- Melindungi keanekaragaman hayati, baik di darat maupun laut di ujung timur Pulau Jawa.
- Mendukung pengembangan ekonomi melalui sektor-sektor yang ramah lingkungan, seperti ekowisata (Kawah Ijen, pantai, dan hutan), perikanan berkelanjutan, dan pertanian ramah lingkungan.
- Sebagai pusat penelitian biodiversitas dan pendidikan lingkungan, serta menjadi model pengelolaan kawasan konservasi yang melibatkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
5 Fakta Gunung Ijen, Kisah Keajaiban Geologi dan Penambang Heroik

- Gunung Ijen memiliki danau kawah asam terbesar di dunia yang terbentuk dari letusan gunung purba.
- Fenomena blue fire hanya ada di dua tempat di dunia, salah satunya di Gunung Ijen, Indonesia.
- Kawah Ijen merupakan tambang belerang terbesar di Indonesia dan bagian dari Cagar Biosfer Blambangan yang dilindungi UNESCO.
Gunung Ijen adalah gunung berapi aktif dengan ketinggian 2.386 mdpl. Letaknya di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Selain dikenal karena keindahan matahari terbitnya, gunung Ijen juga menyimpan segudang fakta yang jauh lebih menakjubkan dari sekadar pemandangan. Mulai dari fenomena langka hingga status UNESCO. Penasaran?
Berikut fakta-fakta krusial tentang gunung Ijen yang wajib kamu ketahui!
1. Fenomena danau kawah asam terbesar di dunia

Kawah Ijen adalah danau kawah yang berada di puncak gunung Ijen, dan merupakan danau kawah asam terbesar di dunia. Kawah ini terbentuk dari gunung Ijen Purba yang diperkirakan sudah ada sejak 300.000 tahun yang lalu. Sekitar 70.000 tahun yang lalu, gunung purba ini mengalami letusan yang sangat dahsyat hingga meninggalkan sebuah cekungan besar (kaldera) dengan diameter sekitar 15 kilometer.
Setelah letusan dahsyat tersebut, aktivitas vulkanik di area kaldera pun tidak berhenti begitu saja. Seiring berjalannya waktu, muncul gunung-gunung berapi baru yang lebih kecil di dalam dan di sekitar kaldera. Salah satunya adalah gunung Ijen yang terus tumbuh di dalam kaldera melalui letusan-letusan kecil.
Letusan demi letusan dari gunung Ijen yang aktif akhirnya menciptakan kawah di puncaknya. Kawah ini kemudian terisi oleh air hujan hingga membentuk danau. Karena aktivitas vulkanik yang masih berlangsung, gas-gas vulkanik seperti belerang pun keluar dari solfatara (celah-celah di dasar kawah). Gas-gas tersebut bereaksi dengan air danau hingga mengubahnya menjadi cairan yang sangat asam dengan pH sangat rendah mendekati 0. Air danau yang berwarna hijau toska itu sebenarnya adalah tanda dari kandungan asam yang sangat tinggi dan mineral yang larut di dalamnya.
2. Fenomena blue fire

Blue fire merupakan salah satu fenomena alam yang hanya ada di dua tempat di dunia, yaitu di gunung Ijen, Indonesia, dan Gunung Dallol, Ethiopia. Blue fire bukanlah api biasa, melainkan hasil dari reaksi kimia yang terbentuk di dalam kawah itu sendiri.
Di dalam perut gunung Ijen, terdapat kantong-kantong magma yang memanaskan batuan dan air di sekitarnya hingga menghasilkan gas belerang. Gas belerang ini kemudian keluar dari solfatara dengan suhu dan tekanan yang sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 360°C. Saat gas belerang yang panas bertemu dengan oksigen di udara, terjadilah oksidasi yang menyebabkan gas belerang terbakar secara alami. Pembakaran inilah yang menghasilkan nyala api berwarna biru yang menakjubkan.
Untuk melihat fenomena alam blue fire, wisatawan harus menyesuaikan waktu pendakian dengan kondisi terbaik agar bisa menyaksikannya dengan jelas. Dilansir KawanjelajahTour, waktu terbaik untuk melihat blue fire adalah pada malam hari sekitar pukul 01.00 - 04.00 dini hari. Asalkan tidak ada kabut dan hujan, cahayanya akan terlihat sangat jelas, sehingga disarankan datang saat musim kemarau di bulan Juli hingga September.
3. Tambang belerang terbesar di Indonesia

Gunung Ijen, khususnya Kawah Ijen, dikenal sebagai salah satu penghasil belerang terbesar di Indonesia dan menjadi satu-satunya lokasi tambang belerang aktif di Pulau Jawa. Dilansir Truly Banyuwangi, penambangan belerang di Kawah Ijen dimulai sejak tahun 1786, saat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda menambangnya untuk bahan mesiu. Sejak saat itu, Kawah Ijen sudah menjadi objek penelitian dan eksplorasi dalam bidang geologi, vulkanologi, dan pertambangan.
Untuk menampung gas belerang, para penambang menggunakan pipa sepanjang 50-150 meter yang dipasang dari atas hingga dasar tebing kawah. Gas-gas tersebut akan membeku dan mengeras menjadi belerang padat, yang kemudian dipecah menjadi bongkahan-bongkahan besar. Setelah itu, penambang akan menapaki jalan terjal dan menanjak sejauh 3 km, dari dasar kawah menuju puncak gunung, sambil memikul bongkahan-bongkahan belerang yang beratnya lebih dari 70 kg menggunakan keranjang untuk ditimbang dan dijual.
4. Kawasan konservasi

Salah satu fakta penting gunung Ijen adalah bahwa kawasan konservasinya merupakan habitat bagi beberapa satwa langka dan dilindungi. Dilansir Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, tim gabungan yang terdiri dari SINTAS Indonesia, Mapala, masyarakat, dan Seksi KSDA Wilayah V Banyuwangi (BBKSDA Jatim) baru-baru ini menyelesaikan misi pengambilan 80 unit kamera trap yang telah terpasang di kawasan pegunungan Raung-Ijen sejak Oktober–November 2024.
Misi yang berlangsung selama sepuluh hari (11–21 Februari 2025) di medan terjal zona selatan Raung-Ijen ini berhasil mendokumentasikan berbagai spesies satwa liar, yang menegaskan pentingnya kawasan tersebut sebagai salah satu lanskap hutan tersisa di Jawa. Kamera trap berhasil merekam satwa-satwa seperti kijang, anjing liar, musang rase, musang luwak, kucing kuwuk, ayam hutan merah, dan merak hijau. Keberadaan predator penting, yaitu ajag (anjing hutan Asia) dan macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) terkonfirmasi, menunjukkan bahwa rantai makanan alami di kawasan Raung-Ijen masih berfungsi dengan baik.
5. Bagian dari Cagar Biosfer Blambangan

Gunung Ijen merupakan bagian dari Cagar Biosfer Blambangan yang terletak di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kawasan ini mencakup beberapa taman nasional seperti Alas Purwo, Baluran, dan Meru Betiri, serta Kawah Ijen, dengan total luas sekitar 678.947 hektar. Cagar Biosfer Blambangan juga ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-11 di Indonesia pada sidang Dewan Koordinasi Internasional (ICC) program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO di Peru pada Maret 2016.
Sebagai kawasan yang diakui UNESCO, Cagar Biosfer Blambangan memiliki peran ganda yang seimbang antara alam dan manusia, yang dirangkum dalam tiga fungsi utama, yaitu:
Kawah Ijen yang kita lihat saat ini adalah puncak dari sejarah geologi yang panjang. Dimulai dari letusan gunung raksasa purba, hingga berlanjut ke aktivitas vulkanik yang membentuk danau kawah asam terbesar di dunia dan fenomena blue fire yang memukau. Perjalanan menuju gunung Ijen sejauh 3 km ini biasanya memakan waktu sekitar 2-3 jam. Bagi wisatawan yang ingin mendaki, pastikan selalu membawa perlengkapan seperti senter, serta memakai celana panjang, jaket tebal, dan masker gas, karena kondisi di kawah bisa sangat dingin dan paparan gas belerang juga sangat berbahaya.
















