Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Sotong Merah, Jago dalam Menghindari Predator

potret sotong merah dewasa yang sedang beristirahat (commons.wikimedia.org/John Turnbull)

Sotong (ordo Sepiida) merupakan kelompok hewan yang masih masuk dalam kelas Cephalopoda yang artinya mereka adalah kerabat dekat dari gurita, cumi-cumi, dan nautilus. Total ada 120 spesies sotong berbeda dengan berbagai karakteristik unik masing-masing. Salah satu spesies yang bisa dibilang punya penampilan menarik dibanding sotong lain ialah sotong merah (Sepia mestus).

Sesuai dengan nama mereka, sotong ini tampil dengan warna merah dengan sedikit totol hitam di bagian atas tubuh dan area mata kuning atau jingga. Tentakel sotong merah lebih pendek kalau dibandingkan dengan gurita dan cumi-cumi. Sementara itu, sotong merah pertama kali diidentifikasi oleh Carl Linnaeus, seorang ahli biologi asal Swedia, pada tahun 1758.

Soal ukuran, ada dimorfisme seksual dari spesies sotong ini, dimana betina tumbuh lebih besar dari jantan. Rata-rata panjang mantel sotong merah sekitar 7,7—12,4 cm. Nah, kali ini, kita akan membahas beberapa fakta menarik yang dimiliki oleh sotong merah. Kalau penasaran, simak pembahasannya sampai selesai, ya!

1. Peta persebaran dan habitat alami

Sotong merah tinggal di sekitar dasar laut, utamanya karang laut dan area berbatu. (inaturalist.org/nikihubbard)

Berdasarkan peta persebaran, Australia bisa dibilang jadi rumah utama bagi sotong merah. Di Negeri Kanguru itu, hewan laut ini ditemukan di kawasan pesisir timur, mulai dari Queensland hingga New South Wales. Selain Australia, sotong merah diketahui juga ditemukan di sekitar Samudra Pasifik, tepatnya di Selandia Baru, Papua, dan pulau-pulau kawasan Pasifik barat daya.

Untuk pilihan habitat, sotong merah menyukai area karang berbatu, rumput laut, ataupun sedimen berpasir, dilansir Australian Museum. Selain itu, spesies Cephalopoda ini hanya berada di perairan dangkal, yakni dengan kedalaman antara 10—18 meter saja. Tak hanya itu, sotong merah cukup pilih-pilih untuk menentukan rumah yang sesuai. Mereka akan selalu mengutamakan kawasan yang memiliki banyak sumber makanan serta kualitas air laut yang masih bagus. Artinya, keberadaan sotong merah dapat menjadi indikator soal seberapa sehat ekosistem dari suatu terumbu karang.

2. Makanan favorit

sotong merah yang sedang mencari makan (inaturalist.org/ nikihubbard)

Di balik penampilannya yang imut-imut, ternyata sotong merah termasuk hewan karnivor. Jenis makanan utama mereka terdiri atas ikan berukuran kecil, krustasea, serta moluska. Cara hewan laut ini menangkap mangsa pun cukup identik dengan kerabat mereka yang lain dalam kelas Cephalopoda.

Ocean Animals melansir kalau sotong merah memanfaatkan tentakel panjang mereka untuk menggenggam calon mangsa yang masuk dalam ruang serang. Mereka tidak akan pilih-pilih mangsa, selama ukurannya tidak terlalu besar, hewan apapun akan segera mereka sergap begitu mendekat. Setelah menangkap mangsa, sotong merah akan menggigit tubuh korban sampai jadi potongan-potongan kecil dan langsung mengonsumsi makanan tersebut. Akan tetapi, jika mangsa yang diperoleh adalah hewan bercangkang, maka mereka akan menghancurkan dulu cangkang tersebut sebelum mencabik-cabik tubuh mangsa.

3. Sederet adaptasi untuk menghindari predator

Ada satu sotong merah yang berbaur dengan lingkungan dalam foto ini. Bisa tebak di mana dia? (inaturalist.org/ lawrencehylton)

Sotong merah jelas bukan predator puncak di habitat alami. Ada banyak spesies ikan ataupun makhluk laut berukuran besar yang menargetkan mereka sebagai mangsa potensial. Untuk itu, mereka mengembangkan sejumlah adaptasi yang dapat membantu saat ada predator yang coba mengejar. Salah satu diantaranya adalah kemampuan mengubah warna tubuh.

Dilansir Animalia, sotong merah mampu mengubah warna tubuh dalam waktu relatif cepat yang kemudian membantu mereka berbaur dengan lingkungan sekitar. Kemampuan ini ditunjang oleh sel kecil di sekujur kulit hewan ini yang disebut kromatofor. Secara singkat, sel-sel ini punya pigmen yang padat dan dapat melebar-mengempis sehingga sotong merah dapat meniru warna tertentu, utamanya benda-benda di sekitar habitat alami mereka. Uniknya, lipatan bernama papila dapat membantu sotong merah meniru gerakan karang atau rumput laut berkat kontraksi otot di dalamnya yang menghasilkan penyamaran sempurna bagi mereka ketika hendak menghindari predator.

Selain soal perubahan warna, sotong merah punya cara lain untuk menghindari predator. Kalau terpaksa berenang menjauh, sotong ini dapat menyemburkan tinta hitam sembari mendorong tubuh dengan cepat. Tinta yang keluar berfungsi sebagai pengalihperhatian sekaligus pendorong ekstra supaya kecepatan berenang sotong merah meningkat drastis. Kalau masih memungkinkan, hewan ini juga punya kecenderungan untuk mengubur diri di bawah pasir sampai merasa situasi sudah lebih aman.

4. Sistem reproduksi

sosok sotong merah di sekitar celah karang (inaturalist.org/ nikihubbard)

Tidak diketahui kapan musim kawin yang pasti bagi sotong merah. Sebab, induk jantan maupun betina akan mati tak lama setelah proses reproduksi terjadi. Yang jelas, sebelum mulai kawin, sotong merah jantan akan coba menarik perhatian betina dengan cara menari mengelilingi betina. Setelah betina setuju, barulah proses pembuahan terjadi.

Sea Life Base melansir kalau sotong merah melakukan pembuahan dengan jantan mencengkram betina dan memasukan tentakel khusus bernama hectocotylus yang berisi sperma menuju bagian dalam mantel betina. Setelah itu, telur di dalam tubuh betina akan terbuahi dan si betina segera mencari tempat bertelur yang biasanya berada di karang, sedimen pasir, ataupun vegetasi laut. Tidak disebutkan berapa jumlah telur yang dihasilkan betina. Namun, kalau berkaca pada spesies sotong lain, jumlahnya diperkirakan sekitar 100—1.000 butir telur.

5. Status konservasi

penampilan sotong merah dari depan (commons.wikimedia.org/John Turnbull)

Sebenarnya, sotong merah masih ada dalam kategori aman untuk urusan konservasi. Menurut catatan IUCN Red List, hewan laut ini masuk sebagai hewan dengan risiko rendah (Least Concern) dengan tren populasi yang belum diketahui. Hanya saja, ada masalah serius yang dihadapi sotong merah yang sebenarnya juga dihadapi spesies sotong lain secara keseluruhan.

Dilansir Animalia, sotong merah sangat rentan terhadap kadar karbon dioksida (CO2) yang tinggi di laut. Masalah itu berupa kesulitan sotong dalam mengapung karena daya apung hewan ini sangat dipengaruhi oleh tulang berbentuk cangkang yang ada di dalam tubuh. Konsentrasi CO2 yang tinggi di laut membuat tulang tersebut jadi lebih padat sehingga sotong jadi lebih mudah tenggelam. Yang membuat kondisi ini mengkhawatirkan adalah fakta kalau saat ini kadar CO2 di atmosfer sudah sangat tinggi dan membuat tingkat keasaman air laut meningkat.

Di balik penampilan sotong merah yang imut, ternyata ada sederet adaptasi unik yang membuat mereka dapat berburu dengan efektif dan efisien di satu sisi, serta di sisi lain tetap bisa menghindari kejaran predator dengan baik. Dari deretan fakta sotong merah di atas, mana yang membuatmu paling tertarik, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us