5 Ilmuwan yang Mengorbankan Hidupnya demi Proyek

- Marie Curie menemukan radium dan polonium, tetapi terpapar radiasi tanpa perlindungan yang memadai, mengakibatkan anemia aplastik fatal.
- Robert Bunsen kehilangan mata dan keracunan arsenik akibat ledakan botol senyawa kimia saat bekerja di laboratorium.
- Francis Bacon meninggal karena flu parah setelah melakukan eksperimen pembekuan daging untuk metode pengawetan.
Kemajuan ilmu pengetahuan tidak selalu lahir dari tempat yang nyaman dan aman. Di balik temuan besar dan lompatan teknologi, sering kali ada kisah penuh risiko dan keberanian yang tidak banyak diketahui orang. Beberapa ilmuwan tidak hanya bekerja siang malam demi penelitian, tetapi juga mempertaruhkan nyawa demi mengejar kebenaran.
Ulasan ini mengangkat lima ilmuwan yang mengorbankan hidupnya demi proyek. Meski tak semuanya meninggal secara langsung akibat proyeknya, mereka semua menunjukkan keberanian luar biasa, bahkan ketika konsekuensinya adalah kehilangan kesehatan, keselamatan, atau bahkan hidup mereka sendiri.
1. Marie Curie

Marie Curie adalah salah satu ilmuwan paling legendaris dalam sejarah. Ia melakukan penelitian perintis tentang radioaktivitas dan berhasil menemukan dua unsur penting, yaitu radium dan polonium. Pada masa itu, belum ada pemahaman yang cukup tentang bahaya radiasi, dan Curie menangani bahan radioaktif tanpa perlindungan yang memadai.
Selama bertahun-tahun, ia terus terpapar radiasi saat bekerja di laboratorium dan juga selama misinya dalam Perang Dunia I, di mana ia memanfaatkan radium untuk keperluan radiologi di medan perang. Akibat paparan terus-menerus terhadap zat radioaktif, ia mengidap anemia aplastik, sebuah kondisi fatal yang menyerang sumsum tulang.
2. Robert Bunsen

Robert Bunsen dikenal berkat alat laboratorium yang dinamai menurut namanya, yaitu pembakar Bunsen, tetapi di balik namanya yang dikenal, ada kisah bahaya yang jarang dibahas. Melansir sciencehistory, pada tahun 1843, saat bekerja dengan senyawa kimia sebuah botol berisi cacodyl chloride meledak di wajahnya dan kehilangan mata kanannya secara permanen.
Tak hanya itu, ia juga mengalami keracunan arsenik yang serius akibat percobaan tersebut. Meskipun selamat, luka-luka ini menunjukkan besarnya risiko yang ia hadapi dalam menjalani penelitiannya. Namun, Bunsen tidak berhenti meski telah menderita secara fisik, dan justru terus berkontribusi besar dalam penemuan unsur-unsur baru.
3. Francis Bacon

Francis Bacon dikenal sebagai bapak metode ilmiah modern dan dikenal karena pendekatannya yang empiris terhadap pengetahuan. Pada tahun 1626, ia melakukan eksperimen untuk menguji apakah pembekuan bisa menjadi metode pengawetan daging dan mencegah pembusukan.
Dalam percobaan tersebut, ia mengambil seekor ayam mati dan diisi dengan salju, berharap bisa membuktikan hipotesisnya. Namun, saat melakukannya, Bacon terpapar udara dingin dan lembap secara ekstrem, yang membuatnya jatuh sakit. Ia menderita flu parah yang berkembang menjadi pneumonia dan akhirnya meninggal beberapa hari kemudian.
4. John Stapp

John Stapp bukan hanya seorang ilmuwan, tetapi juga seorang sukarelawan dalam eksperimen ekstrem yang menguji batas kemampuan tubuh manusia. Ia bekerja untuk Angkatan Udara Amerika Serikat dan melakukan serangkaian uji coba akselerasi dan deselerasi ekstrem menggunakan kereta roket.
Dalam salah satu eksperimen paling terkenal, yang dilansir oleh stapp, ia mengendarai Sonic Wind dengan kecepatan 632 mph dan berhenti dalam waktu hanya 1,4 detik, mengalami gaya gravitasi hingga 40 G. Melansir baylorline, pengujian ini menyebabkan berbagai cedera seperti tulang rusuk patah, tulang ekor retak, gegar otak, dan cedera lainnya.
5. The Chernobyl Three

Beberapa hari setelalh bencana awal nuklir Chernobyl tahun 1986, Alexei Ananenko, Valeri Bespalov, dan Boris Baranov melakukan aksi yang digambarkan sebagai misi bunuh diri demi menyelamatkan jutaan jiwa. Ketiganya secara sukarela memasuki ruang banjir di bawah reaktor nuklir yang rusak untuk membuka katup manual yang dapat mencegah ledakan uap besar.
Karena tingginya tingkat radiasi di lokasi tersebut, banyak yang percaya mereka akan meninggal dalam waktu singkat akibat sindrom radiasi akut. Namun ternyata, dua dari mereka—Ananenko dan Bespalov—masih hidup hingga laporan terakhir, sementara Baranov meninggal pada tahun 2005 karena sebab lain.
Ilmu pengetahuan bukan hanya soal angka dan rumus, tapi juga soal keberanian dan pengorbanan. Kisah para ilmuwan yang mengorbankan hidupnya demi proyek membuktikan bahwa kemajuan sering kali datang dengan harga yang mahal, bahkan nyawa.