5 Fakta Galleria Mellonella, Serangga Pemakan Plastik

- Larva Galleria mellonella mampu memakan plastik polietilena (PE) dengan kemampuan mengurai 92 miligram dalam 12 jam.
- Air liur larva mengandung enzim Demetra dan Ceres yang dapat memecah rantai kimia polietilena tanpa panas atau tekanan tinggi.
- Mikroba usus larva juga membantu proses degradasi plastik, membuka potensi baru dalam pengembangan bakteri sintesis untuk memakan plastik.
Bayangkan, seekor larva kecil yang biasa hidup di sarang lebah bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan bumi dari krisis plastik. Larva itu bernama Galleria mellonella, makhluk mungil yang awalnya hanya dianggap hama oleh para peternak lebah. Tak ada yang menyangka, hewan kecil ini menyimpan kemampuan biologis luar biasa: memakan plastik dan mengurainya secara alami.
Kisah Galleria mellonella bukan hanya tentang sains, tapi juga tentang bagaimana alam menyembunyikan solusi di tempat yang tak kita duga. Di balik kepompongnya yang sederhana, tersimpan potensi untuk mengubah cara manusia memandang limbah. Yuk kita telusuri 5 fakta menarik serangga pemakan plastik ini!
1. Mereka bisa makan plastik polietilena (PE)

Larva Galleria mellonella dapat memakan plastik jenis polietilena (PE), yaitu bahan yang digunakan untuk kantong belanja dan kemasan. Mengutip Insects Journal, dalam sebuah penelitian, 100 larva mampu mengurai sekitar 92 miligram plastik hanya dalam 12 jam. Kemampuan ini sangat langka karena PE adalah salah satu plastik paling sulit terurai di alam.
Para ilmuwan menduga kemampuan ini muncul karena makanan alami larva berupa lilin lebah memiliki struktur kimia mirip dengan PE, yakni rantai panjang hidrokarbon. Dengan kata lain, larva ini terprogram secara alami untuk mencerna bahan yang serupa dengan plastik. Penemuan ini membuka jalan bagi pemanfaatan biologis dalam penguraian limbah plastik yang sulit dikelola secara konvensional.
2. Air liurnya mengandung enzim pengurai plastik

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa air liur larva Galleria mellonella mengandung dua enzim penting bernama Demetra dan Ceres. PubMed menginformasikan bahwa Enzim ini dapat memecah rantai kimia polietilena menjadi molekul yang lebih sederhana dalam hitungan jam. Hebatnya, reaksi ini bisa terjadi tanpa panas atau tekanan tinggi, cukup dalam kondisi normal di laboratorium.
Hal ini membuktikan bahwa penguraian plastik bisa dilakukan lewat proses biologis yang lebih ramah lingkungan dibanding pembakaran atau daur ulang kimia. Para peneliti berharap dapat mereplikasi enzim tersebut untuk membuat sistem bioteknologi yang dapat memecah plastik di skala industri. Namun, mereka juga menegaskan bahwa penelitian masih dalam tahap awal dan perlu banyak uji lanjutan.
3. Mikroba ususnya ikut membantu menghancurkan plastik

Selain enzim, mikroorganisme dalam usus larva juga berperan penting dalam proses degradasi plastik. Mengutip PubMed, beberapa bakteri yang hidup di saluran pencernaan Galleria mellonella mampu memecah molekul plastik menjadi senyawa yang lebih mudah dicerna. Ketika mikroba ini dihilangkan, kemampuan larva mengurai plastik menurun drastis.
Studi lebih lanjut menemukan spesies bakteri seperti Pseudomonas putida dan Lysinibacillus fusiformis di dalam usus larva, yang terbukti mampu mengurai PE di luar tubuh inangnya. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama antara larva dan mikroba di dalamnya menciptakan sistem penguraian alami yang efisien. Temuan ini membuka potensi baru dalam mengembangkan bakteri sintesis untuk memakan plastik tanpa perlu melibatkan hewan hidup.
4. Tidak semua plastik bisa dimakan sama cepat

Meskipun menjanjikan, tidak semua jenis plastik dapat diurai oleh larva ini dengan kecepatan yang sama. Insect Journal menyebutkan bahwa plastik tipis seperti LDPE (Low-Density Polyethylene) lebih mudah dicerna dibanding plastik yang lebih padat dan tebal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penguraian bergantung pada ketebalan dan komposisi kimia plastik.
Selain itu, beberapa aditif seperti pewarna atau bahan penguat bisa memperlambat kerja enzim larva. Proses alami ini juga membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan metode mekanis atau kimiawi. Walau begitu, kelebihan larva ini adalah kemampuannya memulai proses oksidasi plastik—langkah pertama yang penting dalam mendaur ulang secara biologis.
5. Potensi bioteknologi dan tantangan etisnya

Kemampuan Galleria mellonella dalam mengurai plastik membuka peluang besar bagi teknologi bioremediasi masa depan. Mengutip The Journal of Basic and Applied Zoology, para ilmuwan sedang berupaya menyalin atau memodifikasi gen penghasil enzim pengurai plastik agar bisa diterapkan di laboratorium tanpa melibatkan hewan asli. Pendekatan ini berpotensi menciptakan solusi alami untuk pengelolaan limbah plastik skala besar.
Namun, penerapan langsung larva di lingkungan terbuka masih menjadi perdebatan. Ada kekhawatiran bahwa spesies ini bisa menjadi hama baru bagi ekosistem atau industri perlebahan. Karena itu, penelitian kini fokus pada pemanfaatan enzimnya, bukan hewannya, agar teknologi ini tetap aman dan berkelanjutan.
Kemampuan Galleria mellonella mengurai plastik membuka peluang baru bagi sains lingkungan dan bioteknologi masa depan. Namun, temuan ini juga menjadi pengingat bahwa solusi alami memerlukan pemahaman dan kehati-hatian agar tidak menimbulkan dampak baru. Dunia kini menatap serangga kecil ini bukan lagi sebagai hama, melainkan simbol harapan bagi planet yang sedang berjuang melawan sampah plastik.