Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You
Age VerificationThis content is intended for users aged 18 and above. Please verify your age to proceed.

5 Fakta Shibari, Seni Artistik Tali Temali Jepang sejak Era Kuno

ilustrasi teknik shibari (shibari.hk)
ilustrasi teknik shibari (shibari.hk)

BDSM atau bondage, discipline, sadism and masochism yang biasa ditampilkan dalam adegan dewasa seringkali membuat penonton bingung. Namun, jangan salah persepsi, ya! Teknik ini rupanya berasal dari Jepang era kuno dan masih berkembang sampai saat ini. 

Namanya shibari, teknik tali temali yang memiliki tujuan seni tersendiri untuk memperlihatkan ikatan sensual yang menarik perhatian. Meski terlihat nyeleneh, nyatanya teknik ini terus dipelajari masyarakat sampai sekarang. 

Berikut deretan fakta menarik tentang shibari yang terkenal semenjak era kuno Jepang. 

1. Telah berkembang puluhan tahun lalu

Teknik shibari yang terkenal di Jepang (screendaily.com)
Teknik shibari yang terkenal di Jepang (screendaily.com)

Nama shibari dikenal sebagai bentuk seni sensual artistik dari Jepang yang bermula dari hojojutsu, yaitu bentuk pembelaan diri para samurai di zaman Edo. Teknik ini pada akhirnya mulai populer pada tahun 1950 hingga 1960an. 

Melansir halaman Time Out, praktek shibari pernah diperlihatkan dalam pertunjukan sadomasochim di panggung, hal ini merupakan salah satu bentuk fetish seksual yakni dengan mencari kepuasan melalui kekerasan. Hal ini pun akhirnya berlanjut hingga zaman modern saat ini. 

2. Memiliki estetika tersendiri

Seni shibari (couriermail.com.au)
Seni shibari (couriermail.com.au)

Berbeda dengan budaya pada umumnya, shibari memiliki seni estetika tersendiri untuk memperlihatkan bagaimana seseorang digantung dengan tali yang melayang. Dengan teknik ini, pelaku akan terlihat senang dan puas karena teknik shibari lebih mengutamakan tali yang digunakan untuk mendapatkan kenikmatan tersendiri.

Laman Time Out mengutip, seni shibari  terletak pada emosi yang ada dan merupakan komunikasi antar teman yang mendalam agar menemukan makna dalam interaksi tersebut.

Di sisi lain, pepatah ichigo-ichie dapat menggambarkan inti dari perbudakan zaman dahulu yang berkembang dalam satu momen yaitu shibari.

3. Menggunakan tali alami

Tali linen dan rami (telifport.com)
Tali linen dan rami (telifport.com)

Meski shibari merupakan teknik mengikat dari Jepang, bukan berarti tali yang digunakan merupakan tali biasa, ya. Pelaku shibari menggunakan tali khusus yang terbuat dari tanaman serat alami dengan bahan linen atau rami. 

4. Memiliki tujuan yang berbeda

Teknik shibari sebagai komunikasi (timeout.com)
Teknik shibari sebagai komunikasi (timeout.com)

Teknik shibari bukan hanya sekadar seni, namun juga memperlihatkan kehidupan serta sikap yang ada pada seseorang. Di sisi lain, shibari digunakan untuk mengetahui emosi pasangan serta tujuan mereka agar lebih intim.

Meski banyak orang memandang teknik ini negatif, sebagian orang juga senang dan menyukasi suasana yang berbeda saat teknik shibari  berlangsung di ruangan. Hal ini yang membuat setiap orang bisa meluapkan emosinya lewat teknik shibari dan bebas mengekspresikan perasaannya masing-masing.

5. Diciptakan tak hanya untuk kepuasan seksual

Tujuan lain teknik shibari (bbc.com)
Tujuan lain teknik shibari (bbc.com)

Kebanyakan film dewasa memperlihatkan bagaimana teknik shibari digunakan untuk kekerasan seksual dan kepuasan diri. Namun sebenarnya, shibari adalah teknik untuk komunikasi intens antara dua orang. 

Time Out melansir, jika kamu menggunakan teknik shibari yang mengikat tubuh serta menutup erat penglihatanmu, kamu akan merasakan kenikmatan yang berbeda. Beberapa orang berpendapat, bahwa teknik shibari dilakukan untuk kepuasaan seksual. 

Sebab, teknik ini membutuhkan kepatuhan pada hubungan yang mendominasi. Namun kenyataannya, kedua pasangan berada di posisi yang sama serta mendapatkan rasa senang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Noer Suhasbi
EditorNoer Suhasbi