5 Fakta Epipogium Aphyllum, Anggrek Hantu yang Muncul Tanpa Daun

- Anggrek hantu tanpa daun dan klorofil, bergantung pada jamur untuk nutrisi
- Muncul secara misterius setelah bertahun-tahun, hanya berbunga sebentar
- Hanya tumbuh di hutan tertutup dengan tanah kapur, sulit ditemukan karena habitatnya yang langka
Di tengah hutan lembap ada bunga yang seolah hidup di antara dunia nyata dan dunia bayangan. Namanya Epipogium aphyllum, atau lebih dikenal sebagai anggrek hantu. Bunga ini bisa muncul tiba-tiba dari tanah lalu menghilang lagi seperti tak pernah ada—benar-benar misterius!
Tak seperti anggrek kebanyakan yang tampil dengan warna cerah dan daun hijau cantik, anggrek ini justru anti-mainstream. Ia tidak punya daun sama sekali dan hidup sepenuhnya bergantung pada jamur di bawah tanah. Yuk kita simak 5 fakta menarik anggrek hantu ini!
1. Anggrek tanpa daun dan tanpa klorofil

Percaya atau tidak, anggrek ini tidak bisa berfotosintesis! Ia tidak punya daun hijau dan tak menghasilkan makanannya sendiri seperti tanaman lain. Sebagai gantinya, Epipogium aphyllum mengandalkan jamur mikoriza di dalam tanah untuk menyuplai semua nutrisinya.
Mengutip Journal of Ecology, anggrek ini hidup dengan menumpang pada jaringan jamur yang menempel di akar pohon besar. Karena itu, bunga ini bisa tumbuh di tempat yang sangat gelap, bahkan di bawah pepohonan rapat tanpa sinar matahari. Ia benar-benar membalik logika: siapa bilang semua tanaman butuh cahaya?
2. Muncul secara misterius dan hanya sebentar

Anggrek hantu ini terkenal karena sifatnya yang datang dan pergi sesuka hati. Ia bisa menghilang selama bertahun-tahun, lalu tiba-tiba muncul lagi hanya untuk berbunga sebentar. Laporan dari Botanical Society of Britain and Ireland menyebutkan bahwa di Inggris, anggrek ini bahkan sempat dianggap punah—sampai akhirnya ditemukan lagi di tempat yang sama puluhan tahun kemudian.
Bunga ini biasanya muncul setelah musim hujan dan udara hangat, lalu menghilang dalam hitungan minggu. Kemunculannya yang singkat membuat para peneliti harus sangat beruntung untuk menemukannya. Tak heran kalau melihat anggrek hantu dianggap keberuntungan besar oleh para peneliti tanaman.
3. Hanya tumbuh di hutan tertutup dan tanah kapur

Epipogium aphyllum sangat pemilih soal tempat tinggal. PubMed Central menyebutkan bahwa anggrek ini hanya tumbuh di hutan tua dengan tanah berkapur dan lembap, di mana jamur mikoriza bisa hidup dengan baik. Kondisi ini membuatnya hanya bisa ditemukan di lokasi-lokasi hutan yang belum terganggu dan memiliki keseimbangan ekosistem yang stabil.
Masalahnya, habitat seperti ini semakin langka akibat penebangan dan perubahan lahan. Begitu tanah terganggu, jamur yang jadi partner hidup anggrek ini juga ikut hilang. Itulah sebabnya bunga ini makin sulit ditemukan dan jadi indikator alami bahwa suatu hutan masih sehat.
4. Bisa berkembang biak tanpa bantuan serangga

Uniknya, Epipogium aphyllum punya cara berkembang biak yang fleksibel. Selain bisa melakukan penyerbukan normal, bunga ini juga bisa membentuk biji tanpa fertilisasi alias apomiksis. Annals of Botany menemukan bahwa anggrek ini mampu menghasilkan biji bahkan tanpa bantuan serangga penyerbuk.
Mekanisme ini membantu mereka bertahan di hutan sepi yang jarang dikunjungi serangga. Meski begitu, frekuensi berbunga tetap rendah—mungkin karena anggrek ini terlalu sibuk bersembunyi di bawah tanah. Adaptasi unik ini menunjukkan betapa luar biasanya cara tumbuhan ini mempertahankan kelangsungan hidupnya di lingkungan yang ekstrem.
5. Salah satu bunga paling sulit ditemukan di dunia

Karena kemunculannya yang tak menentu dan habitatnya yang terpencil, anggrek hantu dianggap salah satu bunga paling sulit ditemukan di Eropa. Saking jarangnya, peneliti sering menunggu bertahun-tahun tanpa hasil sebelum akhirnya menemukan satu bunga muncul kembali. Di Inggris, peneliti bahkan sempat menunggu lebih dari 20 tahun sebelum akhirnya melihat satu bunga tumbuh lagi di lokasi lamanya.
Journal of Plant Research menginformasikan bahwa kabar baiknya, meski langka spesies ini masih punya keragaman genetik tinggi. Fakta ini memberi harapan bahwa populasi kecilnya masih memiliki peluang bertahan dalam jangka panjang. Artinya, jika habitatnya dilindungi, anggrek hantu ini masih bisa terus menghiasi hutan-hutan Eropa di masa depan.
Epipogium aphyllum bukan cuma cantik, tapi juga penuh teka-teki. Ia mengajarkan bahwa alam punya cara luar biasa untuk bertahan hidup—bahkan tanpa cahaya, tanpa daun, dan tanpa penyerbuk. Setiap kali bunga ini muncul, seolah alam sedang berbisik bahwa masih ada banyak keajaiban yang belum kita pahami.

















