5 Alasan Sebaiknya Kamu Tidak Memelihara Reptil

Reptil adalah kelompok hewan yang cukup banyak diminati sebagai hewan peliharaan eksotis. Ular, biawak, iguana, dan kura-kura adalah beberapa contoh reptil yang paling sering dijadikan hewan peliharaan. Banyak persepsi yang menganggap bahwa memelihara reptil adalah kegiatan yang mudah dan sederhana.
Sayangnya, anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. Bahkan, banyak ahli hewan tidak merekomendasikan untuk memelihara reptil. Nah, kenapa kita sebaiknya tidak memelihara reptil? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Reptil adalah binatang liar dan cenderung membahayakan

Pada dasarnya, reptil adalah binatang yang liar. Mereka terbiasa hidup di alam bebas dan mengeksplorasi banyak hal. Meski telah diternakkan atau “dijinakkan” di penangkaran, sifat liar reptil akan terus melekat. Mereka juga tidak bisa dijinakkan layaknya hewan peliharaan lainnya, seperti anjing atau kucing.
Dilansir laman Born Free USA, hewan eksotik seperti reptil pada dasarnya berbahaya bagi individu yang memilikinya. Begitu pula bagi orang-orang di sekitarnya. Di berbagai negera, banyak dilaporkan insiden hewan-hewan eksotik yang dipelihara secara pribadi menyerang pemilik dan hewan lainnya. Mereka dapat melarikan diri dari kandang yang bisa membahayakan orang lain.
Tidak seperti anjing atau kucing yang senang dengan kehadiran pemiliknya, reptil sebenarnya sangat tidak menginginkan kehadiran manusia. Bahkan, mereka cenderung tidak bahagia dan mudah stres berada dekat manusia, apalagi dalam penangkaran yang biasanya hanya berupa sekotak akuarium. Memelihara reptil disebut sebagai bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan membahayakan orang-orang di sekitarnya.
2. Risiko membawa penyakit

Selain liar, memelihara reptil juga memiliki risiko penularan penyakit. Masih dari laman yang sama, hampir 90 persen reptil membawa dan menularkan penyakit ke manusia. Kelompok hewan ini bisa menjadi pembawa bakteri berbahaya dalam tubuhnya, yaitu bakteri Salmonella. Ketika reptil terinfeksi Salmonella, ini bisa ditularkan ke manusia melalui kotorannya.
Reptil yang terinfeksi Salmonella tidak menunjukkan gejala penyakit karena bakteri tersebut tidak menyebabkan sakit pada reptil. Akan tetapi, ketika ditularkan ke manusia, ini bisa menjadi penyakit serius yang disebut dengan Salmonellosis. Salmonellosis bisa menyebabkan diare parah (berdarah atau tanpa darah), sakit kepala, mual, demam, bahkan mengancam jiwa.
Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) memperkirakan ada sekitar 93.000 kasus Salmonellosis yang disebabkan oleh paparan reptil setiap tahunnya. Salmonellosis akibat paparan reptil merupakan penyakit kesehatan yang cukup serius. Hal ini juga paling umum memengaruhi manusia dibandingkan penyakit lainnya.
3. Reptil tidak mudah dirawat

Banyak orang yang mengklaim bahwa memelihara reptil merupakan kegiatan yang mudah dan sederhana. Reptil sering kali dianggap sebagai hewan yang mudah beradaptasi, mudah dipelihara, dan cocok bagi pemula atau orang yang tidak memiliki banyak waktu atau pun sumber daya untuk memelihara hewan peliharaan. Pada kenyataanya, reptil bukanlah hewan dengan perawatan rendah.
Menurut beberapa penelitian yang dijelaskan pada jurnal Ethnobiology and Ethnomedicine tahun 2023, reptil sebenarnya merupakan hewan yang kompleks secara kognitif dan sosial. Mereka membutuhkan perlakuan dan lingkungan khusus yang membuat mereka terlibat dalam perilaku alamiahnya seperti di alam liar. Dalam segi perawatan, mereka juga membutuhkan pengaturan tempat tinggal, pemanas, penerangan, makanan, dan hingga suhu atau pun kelembapan yang harus sesuai kebutuhannya.
Misalnya, ular membutuhkan kandang yang lebih panjang dari panjang tubuhnya untuk memfasilitasi ketika mereka akan melakukan peregangan. Naga berjanggut (Pogona vitticeps) membutuhkan area khusus untuk berjemur atau sinar ultraviolet buatan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dan kalsiumnya. Sayangnya, kebutuhan-kebutuhan seperti itu sering kali tidak terpenuhi dalam penangkaran.
4. Hidup dengan reptil adalah komitmen jangka panjang

Dilansir dari laman RSCPA, hidup dengan reptil merupakan bentuk komitmen jangka panjang. Kura-kura dapat hidup lebih dari 30 tahun. Ular piton dapat hidup hingga lebih dari 15 tahun. Kadal, seperti Lidah Biru, bisa hidup selama 20 tahun. Selain perawatan yang rumit, memelihara reptil juga memerlukan perawatan berkelanjutan yang membutuhkan perencanaan dan pertimbangan yang matang.
5. Bisa melanggar hukum

Memelihara dan memperjualbelikan reptil juga bisa melanggar hukum, khususnya reptil spesies langka yang dilindungi. Hal ini diatur dalam Undang-Undang RI No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang mengatur tentang perjualbelikan hewan langka. Beberapa contoh reptil yang dilindungi adalah ular sanca hijau (Chindrophyton viridis), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), biawak kalimantan (Varanus borneensis), dan kura-kura gading (Orlitia borneensis).
Reptil adalah hewan liar yang sebenarnya kurang cocok dijadikan hewan peliharaan, apalagi jika kamu belum mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Kelompok hewan ini cenderung berbahaya dan tidak mudah dirawat seperti halnya hewan peliharaan pada umumnya. Beberapa alasan mengapa sebaiknya tidak memelihara reptil di atas, semoga bisa menjadi bahan pertimbanganmu, ya!