Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Burung Invasif Paling Merugikan, Bisa Mengganggu Ekosistem

Merpati domestik, salah satu burung invasif paling merugikan (commons.wikimedia.org/Satdeep Gill)
Merpati domestik, salah satu burung invasif paling merugikan (commons.wikimedia.org/Satdeep Gill)
Intinya sih...
  • Burung invasif seperti kerak ungu mampu menyebarkan penyakit, merugikan petani, mengganggu manusia, dan menggusur populasi satwa lokal di beberapa daerah.
  • Merpati domestik bisa sangat merugikan jika dilepasliarkan dan berkeliaran dengan bebas karena mampu menyebarkan berbagai patogen, memakan tanaman petani, dan bersaing dengan satwa lokal.
  • Burung gereja rumah menjadi hama yang merugikan pertanian dan kebun serta bisa bersaing dengan burung lokal dan mengotori area pemukiman dengan kotorannya. Jalak eropa juga mampu merusak lahan pertanian dan infrastruktur di area pemukiman.

Mungkin kamu mengira kalau burung merupakan hewan yang tidak berbahaya. Jika ada burung yang beterbangan pasti kamu membiarkannya dan tidak mempedulikannya. Padahal, terdapat beberapa spesies burung invasif yang sangat berbahaya dan merugikan, lho. Tercatat, mereka bisa menyebarkan penyakit, memengaruhi kehidupan manusia, bahkan bisa menggusur satwa lokal.

Burung-burung tersebut juga hadir di sekitar kita, bahkan mereka sering dijumpai di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas beberapa burung invasif yang paling merugikan. Simak dengan baik artikel ini agar kamu bisa membedakan burung lokal yang bermanfaat dengan burung invasif yang berbahaya dan merugikan!

1. Kerak ungu

Kerak ungu (commons.wikimedia.org/Shino jacob koottanad)
Kerak ungu (commons.wikimedia.org/Shino jacob koottanad)

Dilansir Thai National Parks, Acridotheres tristis atau kerak ungu menjadi spesies invasif di beberapa daerah, seperti Amerika Serikat, Eropa, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Australia. Sebagai spesies invasif, hewan ini mampu menyebarkan penyakit, merugikan petani, mengganggu manusia, dan menggusur populasi satwa lokal. Di tempat-tempat tersebut, populasi hewan ini juga memludak sehingga membahayakan ekosistem lokal.

Untungnya, berbagai upaya pembasmian sudah dilakukan. Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakat lokal sering menjebak, memburu, dan menangkap kerak ungu yang beterbangan di alam liar. Namun terkadang usaha tersebut tidak terlalu efektif karena kerak ungu sudah belajar untuk beradaptasi dengan kehidupan manusia. Karenanya, burung ini termasuk sebagai salah satu spesies invasif paling berbahaya di dunia.

2. Merpati domestik

Merpati domestik (commons.wikimedia.org/Satdeep Gill)
Merpati domestik (commons.wikimedia.org/Satdeep Gill)

Sebenarnya, jika dipelihara dan dirawat di dalam kandang hewan dengan nama ilmiah Columba livia ini tak akan menjadi spesies invasif. Namun, jika dilepasliarkan dan berkeliaran dengan bebas maka merpati domestik bisa sangat merugikan. Spesifiknya, ia sering buang kotoran sembarangan, menyebarkan penyakit, memakan tanaman petani, sampai bersaing dengan satwa lokal, jelas Global Invasive Species Database.

Jika melihat penyebaran alaminya, sebenarnya merpati domestik berasal dari Eropa. Namun, karena campur tangan manusia saat ini ia sudah bisa ditemukan hampir di seluruh dunia, mulai dari Amerika, Eropa, Asia, sampai Australia. Merpati domestik juga jadi salah satu burung invasif yang paling berbahaya karena mampu menyebarkan berbagai patogen, seperti Alphainfluenzavirus influenzae, Circovirus, dan Clostridium botulinum.

3. Burung gereja rumah

Burung gereja rumah (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)
Burung gereja rumah (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Dilasir Britannica, Passer domesticus atau burung gereja rumah merupakan salah satu burung dengan populasi paling melimpah. Mau itu di Asia, Amerika, Eropa, Afrika, sampai Australia semuanya bisa dihuni oleh burung sepanjang 14 centimeter ini. Uniknya, walau kecil burung gereja rumah memiliki dampak yang besar bagi ekosistem. Pertama, ia jadi hama yang merugikan dan sawah dan kebun. Tak hanya itu, burung gereja rumah juga bisa bersaing dengan burung lokal dan mengotori area pemukiman dengan kotorannya.

Di beberapa daerah seperti Amerika Serikat, pemerintah dan masyarakat lokal sering memburu dan membasmi burung ini. Sayangnya, di negara Asia seperti Indonesia hal tersebut masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri burung ini memang menjadi hama, namun karena warnanya yang tidak mencolok tak banyak orang yang memburunya. Padahal, jika dibiarkan burung gereja rumah bisa merusak ekosistem secara luas.

4. Jalak eropa

Jalak eropa (commons.wikimedia.org/Ingrid Taylar)
Jalak eropa (commons.wikimedia.org/Ingrid Taylar)

Seperti namanya, Sturnus vulgaris atau jalak eropa berasal dari wilayah Eropa. Namun, saat ini penyebaran sudah meluas dan ia bisa ditemukan hampir di seluruh dunia, jelas Animal Diversity Web. Kemungkinan hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas manusia seperti perdagangan dan pelayaran. Karena hal tersebut, burung sepanjang 20 centimeter ini mulai menimbulkan dampak negatif di beberapa daerah.

Spesifiknya, jalak eropa mampu merusak lahan pertanian yang nantinya merugikan para petani. Sebagai omnivor yang ganas, jalak eropa juga mampu bersaing dan menggusur populasi satwa lokal. Tak hanya itu, di beberapa kesempatan burung ini juga bisa merusak infrastruktur yang ada di area pemukiman. Karenanya, hewan ini sering dibasmi dan dimusnahkan di beberapa daerah.

5. Monk parakeet

Monk parakeet (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Monk parakeet (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Laman iNaturalist menjelaskan kalau Myiopsitta monachus atau monk parakeet berasal dari Argentina, Brazil, dan Uruguay. Di sana, ia sering terlihat di pepohonan, hutan, dan taman. Tubuhnya sendiri berwarna hijau terang, paruhnya melengkung dan besar, serta kepalanya membulat. Dengan panjang 29 centimeter, bentang sayap 49 centimeter, dan berat 100 gram ia juga termasuk burung berukuran kecil.

Tapi jangan salah, ternyata monk parakeet termasuk spesies invasif yang berbahaya, khususunya di wilayah Eropa dan Amerika Utara. Saking berbahayanya, bahkan beberapa negara melarang perdagangan burung ini. Uniknya, invasi burung ini juga dapat terjadi karena ulah manusia. Terkadang, ada pemilik yang sengaja melepaskan burung ini ke alam liar. Tak cuma itu, kemungkinan burung ini juga tak sengaja terbawa oleh kargo di kapal.

Ternyata, spesies invasif tak terbatas pada ikan, tikus, dan reptil. Setelah diulik, beberapa spesies burung juga menjadi spesies invasif yang sangat berbahaya dan merugikan. Mereka bisa menyebarkan penyakit, menjadi hama, bahkan merusak tatanan ekosistem. Karena hal tersebut, kita harus mencegah penyebaran burung-burung tersebut. Sebagai manusia, kita juga harus bijak dan jangan melepaskan spesies invasif ke alam liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us