Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Setuhuk Loreng, Punya Strategi Unik dalam Berburu

potret spesimen setuhuk loreng dewasa (commons.wikimedia.org/Fæ)
potret spesimen setuhuk loreng dewasa (commons.wikimedia.org/Fæ)

Ikan setuhuk atau marlin (famili Istiophoridae) jelas jadi salah satu keluarga ikan paling terkenal di seluruh dunia. Bentuk besar memanjang ditambah dengan moncong tajam jadi ciri khas dari ikan yang satu ini. Di seluruh dunia, ada sekitar empat spesies ikan setuhuk berbeda dengan ciri fisik yang berbeda-beda. Nah, salah satu spesies ikan setuhuk yang punya penampilan menarik sudah pasti setuhuk loreng (Kajikia audax).

Secara ukuran, setuhuk loreng memang bukan yang paling besar, tetapi masih sangat impresif. Ikan ini tumbuh sepanjang 2,9—4,2 meter dengan bobot 113—204 kg. Sisik setuhuk loreng terbilang sangat kontras karena bagian punggung mereka berwarna biru tua atau hitam, sementara pada bagian perut berwarna perak atau putih. Kemudian, ada sekitar 12—20 buah garis loreng pada masing-masing sisi tubuh ikan ini yang berwarna kebiruan. Uniknya, garis ini tetap terlihat sekalipun setuhuk loreng mati dan dapat berubah warna jadi keunguan berkat sel pigmen khusus bernama chromatophores.

Selain fakta soal warna sisik yang unik itu, masih ada beberapa fakta menarik lain dari setuhuk loreng. Karena itu, kita akan berkenalan dengan salah satu ikan tercepat di lautan ini. Kalau sudah penasaran, langsung gulir layarmu ke bawah, ya!

1. Peta persebaran dan habitat

peta Samudra Pasifik yang jadi salah satu peta persebaran utama setuhuk loreng (commons.wikimedia.org/CIA World Factbook)
peta Samudra Pasifik yang jadi salah satu peta persebaran utama setuhuk loreng (commons.wikimedia.org/CIA World Factbook)

Peta persebaran dari setuhuk loreng terbilang sangat luas. Mereka dapat ditemukan di tiga samudra sekaligus, yakni Samudra Pasifik, Samudra Atlantik, dan Samudra Hindia. Selama lautan itu ada di kawasan tropis dan subtropis, setuhuk loreng pasti dapat tinggal di sana. Artinya, seluruh negara yang masuk dalam dua kategori itu, yakni berada di antara tiga samudra tersebut dan kawasan tropis—sub tropis, sudah pasti jadi rumah bagi ikan setuhuk yang satu ini.

Sementara itu, untuk urusan habitat, setuhuk loreng termasuk ikan lautan lepas, dilansir Animalia. Ikan ini tidak akan ditemukan di kawasan pesisir, tetapi kadang berada di batas antara lautan lepas dan pesisir. Itu karena di sana ada sumber makanan yang melimpah. Meski tinggal di lautan lepas, setuhuk loreng termasuk ikan epipelagik sehingga kedalaman laut yang dipilih mulai dari sekitaran permukaan sampai 300 meter di bawah permukaan laut saja.

Suhu air dan kadar oksigen turut memengaruhi titik keberadaan setuhuk loreng. Sebab, ikan ini suka berada di perairan dengan suhu antara 20—28 derajat celsius dan kadar oksigen 4,5—5,5 ml/L. Keberadaan klorofil pun jadi pertimbangan lain bagi ikan yang satu ini. Diketahui kalau kadar klorofil yang tinggi di suatu perairan dapat memberikan setuhuk loreng sumber nutrisi dalam jumlah yang besar. Itu karena di sanalah makanan-makanan banyak berkumpul.

2. Makanan favorit dan cara berburu

seekor setuhuk loreng yang melompat dari dalam air (commons.wikimedia.org/stevestevens)
seekor setuhuk loreng yang melompat dari dalam air (commons.wikimedia.org/stevestevens)

Sama seperti kerabat yang lain, setuhuk loreng termasuk karnivor sejati di laut. Meski begitu, sebenarnya mereka bukan predator puncak karena spesies setuhuk ini jadi mangsa potensial bagi beberapa spesies hiu dan paus sperma. Ikan ini diketahui mengonsumsi berbagai jenis ikan kecil yang bergerombol, semisal sarden, tuna kecil, makerel, dan teri; Cephalopoda seperti gurita maupun cumi-cumi; serta berbagai jenis krustasea. Untuk mencari makan, setuhuk loreng melakukan beberapa cara unik yang mungkin tak kamu duga sebelumnya, lho.

Dilansir Ocean Info, setuhuk loreng biasanya mulai membentuk kelompok kecil ketika melihat kumpulan mangsa potensial dalam jumlah besar. Mereka akan bekerja sama untuk "menggembala" kumpulan ikan sambil bergerak dengan cepat dan membuka mulut untuk mengonsumsi mangsa. Proses ini dilakukan secara berulang sampai seluruh anggota kelompok setuhuk loreng merasa cukup.

Memang, strategi berburu yang mengandalkan koordinasi itu sudah biasa ditemukan pada beberapa jenis predator lain. Namun, setuhuk loreng punya kebiasaan untuk menusuk satu ikan di moncong tajam mereka sambil bergerak perlahan. Nantinya, ikan yang ditusuk di ujung moncong setuhuk loreng akan berfungsi sebagai umpan untuk menangkap mangsa lain yang berukuran lebih besar, semisal ikan layar atau spesies marlin lain yang berukuran kecil.

3. Ikan yang rutin bermigrasi

seekor setuhuk loreng yang berhasil dipancing (commons.wikimedia.org/Jackiemora01)
seekor setuhuk loreng yang berhasil dipancing (commons.wikimedia.org/Jackiemora01)

Sebenarnya, dulu setuhuk loreng dikira sebagai spesies ikan setuhuk yang selalu menetap di lokasi yang sama setiap tahun. Kalaupun mereka bergerak, biasanya hal tersebut hanya berupa menyelam ke perairan yang agak dalam demi mencari makanan. Namun, berkat penelitian dari tim Chi Him Lam, Clayward Tam, dan Lutcavage dalam program Popup Archival Satellite Tags (PSATs), ditemukan fakta baru soal kebiasaan gerak ikan yang satu ini.

The Billfish Foundation melansir kalau setuhuk loreng yang ditandai PSATs menunjukkan pola pergerakan migrasi rutin. Beberapa spesimen yang ditandai ialah setuhuk loreng yang hidup di Samudra Pasifik. Adapun, berdasarkan data dari penanda yang dideteksi satelit, ikan ini tercatat melintasi batas zona laut tertentu di Samudra Pasifik, seperti gunung laut dan zona lempeng. Tujuan mereka adalah mencari mangsa potensial dalam jumlah besar. Ada satu individu setuhuk loreng yang mencatat jarak migrasi paling jauh. Ia memulai perjalanan dari Pasifik Timur dan berakhir di pantai timur Australia. Artinya, ikan ini menempuh perjalanan sejauh ribuan kilometer.

4. Sistem reproduksi

seorang pemancing berusaha menaikkan setuhuk loreng (commons.wikimedia.org/Kate Crandell)
seorang pemancing berusaha menaikkan setuhuk loreng (commons.wikimedia.org/Kate Crandell)

Setuhuk loreng termasuk hewan poliginandri. Artinya, seekor betina akan kawin dengan beberapa pejantan yang dapat ditemukan di sekitar. Musim kawin bagi ikan yang satu ini berlangsung saat musim panas atau kemarau di sepanjang peta persebaran mereka. 

Setuhuk loreng betina bisa dikatakan sangat subur. Bayangkan saja, dalam 1 musim kawin, spesies ini dapat bertelur sebanyak 4—41 kali. Kalau ditotal, jumlah telur yang dapat dihasilkan betina dari puluhan kelompok telur itu mencapai 120 juta telur, dilansir Animalia. Namun, tak semua telur dapat menetas ataupun mencapai usia dewasa karena angka kematian setuhuk loreng kecil terbilang tinggi. Untuk mencapai usia kematangan seksual, butuh waktu sekitar 1,5—2,5 tahun dan ukuran 1,4—1,8 bagi seekor setuhuk loreng sebelum ia siap bereproduksi.

5. Status konservasi

setuhuk loreng yang tertangkap bersama dengan beberapa ikan besar lain (inaturalist.org/cstobie)
setuhuk loreng yang tertangkap bersama dengan beberapa ikan besar lain (inaturalist.org/cstobie)

Kalau merujuk pada IUCN Red List, status konservasi setuhuk loreng sebenarnya masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Meski begitu, tren populasi dari ikan yang satu ini terus menunjukkan penurunan sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan status konservasi pada masa yang akan datang. Penyebabnya tak lain terkait dengan aktivitas manusia.

Dilansir National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), perburuan komersial setuhuk loreng banyak dilakukan oleh negara-negara yang dekat dengan peta persebaran ikan ini. Di kawasan Pasifik saja, NOAA mencatat ada sekitar 226,7 ton setuhuk loreng yang diburu pada 2023. Daging setuhuk ini punya nilai yang tinggi karena jumlah tonase tersebut diperkirakan menghasilkan uang sebesar 1,3 juta dolar Amerika Serikat (Rp21,53 miliar). Perburuan yang terbilang besar ini jelas sangat mengkhawatirkan kalau terus dibiarkan.

Beruntungnya, ada beberapa upaya perlindungan terhadap setuhuk loreng. Billfish Conservation Act, misalnya, melarang komersialisasi ikan setuhuk yang berasal dari luar wilayah yang disepakati, seperti Samoa Amerika, Guam, dan Pulau Mariana bagian utara. US West Coast pun melarang perburuan terhadap setuhuk loreng dan ada hukuman yang menanti kalau ada yang melanggar. Selain di Amerika Serikat, ada banyak lembaga lain yang turut mendukung upaya pelarangan komersialisasi setuhuk loreng, seperti Greenpeace Internasional yang melabeli ikan ini sebagai red seafood list.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us