5 Fakta Erabu Kuning, Dapat Berburu Bersama Hewan Laut Lain!

Ular laut masuk dalam famili Elapidae yang artinya mereka masih berkerabat dengan ular kobra. Total ada 7 genera dari ular laut di seluruh dunia dan salah satunya adalah Laticauda yang memiliki enam spesies berbeda. Nah, salah satu spesies ular laut dalam genus Laticauda yang cukup menarik untuk diulas adalah erabu kuning (Laticauda colubrina).
Ular laut yang satu ini memiliki penampilan sisik punggung berwarna biru keabu-abuan dengan garis hitam dari ujung kepala hingga ujung ekor, serta bagian sisik perut berwarna biru kuning pucat. Nama erabu kuning berasal dari bagian ujung moncong mereka yang terlihat berwarna putih. Oh iya, layaknya spesies ular laut lain, ekor erabu kuning cenderung pipih karena berfungsi sebagai dayung ketika mereka sedang berenang.
Secara ukuran, ular laut ini terbilang cukup besar. Rata-rata individu tumbuh sepanjang 75—100 cm dengan bobot 600 gram. Namun, individu terbesar dapat tumbuh hingga 150 cm dan bobot 1.800 gram, lho. Ada dimorfisme seksual dari spesies ular laut ini, dimana betina tumbuh lebih besar ketimbang jantan. Fakta menarik dari erabu kuning pastinya tak hanya sebatas itu saja. Untuk itu, yuk, kita kenalan dengan spesies ular laut yang satu ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Erabu kuning punya peta persebaran yang sangat luas. Sebab, mereka dapat ditemukan mulai dari pesisir timur India, Bangladesh, Myanmar, Semenanjung Malaya. seluruh perairan Indonesia, Filipina, Taiwan, pulau kecil di selatan Jepang, hingga pulau-pulau Oseania di Samudra Pasifik. Tak berhenti sampai di situ, beberapa individu bahkan diketahui ada di sekitaran Australia, Kaledonia Baru, dan Selandia Baru.
Dilansir Oceana, ular laut ini memilih kawasan pesisir pantai hangat dengan kedalaman air yang dangkal. Ular ini banyak beraktivitas di terumbu karang, tapi terkadang erabu kuning akan pergi ke lautan lepas dalam waktu terbatas. Hal ini disebabkan oleh cara hidup erabu kuning tidak sepenuhnya dilakukan di dalam air. Terkadang, ular ini harus pergi ke tepi pantai untuk mencari minum air tawar ataupun sekadar beristirahat. Selain pantai, mereka juga dapat pergi ke hutan bakau ataupun tepian berbatu karena dapat menyediakan celah yang sempurna untuk beristirahat.
Untuk urusan makanan, erabu kuning bisa dibilang merupakan spesialis pemburu belut. Sebagian besar menu makanan mereka diisi oleh ikan laut yang satu ini, tetapi spesies belut yang ular ini buru berbeda-beda, tergantung ukuran mereka. Betina berukuran besar dapat menargetkan belut besar, semisal genus Conger, sementara jantan memburu belut moray atau armang (famili Muraenidae) yang berukuran lebih kecil. Selain belut, erabu kuning terkadang melengkapi menu makanan mereka dengan ikan dari famili Synodontidae dan Pomacentridae.
Mengingat proses perburuan mereka terjadi di dalam air, ular ini punya adaptasi menarik soal pernafasan. Dilansir Animal Diversity, erabu kuning memiliki paru-paru sakular yang mampu melebar ke arah belakang tubuh mereka. Fungsi paru-paru sakular ini utamanya untuk mengimbangi keterbatasan volume paru-paru tubular. Ketika erabu kuning mengambil nafas di permukaan, udara yang masuk akan bergerak dari paru-paru tubular menuju paru-paru sakular. Akibatnya, pembulu darah di paru-paru ular ini dapat selalu disuplai dengan udara segar. Hal ini kemudian berimplikasi pada waktu menyelam dari erabu kuning yang sangat panjang, yaitu sekitar 15—30 menit.
2. Proses berburu mereka menguntungkan hewan laut lain

Biasanya, erabu kuning melakukan perburuan sendiri. Mereka tidak pernah berkoordinasi dengan sesama untuk menangkap mangsa tertentu. Akan tetapi, mereka terkadang kedapatan berburu bersama dengan hewan laut lain, semisal dayah jenggot (Parupeneus cyclostomus) dan kuwe sirip biru (Caranx melampygus). Ada alasan mengapa dua spesies ikan itu selalu mengikuti erabu kuning ketika mencari makan.
ThoughtCo melansir kalau erabu kuning cenderung dihindari oleh hewan laut yang tinggal di karang laut. Ketika mereka berburu, besar kemungkinan hewan laut di karang laut lari ke segala arah secara tidak teratur. Nah, momen itulah yang dimanfaatkan kedua spesies ikan predator itu. Dengan hewan laut yang lari ke segala arah, keduanya jelas dapat dengan mudah menangkap calon makanan mereka. Sementara itu, erabu kuning tetap bisa berfokus untuk mencari belut laut tanpa perlu khawatir diganggu dayah jenggot, kuwe sirip biru, ataupun hewan laut lain di sekitar.
Meski hampir tak ada makhluk lain yang berani dengan erabu kuning, ular ini tetap memiliki beberapa predator alami. Hiu, burung laut, serta ikan berukuran besar lain kedapatan menargetkan erabu kuning sebagai makanan mereka. Untuk itu, ular yang satu ini biasanya akan mencari celah karang terdekat jika mendeteksi keberadaan predator di sekitar.
3. Termasuk ular berbisa

Layaknya spesies ular laut pada umumnya, erabu kuning termasuk kategori ular berbisa. Dilansir Animalia, jenis racun yang ada dalam bisa ular ini adalah neurotoksin. Artinya, racun erabu kuning bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf korban yang mereka gigit. Berdasarkan perhitungan LD50 yang dilakukan kepada tikus lab, hanya butuh 0,45 mg/kg bobot tubuh target supaya bisa erabu kuning dapat menyebabkan kematian.
Efek racun pada tikus lab yang diamati berupa lesu, kelumpuhan, dan kejang-kejang sebelum akhirnya si tikus mati. Sementara pada belut laut, yang sejatinya jadi target utama bisa erabu kuning, efek yang dirasakan mereka adalah kesulitan bernafas karena otot pernafasan yang terganggu dan kesulitan berenang. Pada manusia, racun pada bisa ular ini menyebabkan hipertensi, sianosis, kelumpuhan, sampai dengan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Racun pada bisa erabu kuning terbilang bereaksi dengan sangat cepat. Namun, sebenarnya kasus gigitan pada manusia sangat jarang. Mereka lebih memilih melarikan diri jika kedapatan bertemu manusia. Kasus gigitan kebanyakan terjadi pada nelayan yang ingin mencoba melepaskan erabu kuning yang terjerat jaring, tetapi si ular justru merasa terancam dan segera menggigit si nelayan. Jadi, selama tubuh mereka tidak digenggam dan kita ada pada jarak yang aman, gigitan dari erabu kuning dapat dihindari.
4. Sistem reproduksi

Erabu kuning bukan jenis ular yang hidup sepenuhnya di dalam air. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mereka tetap akan ke daratan untuk beristirahat dan minum. Nah, satu kegiatan lain yang biasa mereka lakukan di daratan adalah bereproduksi. Musim kawin bagi ular ini berbeda-beda, tergantung letak geografis mereka. Ada yang dapat bereproduksi sepanjang tahun, semisal di Filipina, dan ada pula yang memiliki siklus reproduksi antara September—November, semisal di Fiji dan Sabah.
Animal Diversity melansir kalau erabu kuning termasuk hewan poliandri. Artinya, seekor betina dapat kawin dengan 2—9 ekor jantan berbeda. Namun, terkadang bisa juga ada sepasang erabu kuning saja yang melakukan perkawinan. Sebelum kawin, betina lah yang pertama akan menuju daratan, disusul dengan jantan yang akan berusaha mencari mereka melalui aroma yang ditinggalkan. Setelah itu, pasangan erabu kuning akan saling membelit dan melakukan pembuahan di dalam tubuh betina berkat organ reproduksi khusus pada jantan yang bernama hemipenes.
Setelah kawin, betina akan menghasilkan 4—20 butir telur yang dikeluarkan betina di celah batu di tepi pantai. Masa inkubasi telur erabu kuning terbilang panjang karena anak ular ini baru akan menetas sekitar bulan Agustus. Tidak ada perawatan induk erabu kuning sehingga anak ular ini sudah harus hidup mandiri sesaat setelah menetas. Sementara itu, butuh waktu 1,5—2,5 tahun bagi anak erabu kuning sebelum dapat dikatakan dewasa secara seksual.
5. Sistem reproduksi

Mengingat peta persebaran erabu kuning yang sangat luas, maka populasi mereka sebenarnya terbilang masih besar. Hal ini didukung dengan catatan IUCN Red List yang menempatkan erabu kuning dalam kategori risiko rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi mereka terbilang cukup stabil dari tahun ke tahun.
Namun, tetap saja ada masalah yang ular laut ini hadapi dan berpotensi mengganggu populasi mereka di masa depan. Animalia melansir kalau kerusakan habitat alami karena aktivitas manusia, baik di laut ataupun darat, menyulitkan erabu kuning untuk bertahan. Kerusakan laut membuat mereka sulit mencari makanan, sementara kerusakan di pesisir pantai membuat erabu kuning sulit mencari tempat beristirahat dan bereproduksi.
Sebenarnya, banyak masyarakat pesisir yang memburu erabu kuning. Sebab, kulit mereka memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan daging ular ini dapat diolah menjadi makanan. Ditambah lagi, bisa mereka dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan medis, semisal penawar racun. Hanya saja, tidak disebutkan apakah perburuan ini memengaruhi populasi mereka atau tidak.