5 Fakta Unik dan Menarik Kelinci Tapeti, Mamalia Lucu Pembawa Virus

- Kelinci tapeti merupakan hewan endemik Amerika dan terancam punah.
- Populasinya terus menurun akibat kerusakan habitat dan perburuan liar.
- Kelinci tapeti adalah inang dari myxoma virus yang berbahaya.
Kelinci merupakan salah satu mamalia terkenal nan menggemaskan. Telinganya yang panjang, tingkahnya yang lucu, dan ukurannya yang tidak terlalu besar membuat hewan tersebut disukai banyak orang. Tak cuma itu, kelinci juga terdiri atas beberapa spesies dan salah satunya adalah Sylvilagus brasiliensis atau kelinci tapeti.
Selain menggemaskan, kelinci tapeti juga menunjukkan berbagai fakta unik dan menarik yang jarang diketahui. Contohnya, ia merupakan hewan endemik benua Amerika. Populasi kelinci tapeti juga terus menurun sampai-sampai ia dikategorikan sebagai hewan terancam punah. Tak hanya itu, ia juga memiliki kebiasaan reproduksi yang unik. Lebih lanjut, kita akan membahas semua fakta tersebut di artikel ini secara mendalam!
1. Pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linnaeus

Dilansir iNaturalist, kelinci tapeti pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linnaeus pada tahun 1753 pada bukunya yang berjudul 10th edition of Systema Naturae. Saat itu, hewan ini dikenal dengan dua nama umum, yaitu forest cottontail dan brazilian cottontail. Lebih lanjut, Carl Linnaeus sendiri merupakan seorang ahli biologi dan naturalis asal Swedia yang lahir pada 23 Mei 1707 dan meninggal pada 10 Januari 1778. Ia merupakan salah satu orang paling berpengaruh di dunia biologi karena berhasil mengemukakan banyak teori, mendeskripsikan banyak spesies, dan menemukan banyak spesies baru.
2. Populasinya terus menurun dan menjadi hewan terancam punah

Data dari IUCN Red List menjelaskan kalau kelinci tapeti merupakan hewan terancam punah. Spesifiknya, ia masuk ke kategori endangered atau terancam. Saat ini, populasi kelinci tapeti terus menurun sehingga ia menjadi salah satu hewan yang dilindungi oleh pemerintah. Lebih lanjut, kelinci tapeti terancam oleh beberapa hal, yaitu kerusakan habitat, perburuan liar, industrialisasi, deforestasi, dan alih fungsi lahan. Untungnya, saat ini sudah banyak upaya konservasi yang dilakukan untuk melindungi kelinci ini. Karena hal tersebut, populasinya mulai membaik dan kita hanya bisa berharap semoga status terancamnya segera dicabut.
3. Bisa ditemukan di Amerika Tengah dan selatan

Kelinci tapeti bukanlah hewan dengan penyebaran yang terlalu luas. Tercatat, hewan ini hanya bisa ditemukan di dua wilayah, yaitu Amerika Selatan dan tengah, jelas GBIF. Beberapa negara seperti Brazil, Honduras, Guatemala, Nicaragua, Costa Rica, Panama, dan Peru merupakan beberapa daerah yang menjadi wilayah penyebaran alami hewan berwarna cokelat ini.
Secara umum, ia sangat suka hidup di hutan, semak-semak, rerumputan, dan area pemukiman. Daerah-daerah tersebut menawarkan dua hal esensial bagi kelinci ini, yaitu makanan dan tempat persembunyian. Pertama, makanan seperti dedaunan bisa dengan mudah ditemukan di kedua daerah tersebut. Kemudian, semak-semak, kayu, dan bebatuan bisa dijadikan tempat bersembunyi bagi kelinci ini.
4. Merupakan inang dari myxoma virus yang cukup berbahaya

Kelinci tapeti memang tidak berbahaya, tidak bisa menggigit, dan tidak memiliki taring berbisa. Tapi, hewan ini tak bisa diremehkan karena ia merupakan inang dari myxoma virus yang berbahaya. Hal ini mirip seperti kerabatnya, yaitu Sylvilagus bachmani atau kelinci semak california. Revelasi soal virus myxoma tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang ahli asal Brazil bernama Henrique de Beaurepaire Rohan Aragão.
Myxoma virus sendiri cukup berbahaya karena mampu merusak jaringan tubuh inangnya. Secara khusus, ia mampu merusak dan menumbuhkan benjolan di kulit. Selain itu, virus ini juga bisa menyebarkan penyakit berbahaya bernama myxomatosis. Untungnya, penyakit tersebut lebih umum ditemukan pada kelinci, jelas artikel di jurnal Antiviral Research.
5. Sering membuat sarang di rerumputan kering

Laman Animalia menjelaskan kalau kelinci tapeti bisa bereproduksi sepanjang tahun. Saat bereproduksi, ia akan membangun sarang di sekitar semak-semak dan rerumputan kering. Sarangnya sendiri dibangun dari material tanaman kering, seperti dedaunan, rerumputan, ranting, atau kulit kayu. Sarangnya juga luas dengan beberapa ruangan atau chamber yang memiliki fungsinya masing-masing.
Uniknya, masa gestasi kelinci tapeti bervariasi tergantung di mana ia tinggal. Sebagai contoh, populasi di Meksiko memiliki masa gestasi sekitar 28 hari dan mampu melahirkan tiga sampai delapan bayi. Di sisi lain, populasi di wilayah Andes memiliki masa gestasi sekitar 44 hari dan mampu melahirkan hingga 11 keturunan. Setelah lahir bayi kelinci tapeti akan dirawat oleh induknya dan akan meninggalkan sarang setelah berusia 12 sampai 18 hari.
Setelah diulik, ternyata keunikan dan hal menarik kelinci tapeti tercermin dari berbagai aspek, seperti kebiasaan, perilaku, habitat, sampai reproduksinya. Karena hal tersebut, kelinci tapeti menjadi salah satu hewan yang cukup eksotis. Populasinya juga terus menurun dan ia termasuk spesies terancam punah. Alhasil, kita harus selalu melestarikan, menjaga, dan melindungi eksistensi hewan ini.