Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada, Proxy War Tengah Mengincar Indonesia!

nu.or.id
nu.or.id

Sang ahli perang legendaris, Sun Tzu pernah berkata,

Untuk memenangkan sebuah pertempuran maka kamu harus mengenal siapa musuhmu dan mengenal dirimu sendiri.

Akan tetapi saat ini, mengenali siapa “musuhmu” yang sebenarnya sangatlah sulit. Mengapa demikian? Karena pihak-pihak yang sebenarnya bermusuhan tidak saling berhadapan. Salah satu pihak dapat menggunakan pihak ketiga untuk menghadapi musuhnya. Inilah yang disebut dengan Proxy War (Perang Proxy). Dan jenis perang inilah yang saat ini sedang melanda Indonesia, bahkan sejak beberapa tahun terakhir. Artinya saat ini sudah ada beberapa pihak yang berusaha “perang” dengan Indonesia menggunakan pihak ketiga.

Strategi ini hampir mirip dengan devide et impera yang digunakan Belanda untuk memecah belah Indonesia dahulu kala. Tapi akibat yang ditimbulkan juga hampir sama, yaitu membuat Indonesia menjadi lemah sehingga mudah untuk dikuasai. Tujuannya pun juga hampir sama, apalagi kalau bukan ekonomi? (penguasaan sumber daya alam).

1. Proxy war pada perebutan bisnis kelapa sawit.

vebma
vebma

Setelah peristiwa lepasnya Timorleste dari Indonesia, kita perlu belajar dari pengalaman itu agar tidak terulang lagi. Menurut Jenderal Gatot masih ada indikasi-indikasi proxy war yang masih tersamarkan wajahnya, justru hal itu yang wajib kita waspadai. Salah satunya seperti serangkaian demonstrasi besar-besaran yang menentang 20 perusahaan kelapa sawit milik Indonesia di Sumatera tahun 2013. “Pada akhirnya banyak perusahaan kelapa sawit yang ditutup (akibat demo), sehingga pada akhirnya dijual kepada pihak asing. Dan anehnya tiba-tiba demonstrasi itu berhenti setelah 20 perusahaan itu dikuasai pihak asing,” ujar Gatot.

2. Indonesia jadi target Proxy War dari Australia.

vebma
vebma

Beberapa contohnya sudah terlihat, diantaranya dipaparkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo. Jenderal Gatot mengemukakan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi proxy war. “Contoh yang paling jelas dari proxy war adalah lepasnya Timor Timur dari Indonesia (tahun 1999). Ada apa di balik upaya melepaskan Timor Timur dari Indonesia? Ternyata ada yang menginginkan ladang minyak Greater Sunrise di Celah Timur.

Sebuah buku tentang isu itu ditulis oleh orang Australia yang menjadi penasihat (mantan Presiden Timor Leste dan mantan pemimpin pemberontak Fretilin) Xanana Gusmao,” Tutur Gatot di salah satu acara di Universitas Diponegoro, yang dilansir oleh thejakartapost.com. Dan saat ini ladang minyak Greater Sunrise telah dipegang oleh perusahaan migas asal Australia, Woodside Petroleum.

Dari kejadian itu sudah sangat jelas kalau itu merupakan strategi Proxy War yang dilancarkan oleh Australia, Australia menggunakan Fretilin sebagai pihat ketiga untuk memerangi Indonesia. Dan kita tahu Australia tak mungkin berani bertindak sendiri, dia pasti telah didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Sudah menjadi rahasia umum kalau AS dan Inggris sering menggunakan PBB sebagai senjata pembenaran untuk melancarkan politik luar negeri mereka. Kemudian saat itu PBB membentuk UNAMET untuk melakukan referendum di Timor Timur yang pada akhirnya berujung pada lepasnya Timor Timur.

3. Proxy war menyerang anak muda.

vebma
vebma

Selanjutnya Jenderal Gatot juga memprediksi kalau saat ini telah dilancarkan proxy war dengan para pemuda sebagai targetnya. Pak Gatot memaparkan dalam tiga tahun terakhir ada kurang lebih 21 kasus kampus-kampus yang dirusak oleh para mahasiswanya sendiri. Itu merupakan indikasi bahwa para mahasiswa sedang menjadi target Proxy War. Jalan lain untuk menarget para pemuda adalah dengan menggunakan narkoba.

Menurut Pak Gatot, saat ini peredaran narkoba di kalangan pemuda merupakan bentuk proxy war yang bertujuan untuk melemahkan fisik dan mental generasi muda. Hampir mirip seperti Perang Candu yang dulu pernah dilancarkan oleh Inggris untuk melemahkan pemuda-pemuda China (HongKong) di masa kolonial. Kalau tidak segera diantisipasi, maka di tahun 2017 ini generasi muda Indonesia akan semakin mengalami kemunduran fisik dan mentalnya.

4. Mewaspadai proxy war.

vebma
vebma

Proxy war memang tak mudah untuk diidentifikasi, sehingga kita harus selalu mewaspadainya. Tak ada pilihan lain selain melawannya. Kita tentunya tidak mau terus-terusan dijadikan target Proxy War oleh pihak asing. Dan kita tentunya tak mau di tahun 2017 ini Indonesia semakin terjerumus ke dalam proxy war yang lainnya. Hal ini tak bisa kita hindari, semua elemen bangsa ini, terutama para generasi muda, harus pintar, waspada dan selalu berfikir logis, harus sadar akan bahaya yang sedang mengancam.

Cukup menjadi masa lalu bangsa ini  “diadu domba” oleh pihak asing. Melalui Pendidikan menjadi kunci menyelamatkan bangsa ini. Rasa patriotisme juga harus terus dipupuk dan dipertahankan sebagai benteng diri. Seperti yang dikatakan oleh Sun Tzu, kita harus mengenal siapa musuh kita.

Dan tak lupa kita juga harus mengenal diri kita sendiri. Itu hanya bisa dilakukan jika kita terdidik dan memiliki rasa patriotism pada hati kita. Musuh dengan berbagai strategi konspirasi yang amat licik memang sulit untuk ditundukkan. Tapi bukan berarti kita hanya bisa diam, kita harus melawannya. Pintarlah dan bersatulah, di tahun 2017 ini Indonesia harus melawan dan berusaha lepas dari Proxy War pihak asing.

Share
Topics
Editorial Team
Putra Dewangga Candra Seta
EditorPutra Dewangga Candra Seta
Follow Us