Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Bermain Kembang Api, Bisa Merugikan Hewan dan Lingkungan

Ilustrasi kembang api (https://unsplash.com/@rayhennessy)
Ilustrasi kembang api (https://unsplash.com/@rayhennessy)

Saat malam pergantian tahun atau momen-momen tertentu, masyarakat seringkali mencari berbagai kegiatan untuk merayakannya. Berbagai aktivitas seru dilakukan bersama seperti hangout bareng teman, bakar jagung serta bermain kembang api dan petasan. Namun, tahukah kamu bahwa bermain petasan menimbulkan banyak risiko berbahaya dan merugikan bagi alam maupun makhluk hidup? 

Kembang api termasuk kelas perangkat piroteknik berdaya ledak rendah yang digunakan untuk tujuan estetika dan hiburan. Kembang api atau mercon menghasilkan empat efek utama yakni kebisingan, cahaya, asap, dan floating material.

Memang percikan berbagai berwarna seperti merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu bahkan perak akan mempercantik langit di malam hari. Namun, di balik keindahannya, kembang api ternyata memiliki banyak bahaya, lho. Penasaran? Yuk, baca sampai akhir ya, guys!

1. Ledakan kembang api menimbulkan kecemasan yang tinggi pada hewan

suara ledakan menimbulkan stres (https://unsplash.com/@matthewhenry)
suara ledakan menimbulkan stres (https://unsplash.com/@matthewhenry)

Banyak orang menikmati suara kembang api sebagai cara untuk menyambut dan merayakan tahun baru. Namun tahukah kamu, bagi hewan justru suara yang mengejutkan membuat takut dan menimbulkan rasa gelisah dan berbahaya. Tidak jarang hewan yang ketakutan dan merasa diteror oleh suara kembang api justru kabur dari pekarangan rumah dan tersesat atau berakhir tertabrak mobil karena mereka berlari kencang untuk menjauhi suara ledakan kembang api.

Dikutip dari British Veterinary Association, paparan berulang terhadap suara keras yang tak terduga dapat menyebabkan fobia atau trauma pada banyak hewan, meningkatkan reaksi panik terhadap suara keras di masa mendatang. Hal ini bisa dihindarkan apabila merayakan tahun baru tanpa adanya bahan eksplosif seperti kembang api.

2. Mampu menyebabkan kerusakan pada organ tubuh hewan

suara ledakan dapat menimbulkan kerusakan telinga (https://unsplash.com/@jarrodreed)
suara ledakan dapat menimbulkan kerusakan telinga (https://unsplash.com/@jarrodreed)

Pendengaran banyak hewan jauh lebih sensitif daripada manusia. Ledakan kembang api tidak hanya mengganggu mereka, tetapi juga dapat merusak pendengaran mereka. Kembang api dapat mengeluarkan suara hingga 190 desibel. Kebisingan yang disebabkan oleh kembang api dan petasan dapat menyebabkan hilangnya pendengaran dan tinnitus.

Selain itu, petasan dan ledakannya melepaskan partikel berbahaya seperti debu halus yang beracun untuk dihirup. Hal ini dapat memperburuk penyakit yang ada dan menyebabkan penyakit lain. Terdapat juga risiko tertelannya residu kembang api dan petasan. Petasan juga sering menyebabkan luka bakar dan kerusakan mata.

Bahan kimia tersebut berbahaya bagi kucing dan anjing, sama halnya seperti bagi manusia dengan penyakit pernapasan seperti asma. Penggunaan kembang api yang sembarangan juga dapat menyebabkan kecelakaan fatal pada hewan di sekitar lokasi perayaan tahun baru dengan kembang api. 

3. Kembang api tidak dapat diprediksi dan mampu menimbulkan kecelakaan pada manusia

ledakan menyebabkan kecelakaan pada manusia (https://unsplash.com/@towfiqu999999)
ledakan menyebabkan kecelakaan pada manusia (https://unsplash.com/@towfiqu999999)

Kembang api dapat meledak secara tidak terduga dan bahkan kadang-kadang dapat meledak ke arah yang tidak diinginkan. Sulit untuk mengukur dengan tepat seberapa besar ledakan. Jika kembang api meledak di tangan Anda, bisa jadi Anda kehilangan tangan dan harus menjalani amputasi. Jangan lupa bahwa kembang api sangatlah panas. Kembang api menyala memiliki suhu lebih dari 5.000 derajat celcius. Maka itu, jaga jarak dari kembang api untuk menghindari luka bakar serius.

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat suspended particulate matters (SPM), CO, NOx, hidrokarbon, SO2, meningkat di udara selama pertunjukan kembang api. Wanita hamil, anak-anak dan mereka yang menderita asma kronis paling rentan terhadap paparan ini. Tingkat SPM dapat menyebabkan masalah terkait tenggorokan, hidung, mata. Kembang api juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti bronkitis kronis atau alergi, asma bronkial, sinusitis, rinitis, pneumonia dan laringitis.

4. Buruknya dampak bermain kembang api terhadap lingkungan sekitar

Ilustrasi kembang api (https://unsplash.com/@arthurchauvineau)
Ilustrasi kembang api (https://unsplash.com/@arthurchauvineau)

Kembang api melepas campuran bahan kimia ke atmosfer, banyak di antaranya dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Warna-warna cerah pada pertunjukan kembang api berasal dari senyawa logam seperti barium atau aluminium yang dapat berdampak negatif pada kesehatan hewan dan manusia.

Selain itu, untuk menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk ledakan, banyak kembang api mengandung zat pengoksidasi yang dikenal sebagai perklorat. Ini dapat larut dalam air, mencemari sungai, danau dan air minum. Kembang api mengeluarkan asap halus dan partikel, yang memengaruhi kualitas udara setempat. Belum lagi sampah yang menumpuk bekas dari bungkus dan ledakan kembang api itu sendiri.

5. Tips merayakan tahun baru dengan aman

menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga (https://unsplash.com/@jarritos)
menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga (https://unsplash.com/@jarritos)

Untuk mengisi malam tahun baru, ada sejumlah aktivitas yang dilakukan alih-alih bermain kembang api, seperti makan bersama teman atau keluarga dengan ditemani musik dan kopi, nonton film di platform streaming legal, main kartu atau board games hingga tukar kado bersama orang tersayang.

Nah, setelah membaca artikel ini tentu kamu sudah mengetahui risiko apa saja apabila bermain kembang api. Hindari bermain kembang api, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Farah Rachmah
EditorFarah Rachmah
Follow Us