6 Fakta Echo Parakeet, Pemulihan Populasinya Butuh Waktu 40 Tahun!

- Populasi echo parakeet hanya ada di hutan asli Mauritius, terutama di Taman Nasional Black River Gorges.
- Burung ini memakan buah-buahan dan mampu beradaptasi dengan makanan eksotis untuk bertahan hidup.
- Echo parakeet memiliki vokalisasi yang beragam dan sistem perkawinan yang unik, serta berhasil pulih dari ambang kepunahan setelah 40 tahun.
Pemulihan populasi hewan yang hampir punah bukanlah tugas mudah dan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Seperti upaya pemulihan yang dilakukan pada echo parakeet, burung parkit asal Mauritius. Spesies ini berada dalam famili Psittacidae dan memiliki nama ilmiah Psittacula eques. Tubuhnya sepanjang 34-42 sentimeter, bentang sapanya 49-54 sentimeter dan beratnya 167-193 gram.
Bulunya didominasi warna hijau, bagian punggungnya lebih gelap dan bagian bawahnya agak kekuningan. Perlu kamu perhatikan kalau jantan punya dua garis melingkar di lehernya berwarna hitam dan merah muda. Paruh atasnya merah dan bawahnya cokelat kehitaman. Sementara betina berwarna lebih gelap, garis melingkarnya hitam samar dan hijau tua. Paruhnya bahkan hampir hitam semua.
Setelah tahu ciri-cirinya, sekarang mari intip perjalanan kehidupan echo parakeet yang berhasil keluar dari ambang kepunahan. Berikut penjelasannya!
1. Hanya bisa ditemukan di hutan asli Mauritius

Sebaran echo parakeet saat ini sangat terbatas, hanya ada di hutan-hutan asli Mauritius, khususnya di Taman Nasional Black River Gorges. Belum lagi, burung ini ternyata menghuni area yang sangat kecil, kisaran 40 kilometer persegi. Habitat yang disukainya berupa hutan dataran tinggi yang punya banyak pepohonan besar dan sudah tua.
Animalia menginformasikan bahwa populasi dari echo parakeet sangat bergantung pada keberadaan hutan asli. Jadi, saat hutan berkurang, maka populasinya juga akan menurun. Padahal dulu mereka hidup berpindah-pindah untuk mencari makan, tapi sekarang memilih menetap.
2. Menu makannya didominasi buah-buahan

Burung ini memanfaatkan habitatnya dengan baik karena menu makannya didominasi oleh tumbuhan asli Mauritius. Tapi bukan berarti tidak menyantap tanaman introduksi, ya. Makanannya didominasi buah-buahan, mencapai sekitar 53 persen dari total dietnya. Lalu ada dedaunan (31 persen), bunga (12 persen) dan sisanya berupa tunas muda, biji, ranting, kulit batang dan getah pohon. Tempat mencari makannya di pepohonan, soalnya mereka jarang turun ke tanah.
Echo parakeet juga punya makanan kesukaan, seperti Calophyllum tacamahaca, Canarium paniculatum, Mimusops maxima dan Eugenia sp.. Dulu burung ini tidak suka makan buah-buahan eksotis (seperti belimbing, jambu biji strawberry, semak pagar dan apel liar), tapi sekarang mulai mengonsumsinya. Itu adalah salah satu adaptasi agar mereka bisa bertahan hidup. Adaptasi lainnya adalah memakan lebih banyak dedaunan saat buah-buahan berkurang.
3. Pandai bermanuver di antara pepohonan

Saat mengunjungi habitatnya, kamu bisa melihat echo parakeet terbang sendirian atau bergabung dalam kelompok kecil. Saat terbang, mereka memanfaatkan arus angin yang naik dari bawah tebing atau lereng bukit. Itu dilakukannya supaya burung ini tidak perlu banyak mengepakkan sayap, bisa hemat energi.
Walaupun kemampuan terbang echo parakeet lebih lambat karena kepakan sayapnya tidak secepat burung lain, tapi mereka pandai bermanuver. Spesies ini sangat lincah terbang di antara cabang-cabang pepohonan atau celah kanopi hutan, dilansir iNaturalist.
4. Punya banyak vokalisasi yang tujuannya berbeda

Vokalisasi echo parakeet sangat beragam, mereka semakin berisik saat senja. Jika berada di habitatnya, cara paling mudah untuk mengenalinya adalah melalui panggilan kontaknya yang bunyinya serak seperti 'chaa-chaa' atau 'kaah'. Rangkaian nada itu diulang cepat dua kali per detik. Tidak hanya menggunakannya untuk saling terhubung, mereka juga menyuarakannya ketika terbang.
Melansir Oiseaux Birds, bahkan saat bertengger, echo parakeet juga punya suara khusus yang terdengar seperti dengkuran kecil 'werr-werr' dan 'prr-rr-rr'. Jika tiba saatnya kawin, kicauannya semakin ramai. Itu biasanya berlangsung antara September hingga Desember.
5. Induk berbagi tugas dengan kompak

Memasuki bulan September hingga Februari, echo parakeet mulai sibuk berkembang biak, menarik perhatian pasangan dan membangun sarang. Agar sarangnya aman, mereka memilih cabang besar pepohonan tua yang tingginya sekitar 10 meter dari permukaan tanah. Di sana betina bertelur sebanyak 2-4 butir yang dieraminya selama tiga minggu.
Sayangnya, kadang hanya dua anaknya yang berhasil bertahan hidup. Saat betina mengerami, maka jantan bertugas mencari makan untuknya. Anaknya baru bisa keluar dari sarang saat berusia 50-60 hari, tapi makanannya masih ditanggung oleh induknya selama dua hingga tiga bulan berikutnya.
6. Kadang jantan dewasa jadi pembantu

Bagian paling unik dari musim kawin echo parakeet adalah kesediaan jantan dewasa untuk menjadi pembantu (helper). Mereka menawarkan diri untuk memberi makan betina yang sedang mengerami dan juga merawat anak-anaknya setelah menetas. Hanya saja, bantuan itu tidak selalu diterima dan bahkan justru mengganggu proses bersarang.
Soalnya jantan pembantu itu kadang kawin dengan betina dari pasangan tersebut. Itu membuat sistem perkawinan echo parakeet tidak murni monogami, tapi kadang poliandri juga. Jadi betina bisa hidup bersama beberapa jantan dalam satu kelompok kawin.
Kehidupan echo parakeet di alam liar tampaknya sangat menarik, mereka pandai beradaptasi, sangat vokal dan sistem perkawinanya begitu unik. Tapi kehidupan mereka mengalami naik turun, karena sempat berada diambang kepunahan. Bahkan di tahun 1983, hanya tersisa 11 individu, lho.
Tapi upaya konservasi dalam 40 tahun melalui kombinasi penangkaran, perlindungan sarang dan pelepasliaran bertahap berhasil memulihkan populasinya. Laporan terakhir di tahun 2019 menunjukkan echo parakeet di alam liar mencapai 750 burung dan saat ini diklasifikasikan sebagai vulnerable.