidak Nasionalis? Ini 5 Jawabannya!

ilustrasi melihat jadwal keberangkatan di bandara (pexels.com/Connecting Flights Guide)
ilustrasi melihat jadwal keberangkatan di bandara (pexels.com/Connecting Flights Guide)

Tagar #KaburAjaDulu belakangan ini ramai dibicarakan di media sosial. Banyak anak muda mulai melihat peluang bahwa tinggal dan bekerja di luar negeri sebagai solusi untuk kehidupan yang lebih baik. Alasan utamanya beragam, dari sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak hingga keinginan meningkatkan kualitas hidup. Namun, pernyataan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang menyebut mereka yang pergi ke luar negeri sebagai tidak nasionalis menuai pro dan kontra di masyarakat.

Di satu sisi, ada yang setuju dengan pernyataan tersebut, karena menganggap bahwa meninggalkan negara sendiri berarti gak punya rasa cinta terhadap tanah air. Namun di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri bukan berarti gak nasionalis. Jadi, apakah benar kalau ikut tren #KaburAjaDulu itu bisa dianggap gak nasionalis? Yuk, kita bahas lebih dalam!

1. Nasionalisme itu bukan sekadar tinggal di Indonesia

ilustrasi atlet Indonesia (pexels.com/Byrle 3gp)
ilustrasi atlet Indonesia (pexels.com/Byrle 3gp)

Banyak orang masih berpikir bahwa nasionalisme hanya diukur dari tempat tinggal seseorang. Namun, data dari World Bank menunjukkan bahwa negara-negara dengan diaspora besar seperti India dan Filipina tetap memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan warganya di luar negeri melalui remitansi yang signifikan. Selain itu, kebijakan China dalam menarik kembali para profesionalnya dengan insentif karier dan fasilitas penelitian telah berhasil mencegah brain drain dan bahkan meningkatkan inovasi di dalam negeri.

Padahal, cinta tanah air bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, bukan cuma dengan bertahan di dalam negeri. Banyak warga Indonesia yang tinggal di luar negeri tapi tetap peduli dengan perkembangan negara, ikut berkontribusi dalam berbagai cara, bahkan membela nama baik Indonesia di kancah internasional. Misalnya, ilmuwan dan atlet yang membawa nama Indonesia di panggung dunia, mereka jelas menunjukkan nasionalisme meskipun tinggal jauh dari tanah air.

Selain itu, para pekerja migran juga punya kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Uang yang mereka kirimkan ke keluarga di tanah air membantu menggerakkan roda ekonomi, bahkan dalam beberapa kasus, bisa lebih bermanfaat dibanding mereka yang bekerja di Indonesia dengan gaji yang pas-pasan. Jadi, kalau seseorang pergi ke luar negeri untuk memperbaiki hidupnya, itu bukan berarti dia gak cinta Indonesia, tapi justru bisa jadi bentuk kepedulian dengan cara yang berbeda.

2. Mencari kehidupan yang lebih baik bukan pengkhianatan terhadap negara

ilustrasi bekerja di luar negeri (pexels.com/Hyundai Motor Group)
ilustrasi bekerja di luar negeri (pexels.com/Hyundai Motor Group)

Banyak orang yang memilih pergi ke luar negeri bukan karena benci dengan Indonesia, tapi karena ingin mencari peluang yang lebih baik. Kalau di dalam negeri peluangnya terbatas, wajar dong kalau seseorang mencari tempat yang lebih bisa mengapresiasi kemampuannya? Ini bukan berarti mereka mengkhianati negara, justru ini bentuk usaha untuk meningkatkan taraf hidup, baik untuk diri sendiri maupun keluarga.

Apalagi, sejarah menunjukkan banyak tokoh yang merantau ke luar negeri demi menimba ilmu, lalu kembali dan berkontribusi bagi Indonesia. Misalnya, banyak pengusaha yang menempuh pendidikan di luar negeri sebelum mendirikan perusahaan yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Melansir Google Temasek 2022, sektor digital di Indonesia berkembang pesat berkat inovasi para wirausahawan yang pernah belajar di luar negeri. Jadi, anggapan bahwa pergi ke luar negeri berarti meninggalkan Indonesia jelas keliru.

3. Pemerintah harus introspeksi, bukan menyalahkan

ilustrasi demonstrasi (pexels.com/Ambrosius Mulalt)
ilustrasi demonstrasi (pexels.com/Ambrosius Mulalt)

Kalau semakin banyak orang yang memilih pergi ke luar negeri, seharusnya ini menjadi bahan introspeksi bagi pemerintah. Kenapa banyak rakyat yang merasa gak bisa berkembang di negeri sendiri? Kenapa mencari pekerjaan dengan gaji layak di Indonesia terasa sulit? Alih-alih menyalahkan rakyat yang mencari kehidupan lebih baik, pemerintah seharusnya fokus memperbaiki kondisi ekonomi, menciptakan lapangan kerja yang lebih baik, serta memastikan kesejahteraan rakyatnya.

Kalau rakyat merasa dihargai, mendapatkan kehidupan yang layak, dan merasa aman di negeri sendiri, gak akan ada yang merasa perlu kabur. Contohnya India, yang berdasarkan riset Migration Policy Institute 2023, berhasil menarik kembali para insinyur dan ilmuwan dengan menawarkan ekosistem riset dan startup yang kompetitif. Namun. jika kondisi di dalam negeri terus-menerus gak memberikan kepastian, wajar kalau banyak yang memilih mencari peluang di tempat lain. Ini bukan soal nasionalisme, tapi soal bertahan hidup dan mencari masa depan yang lebih baik.

4. Banyak negara justru mendorong warganya untuk berkembang di luar negeri

ilustrasi pekerja (pexels.com/Hoang NC)
ilustrasi pekerja (pexels.com/Hoang NC)

Beberapa negara justru mendorong warganya untuk mencari pengalaman di luar negeri karena mereka melihatnya sebagai investasi jangka panjang. Contohnya, Korea Selatan dan Taiwan menawarkan beasiswa serta insentif pekerjaan bagi lulusan luar negeri agar mereka kembali dan berkontribusi. Menurut laporan OECD, Taiwan berhasil menurunkan angka brain drain dengan program kepulangan tenaga ahli yang mencakup fasilitas riset dan insentif keuangan.

Indonesia juga sebenarnya punya banyak program seperti ini, tapi sayangnya, gak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Makanya, banyak yang memilih jalannya sendiri untuk pergi ke luar negeri dengan biaya sendiri, dengan harapan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kalau pemerintah bisa melihat ini sebagai peluang, bukan ancaman, mungkin stigma negatif terhadap orang yang pergi ke luar negeri bisa berubah.

5. Nasionalisme itu tentang kontribusi, bukan lokasi

ilustrasi membantu orang yang lebih tua (unsplash.com/Grab)
ilustrasi membantu orang yang lebih tua (unsplash.com/Grab)

Nasionalisme sejati itu bukan soal di mana kamu tinggal, tapi apa yang kamu lakukan untuk negerimu. Orang yang tinggal di Indonesia tapi gak peduli dengan kondisi negara, gak mau berkontribusi, atau bahkan merugikan bangsa sendiri, jelas gak bisa dibilang nasionalis. Sementara itu, orang yang tinggal di luar negeri tapi masih peduli dengan Indonesia, tetap berkontribusi dalam berbagai cara, dan membawa nama baik Indonesia di dunia internasional, jelas lebih nasionalis meskipun mereka jauh dari tanah air.

Banyak diaspora Indonesia yang bekerja di berbagai bidang, dari sains, teknologi, seni, hingga bisnis, yang tetap membawa identitas Indonesia dalam setiap langkah mereka. Bahkan, banyak yang aktif membantu sesama warga Indonesia di luar negeri, menciptakan komunitas yang kuat, dan tetap merasa bangga sebagai orang Indonesia. Kalau begitu, apa masih bisa dibilang kalau mereka gak nasionalis hanya karena mereka tinggal di luar negeri?

Kerja di luar negeri bukan berarti meninggalkan Indonesia, tapi bisa jadi cara untuk mencari peluang yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Banyak orang yang tetap berkontribusi untuk Indonesia meskipun mereka tinggal jauh dari tanah air. Karena pada akhirnya, nasionalisme bukan soal di mana kamu tinggal, tapi apa yang kamu lakukan untuk negaramu. Jadi, kalau ada kesempatan apakah kamu bakal ikutan #KaburAjaDulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us