5 Alasan Ilmiah Kamu Anggap Kucing Sebagai Anak Sendiri

- Kucing memiliki fitur mirip bayi seperti wajah bulat, pipi gembil, mata besar, hidung dan mulut kecil menurut studi Pet Face: Mechanisms Underlying Human-Animal Relationships.
- Suara kucing saat mengeong mirip dengan suara bayi, membuat manusia menganggapnya imut dan menginginkan interaksi, berdasarkan studi University of Milan dan Journal of Comparative Psychology.
- Interaksi antara pemilik kucing dengan hewan peliharaannya menciptakan ikatan yang membuat pemilik menganggap kucing sebagai anak sendiri berdasarkan studi What’s New, Pussycat? On Talking to Babies and Animals.
Bagi pet lovers, pasti sudah tidak asing dengan istilah “anabul” atau anak bulu. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut hewan peliharaan mereka. Sebagian dari pet lovers sering kali menganggap hewan peliharaan mereka sebagai anak sendiri, terutama untuk kucing.
Tapi, sebenarnya kenapa pet lovers menganggap kucing sebagai anak sendiri? Ternyata fenomena ini ada penjelasannya secara sains, lho. Penasaran apa alasannya? Simak faktanya berikut ini!
1. Ciri fisiknya yang mirip bayi

Jika kamu mengamati bayi, terdapat ciri khusus yang berbeda dengan anak-anak ataupun orang dewasa. Wajah bulat, pipi gembil, mata besar, hidung dan mulut yang kecil, pasti akan terbayang ketika mendengar bayi. Ternyata fitur ini juga dianggap dimiliki oleh kucing menurut studi yang berjudul Pet Face: Mechanisms Underlying Human-Animal Relationships.
Sehingga saat melihat kucing, di dalam benak manusia secara otomatis juga tergambar keimutan dari bayi. Bahkan, sebagian orang menilai kucing dan anjing sama imutnya dengan bayi manusia. Maka tak heran jika kamu seringkali menganggap kucing sebagai bayimu sendiri.
2. Efek suara kucing

Untuk pet lovers ataupun cat lovers, pernah nggak sih kamu merasa gemas setelah anabul mengeong padamu? Ternyata efek suara ini juga mempengaruhimu dalam menganggap kucing sebagai anak sendiri menurut studi yang dikeluarkan di University of Milan berjudul What’s in a Meow? A Study on Human Classification and Interpretation of Domestic Cat Vocalizations.
Kucing mengeong menunjukkan bahwa mereka ingin berkomunikasi dengan manusia. Sementara kucing yang masih kecil mengeong untuk mencari perhatian dan bantuan dari induknya. Dalam studi yang dilakukan oleh Journal of Comparative Psychology, saat kucing mengeong mereka mengeluarkan suara yang mirip seperti bayi. Sehingga, manusia menganggap vokalisasi suara kucing sama dengan suara bayi dan menganggapnya imut.
3. Respon ketika diajak berkomunikasi

Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, pet lovers pasti sering sekali recharge energi dengan berkomunikasi dengan anabul. Ternyata interaksi ini memiliki hubungan dengan alasan kenapa kamu menganggap kucing sebagai anak sendiri.
Sebuah studi yang berjudul What’s New, Pussycat? On Talking to Babies and Animals menyoroti tentang fenomena ini. Fenomena tersebut oleh peneliti disebut sebagai “pet-directed speech” di mana terjadi percakapan dan interaksi antara hewan peliharaan dan manusia secara timbal balik. Hal inibisa terjadi karena kucing dianggap dapat memahami manusia dan memberikan respon layaknya berkomunikasi dengan bayi. Inilah alasan kenapa kamu bisa menganggap kucing sebagai anak sendiri.
4. Saling bergantung dan dekat dengan satu sama lain

Tterkadang antara kucing dan manusia memiliki ikatan mendalam. Apalagi jika kucing tersebut telah dirawat sejak lahir. Tidak mengherankan jika antara kamu dan kucingmu memiliki ikatan seperti orang tua dan anak menurut studi jurnal Frontiers in Psychology.
Selain itu, meskipun si anabul bersikap usil dan terkesan tidak peduli, ternyata mereka menganggap manusia sebagai tempat yang aman dan perlindungan untuk mereka sehingga mereka akan sangat bergantung padamu. Selain itu, fitur kucing yang mirip dengan bayi dan attachment-mu dengan si anabul membuatmu juga bergantung pada mereka.
5. Cara memperlakukan kucing yang mirip dengan manusia

Belakangan kita sudah tidak asing dengan interkasi manusia dengan kucing. Seperti mendandani mereka dengan pakaian, memberikan mereka aksesoris, merayakan ulang tahun, bahkan membelikan stroller untuk mereka. Perlakuan ini sangat mirip bagaimana memperlakukan anak mereka.
Fenomena ini dibahas di dalam studi yang berjudul Pet Face: Mechanisms Underlying Human-Animal Relationships disebut dengan anthropomorphize tendency. Di mana para pemilik kucing memiliki kecenderungan untuk memperlakukan makhluk atau benda non-manusia dengan perlakuan untuk manusia. Kecenderungan ini menyebabkan ikatan antara kucing dan pemiliknya meningkat bahkan melebihi ikatan antar manusia.
Meskipun kadang kucing bertingkah dan membuat kita speechless karena kelakuannya. Tapi tetap saja rasa sayang pada mereka tak lekang dan tetap menganggap mereka sebagai anak sendiri. Keimutan dan fitur mereka yang seperti bayi membuat pemiliknya tidak tahan dan menganggap mereka sebagai anak sendiri, terlepas bagaimana tingkah mereka. Tetap saja kucing adalah anabul tersayang bagi pemiliknya.