Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Kota New York, Sejarahnya Berawal dari Koloni Belanda

Kota New York
Kota New York sekitar tahun 1858 (commons.wikimedia.org/William England)
Intinya sih...
  • New York dulunya bernama New Amsterdam, sebuah koloni kecil Belanda yang menjadi pusat perdagangan utama di ujung selatan Pulau Manhattan.
  • Wall Street dulunya adalah tembok pertahanan kota New Amsterdam yang melindungi bagian kota Lower Manhattan dari serangan.
  • Pada tahun 1667, Belanda dan Inggris melakukan pertukaran wilayah di mana Belanda menyerahkan Manhattan kepada Inggris dan menerima Pulau Run di Kepulauan Maluku sebagai gantinya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

New York dikenal sebagai kota besar yang penuh gemerlap dan dijuluki sebagai “The Big Apple”. Namun, di balik gedung pencakar langit dan hiruk pikuk yang tak pernah berhenti, tersimpan kisah sejarah panjang yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Kota modern ini ternyata punya jejak masa lalu yang erat kaitannya dengan bangsa Eropa, khususnya Belanda.

Jauh sebelum menjadi pusat ekonomi dan budaya dunia, wilayah New York dulunya hanyalah koloni kecil bernama Nieuw Amsterdam. Dari sinilah perjalanan sejarahnya bermula hingga akhirnya berkembang menjadi kota megah seperti sekarang. Penasaran bagaimana kisah unik itu terjadi? Yuk, simak fakta-fakta menariknya berikut ini!

1. Nama asli New York adalah New Amsterdam

Kota New York
Pulau Manhattan sekitar tahun 1917 (commons.wikimedia.org)

Siapa sangka, kota New York yang kita kenal sekarang ini dulunya memiliki nama yang sangat kental dengan nuansa Belanda. Dilansir laman New Amsterdam History Center, awalnya wilayah ini adalah sebuah pos yang didirikan Belanda pada awal abad ke-17 sebagai pusat perdagangan utama di ujung selatan Pulau Manhattan. Mereka menamainya Nieuw Amsterdam atau New Amsterdam, sebagai penghormatan terhadap ibu kota mereka, Amsterdam.

Nama itu pun bertahan hingga Inggris datang dan mengambil alih koloni ini pada tahun 1664. Pergantian nama menjadi momen penting yang menandai berakhirnya kekuasaan Belanda dan dimulainya era baru bagi kota yang kelak menjadi salah satu kota terbesar di dunia. Inggris secara resmi mengubah nama koloni tersebut menjadi New York untuk menghormati Duke of York, bangsawan Inggris yang memimpin perebutan wilayah ini.

2. Wall Street dulunya tembok pertahanan

Kota New York
Wall Street sekitar tahun 1800-an (commons.wikimedia.org)

Wall Street yang saat ini dikenal sebagai pusat keuangan dunia, dulunya merupakan tembok pertahanan kota New Amsterdam. Dilansir laman Bowery Boys History, tembok ini dibangun pada tahun 1653 atas perintah Peter Stuyvesant, penguasa kolonial Belanda, sebagai perlindungan terhadap ancaman invasi dari koloni Inggris di New England. Tembok ini terbuat dari tanah dan palisade kayu setinggi sekitar 15 kaki, membentang dari Sungai Hudson hingga Sungai Timur, sebagai penghalang serangan lewat darat dari utara.

Tembok pertahanan ini melindungi bagian kota yang kini dikenal sebagai Lower Manhattan dan menandai batas utara pemukiman awal New Amsterdam. Meski kemudian dibongkar sekitar akhir abad ke-17, keberadaan tembok ini meninggalkan nama yang sangat terkenal, Wall Street, yang kini menjadi simbol aktivitas finansial dan perdagangan bukan hanya di Amerika Serikat, tapi juga di seluruh dunia.

3. Manhattan pernah ditukar dengan pulau di Maluku

Kota New York
Pulau Run, Maluku, Indonesia (commons.wikimedia.org/L.bazoeira)

Kisah pertukaran wilayah ini mungkin menjadi salah satu cerita paling menarik dalam sejarah New York. Dilansir laman National Geographic, pada tahun 1667, Belanda dan Inggris menandatangani Perjanjian Breda yang menetapkan pertukaran wilayah, di mana Belanda menyerahkan wilayah New Amsterdam yaitu Manhattan kepada Inggris. Sebagai gantinya, Inggris memberikan Pulau Run, salah satu pulau kecil di Kepulauan Maluku yang kaya rempah pala, kepada Belanda.

Pada masa itu, pala menjadi komoditas sangat berharga dan strategis dalam perdagangan dunia, bahkan lebih mahal dari emas. Pulau Run yang kecil namun kaya pala memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, sehingga Belanda lebih memilih untuk menguasai pulau tersebut demi memonopoli perdagangan rempah di Eropa. Sementara Manhattan pada saat itu masih berupa lahan rawa yang kurang berkembang.

4. Patung Liberty berdiri di tanah bekas koloni Belanda

Kota New York
Ilustrasi pembangunan patung Liberty (commons.wikimedia.org)

Patung Liberty yang menjadi simbol kebebasan Amerika Serikat berdiri di Pulau Liberty, sebuah pulau kecil di Upper New York Bay. Menariknya, pulau ini dulunya merupakan bagian dari wilayah koloni Belanda. Dilansir laman Britannica, sebelum menjadi lokasi ikonik patung ini, Pulau Liberty dan sekitarnya adalah tanah yang pernah dikuasai oleh penduduk asli dan kemudian masuk ke dalam wilayah Nieuw Amsterdam, koloni Belanda di awal abad ke-17.

Pulau Liberty memiliki posisi strategis di pelabuhan sehingga akhirnya dipilih sebagai tempat berdirinya patung yang menyambut para imigran dan pengunjung yang datang ke Amerika. Keberadaan patung di titik ini membuatnya mudah terlihat oleh kapal-kapal yang memasuki New York, sehingga menjadi tanda selamat datang.

Patung Liberty sendiri dihadiahkan oleh rakyat Prancis kepada Amerika Serikat pada tahun 1886 sebagai simbol persahabatan dan kemerdekaan. Letaknya yang berada di tanah bekas koloni Belanda menambah nilai historis patung ini. Kini, Patung Liberty bukan hanya lambang kebebasan dan harapan, tapi juga saksi bisu perjalanan panjang daerah tersebut, dari masa kolonial hingga menjelma sebagai pusat dunia modern.

5. Dulu penduduknya sangat beragam

Kota New York
Orang-orang berkumpul di Poll Street, New York tahun 1899 (commons.wikimedia.org)

Meskipun masih berupa koloni kecil, Nieuw Amsterdam sudah dikenal sebagai permukiman yang sangat multikultural, karena perannya sebagai pusat perdagangan, kota ini menarik imigran dari berbagai negara di Eropa. Menurut catatan sejarah, setidaknya ada 18 bahasa berbeda yang digunakan di sana pada masa itu.

Keragaman ini menjadi fondasi bagi New York modern yang kita kenal sekarang, di mana berbagai etnis dan budaya hidup berdampingan. Jejak kolonial Belanda yang fokus pada perdagangan telah menciptakan sebuah kota yang terbuka dan ramah terhadap pendatang, membentuk DNA New York sebagai kota imigran.

Kisah sejarah New York menunjukkan bahwa setiap sudut kota menyimpan cerita, bahkan di balik gemerlapnya. Jejak Belanda memang sudah lama berlalu, tetapi warisannya tetap hidup dan membentuk identitas New York yang unik serta multikultural hingga hari ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Dampak Bahaya Gas Air Mata Kedaluwarsa, Bisa Mematikan

03 Sep 2025, 16:20 WIBScience