5 Fakta Yellow-tailed Woolly Monkey, 'Bulu Wol' yang Super Terancam!

- Bulu Wol yang Lebat dan Ekor Kuning yang Khas
- Primata ini memiliki bulu tebal, padat, dan lembut dengan ekor kuning mencolok.
- Ukuran tubuhnya sekitar 44-53 cm dengan ekor panjang 60-65 cm.
- Perbedaan Jantan-Betina yang Mengecohkan
- Jantan memiliki jambul rambut keemasan, betina memiliki klirotis panjang.
- Jantan lebih berat daripada betina, serta memiliki warna bulu yang lebih gelap.
- Berperan Penting dalam Regenerasi Hutan
- Mereka memakan bu
Di balik lebatnya hutan pegunungan Andes di Peru, ada satu primata langka yang hampir tak pernah terlihat oleh mata manusia. Dialah Yellow-tailed Woolly Monkey atau monyet wol ekor kuning (Lagothrix flavicauda), si penghuni kanopi hutan dengan bulu tebal dan sebagian ujung ekornya berwarna yang mencolok. Penampilannya yang unik membuatnya berbeda dari monyet lain di Amerika Selatan. Namun, di balik keindahannya, spesies ini menyimpan cerita tentang kelangkaan dan perjuangan bertahan hidup di habitat yang semakin terdesak. Yuk, kita bahas fakta-fakta unik dari Yellow-tailed Woolly Monkey, Berikut faktanya!
1. Bulu Wol yang Lebat dan Ekor Kuning yang Khas

Sesuai dengan namanya, primata ini memiliki bulu tebal, padat, dan lembut, yang memiliki tekstur mirip seperti wol. Bulunya ini berwarna cokelat hingga cokelat tua – di bagian dada hingga perut biasanya memiliki warna yang cukup gelap. Pada sekitar area hidung dan mulut memiliki bulu tipis berwarna putih, yang akan terbentuk seperti moncong. Yang menjadi khas dari primata ini adalah terdapat pada ujung ekornya yang berwarna kuning – yang hanya menutupi sedikit dari bagian bawah ekornya. Primata ini juga memiliki ukuran yang cukup besar, yaitu sekitar 44-53 cm dan ekornya mempunyai panjang sekitar 60-65 cm. Ekornya yang panjang dan prehensil dapat membantu mereka dalam menjaga keseimbangan dan pergerakannya di pepohonan.
2. Perbedaan Jantan-Betina yang Mengecohkan

Primata ini memiliki dimorfisme seksual, yaitu terdapat perbedaan mencolok antara jantan dan betina – dilansir dari laman New England Primate Conservancy, jantan dewasa memiliki jambul rambut keemasan yang memiliki panjang sekitar 10 cm yang khas di sekitar alat kelaminnya. Hal ini juga terdapat pada betina, tetapi memiliki ukuran yang lebih pendek. Walau begitu, pada betina juga memiliki ciri khasnya yang dapat membedakan dari jantan, yaitu dapat dikenali melalui klirotisnya yang panjang dan menonjol – karena hal ini, banyak orang awam yang salah mengenali betina sebagai jantan. Selain itu, jantan juga memiliki warna bulu yang lebih gelap dibandingkan dengan betina. Dan juga memiliki berat yang berbeda, pada jantan memiliki berat sekitar 8-12 kg, sedangkan betina hanya 5,5-8 kg saja. Jadi, jantan lebih berat dibandingkan dengan betina.
3. Berperan Penting dalam Regenerasi Hutan

Mereka sangat aktif disiang hari (diurnal) untuk mencari makan dan lebih banyak mencari makan yang bersumber di pepohonan, hal ini terjadi karena mereka lebih banyak beraktivitas di atas pepohonan (arboreal). Seperti primata lainnya, mereka termasuk dalam kelompok hewan pemakan segala atau Omnivora. Walaupun omnivora, mereka sebagian besar memakan buah-buahan (Frugivora). Selain buah-buahan, makanan lain yang berasal dari tumbuhan adalah daun, bunga, dan akar. Selain makanan yang bersumber dari tumbuhan, mereka juga memakan serangga. Namun dibalik itu semua, mereka juga ternyata memegang peran dalam regenerasi hutan – penyebaran biji ini terjadi karena mereka pemakan buah-buahan. Walaupun wilayah jelajah mereka kecil, tetapi pengaruh mereka sangat besar terhadap habitat mereka di hutan.
4. Hidup dalam Kelompok yang Besar

Dilansir dari laman New England Primate Conservancy, mereka menunjukkan struktur sosial fission-fusion, yang artinya dimana dalam satu kelompok besar akan terpecah menjadi kelompok kecil dan kemudian akan kembali bergabung menjadi kelompok yang lebih besar lagi. Mereka memang terkenal dengan hidupnya yang berkelompok – kelompoknya cukup besar sekitar 14-16 ekor, dan bahkan pernah ditemukan juga kelompok yang mencapai 30 ekor. Selain itu, karena mereka hidup dalam kelompok yang cukup besar, diketahui juga bahwa betina kemungkinan besar kawin dengan lebih dari satu jantan atau disebut juga poliandri. Walau begitu, jantan juga memiliki peran besar dalam merawat bayinya. Diketahui bahwa jantan terkadang menggendong bayi yang menempel di perutnya. Dalam bentuk komunikasinya, mereka menggunakan berbagai cara untuk berkomunikasi – mulai dari vokalisasi, gerakan tubuh, ekspresi wajah, hingga penandaan aroma.
5. Termasuk dalam Primata Paling Terancam Punah

Sayangnya, di balik keunikannya, primata ini masuk dalam daftar primata paling terancam punah didunia dan termasuk dalam salah satu primata paling kritis didunia. Kini primata ini berstatus Critically Endangered atau kritis terancam punah menurut IUCN. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang menjadi primata ini sangat terancam punah. Dilansir dari New England Primate Conservancy, ancaman utama mereka adalah deforestasi yang terjadi akibat meningkatnya populasi manusia di sana. Selain itu, banyak habitatnya menjadi lahan pertanian, perkebunan kelapa sawit, hingga penambangan. Selain perusakan habitat, perburuan juga menjadi momok mengerikan terhadap primata ini. Perburuan ini bertujuan untuk diambil dagingnya hingga di perjual belikan di pasar hewan ilegal. Meski begitu, wilayah jelajah primata ini sangatlah kecil, sehingga sangat mudah terfragmentasi – dan juga tingkat kelahiran mereka relatif lambat. Kini, upaya konservasi telah dilakukan, tetapi belum sepenuhnya sempurna. Dimulai dari perjanjian yang dibuat pemerintah agar tidak ada perdagangan hewan yang melibatkan primata ini, hingga primata ini dilestarikan di kawasan lindung.
Monyet wol ekor kuning bukan hanya sekadar primata dengan tampilan eksotis, tetapi juga simbol rapuhnya keseimbangan ekosistem Hutan Andes. Dengan populasi yang terus menurun, keberadaannya kini bergantung pada kesadaran manusia untuk menjaga hutan dan mencegah perburuan. Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin spesies cantik ini hanya akan tersisa dalam catatan sejarah. Melindungi mereka berarti juga menjaga warisan alam yang tak ternilai dari Peru untuk generasi mendatang.