- Ensayo: gerakan kaki yang cepat dan menggores lantai. Gerakan ini dijadikan sebagai awalan Danza de Tijeras.
- Zapateo: menjaga irama musik dengan kaki.
- Pampa ensayo: Para penari berlutut dan menggerakkan kaki secara bergantian.
- Patara: para penari berdiri dan menari dengan posisi kaki berjinjit.
- Prueba: melepas topi dan melakukan gerakan akrobatik.
- Pasta: para penari melakukan aksi ekstrem yang “ajaib”
- Agonia: Sang penari akan berpura-pura mati.
- La mala vida: gerakan yang menandakan Danza de Tijeras telah berakhir
4 Fakta Menarik Danza de Tijeras, Tarian Tradisional Ekstrem dengan Gunting dari Peru

- Danza de Tijeras sudah ada selama lebih dari 5 abad yang lalu, berasal dari ritual tusug dan perlawanan terhadap penjajah Spanyol.
- Tarian ini melibatkan atraksi ekstrem dengan gerakan akrobatik, diiringi musik biola dan harpa, serta diajarkan sejak dini untuk melestarikan tradisi.
- Kostum penari Danza de Tijeras khas dengan warna cerah, sulaman metalik, rumbai emas dan perak, serta menjadi daya tarik bagi wisatawan asing.
Peru, sebuah negara yang terletak di bagian selatan Amerika ini memiliki budaya yang kaya dan masih menjadi tradisi kental hingga saat ini. Warisan dari generasi ke generasi terus dilakukan untuk menjaga eksistensi tradisi leluhur. Hal tersebut berlaku pada tarian tradisional Danza de Tijeras. Tarian ekstrem yang menggunakan dua bilah logam yang menyatu membentuk gunting dengan ujung yang tumpul. Danza de Tijeras juga biasa disebut sebagai Galas dengan penarinya yang dipanggil sebagai danzaq.
Tarian tradisional ini berhasil mencuri perhatian para wisatawan yang tertarik dengan budaya masyarakat Amerika Selatan. Mulai dari penampilannya yang ekstrem, gerakan-gerakan akrobatik, serta pakaiannya yang mencolok menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, tarian tradisional ini juga menyimpan fakta lainnya, yuk simak artikel berikut
1. Sudah ada sejak lebih dari 5 abad yang lalu

Selama lebih dari 500 tahun, Danza de Tijeras menjadi tarian ekstrem yang membuat jantung berdegup tiap kali menontonnya. Danza de Tijeras atau tarian gunting ini merupakan tarian tradisional khas penduduk desa dan komunitas Quechua di Peru terutama di wilayah Andes, wilayah di bagian Amerika Selatan. Dahulu, sebelum Danza de Tijeras diekspresikan seperti saat ini, tarian ini diciptakan untuk menghibur dan melaksanakan ibadah serta pekerjaan seperti irigasi, pengolahan tanah, panen, dan pemotongan bulu domba. Tarian gunting ini diyakini berasal dari ritual yang dilakukan oleh para Pendeta di Andes yang biasa disebut sebagai tusug. Tusug tidak hanya berperan sebagai pendeta, tetapi juga merangkap sebagai peramal, ahli sihir, dan tabib. Tusug menentang keras kedatangan penjajah dari Spanyol dan lahirnya norma atau aturan-aturan baru. Sehingga Danza de Tijeras menjadi bentuk perlawanan dengan tradisi yang kuat.
Selain dipercaya berawal dari peran besar tusug, asal-usul tarian gunting ini juga dipercaya tercipta akibat penganiayaan para penari selama tahun 1500-an. Para penari dianiaya karena tarian yang mereka lakukan dinilai sebagai bentuk kepemilikan ilmu hitam. Para penari dianggap sebagai supaypa guagua atau sebutan untuk anak iblis yang membuat perjanjian dengan iblis untuk mendapatkan ilmu hitam. Saat ini, tarian gunting telah diterima oleh masyarakat. Bahkan telah banyak ditampilkan dalam perayaan umat Kristen. Namun, para penari dilarang memasuki gereja menggunakan kostum khas Danza de Tijeras.
2. Atraksi ekstrem yang diajarkan sejak dini

Nama tarian ini tentu didasarkan pada sepasang batang logam yang dipoles hingga menyerupai bilah gunting. Sepasang logam tersebut dipegang oleh masing-masing penari di tangan kanannya. Dua penari pria yang selanjutnya disebut sebagai danzak saling berhadapan untuk berkompetisi mengungguli satu sama lain. Keduanya akan melakukan serangkaian atraksi seperti melompat, salto, jungkir balik sambil menghasilkan bunyi ritmis dari gunting yang berdenting. Kamu tidak hanya bisa menikmatinya secara visual, tarian ini juga diiringi dengan melodi dari biola dan harpa. Atraksi yang dilakukan oleh penari ini membentuk struktur gerakan tradisional eight-part yang terdiri dari
Selain gerakan-gerakannya yang akrobatik dan ekstrem, para penari dapat bertahan hingga 10 jam lamanya untuk terus menari. Menurut kepercayaan mereka, hal tersebut karena para penari dirasuki oleh dewa yang membuat mereka tetap penuh semangat dalam menari karena tarian ini ditujukan untuk mengusir para penjajah dari Spanyol. Tidak hanya ditarikan seperti tarian biasa, Danza de Tijeras juga biasa diadakan sebagai kompetisi yang disebut sebagai atipanakuy atau hatipanakuy.
Untuk menyiapkan generasi-generasi selanjutnya akan tarian tradisional ini, masyarakat Quechua memperkenalkan Danza de Tijeras sedari dini. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menguasai koreografi yang menuntut kekuatan fisik serta keberanian selama menari. Para pemuda Quechua menyebut dirinya sebagai Wamani atau roh gunung karena mereka percaya bahwa mereka menari di bawah perlindungan para roh gunung. Pelatihan fisik dan spiritual diwariskan dari guru ke murid di setiap komunitas Quechua demi melestarikan tarian ini dari generasi-ke generasi. Usaha tersebut tidak sia-sia karena Danza de Tijeras telah terdaftar di Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2010.
3. Kostum warna-warni khas penari Danza de Tijeras

Tidak bisa dipungkiri, saat pertama kali melihat penampakan para penari Danza de Tijeras yang paling mencuri perhatian adalah kostumnya yang tampak meriah. Mereka selalu kompak mengenakan pakaian berwarna cerah yang terdiri dari celana longgar dan jaket ketat. Jaket yang mereka kenakan dihiasi dengan sulaman metalik, rumbai emas dan perak, serta payet atau manik-manik berwarna-warni. Tidak lupa juga, mereka menghiasi kepala mereka dengan topi besar yang juga berumbai dan dilengkapi dengan pita. Masing-masing baju yang mereka kenakan akan diberi nama sesuai dengan pemakainya. Nama yang tertulis berupa sulaman.
Bahkan, mereka juga melengkapi penampilannya dengan sarung tangan di tangan kiri berwarna-warni, sedangkan tangan kanan fokus memegang dua bilah logam yang berbentuk gunting. Aksesoris yang mereka kenakan juga ada berupa celemek yang juga menggunakan warna-warni khas pakaian Danza de Tijeras. Bahkan, sepatunya pun menggunakan tali sepatu dengan warna yang kontras seperti hijau neon, merah, dan oranye. Dari atas hingga bawah, tampak keceriaan dari pakaian yang mereka kenakan.
4. Jadi incaran hiburan bagi wisatawan asing

Tarian ekstrem ini tentu tidak diadakan setiap hari. Ada waktu-waktu tertentu yang menjadi pilihan diadakannya Danza de Tijeras yaitu di bulan-bulan kemarau atau kering. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa Danza de Tijeras dikaitkan dengan kehadiran Yesus sehingga biasanya diadakan pada awal liburan Natal, selama tahun baru, dan saat Epifani yang bertepatan di tanggal 6 Januari. Saat ini, Danza de Tijeras ditampilkan tidak selalu di tempat-tempat sakral, namun tetap harus di bawah perlindungan Wamani, roh gunung yang mereka percayai.
Para wisatawan baik itu domestik maupun asing, tentu sangat tertarik untuk menikmati penampilan para danzak yang lihai dan ekstrem penuh akrobatik. Apalagi, melodi yang dihasilkan dari harpa dan biola selalu mengiringi agenda Danza de Tijeras. Tidak heran jika tarian ini menjadi incaran para wisatawan untuk menontonnya.
Kalau kamu berkesempatan ke Peru, jangan lupa untuk menikmati penampilan para danzak di Danza de Tijeras, ya!