Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Krabuku Siau, si Gesit yang Penglihatan Malamnya Luar Biasa

Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)
Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)

Krabuku siau atau siau island tarsier merupakan hewan endemik Pulau Siau. Mereka berada dalam famili Tarsiidae dan memiliki nama ilmiah Tarsius tumpara. Panjang tubuhnya hanya 10–15 sentimeter, panjang ekornya 20 sentimeter dan beratnya kisaran 0,1–0,12 kilogram. Spesies krabuku ini mirip dengan krabuku sangihe, hanya berbeda sedikit dari warna bulunya yang abu-abu kecokelatan.

Bagian bawah tubuhnya abu-abu dan terdapat garis cokelat menonjol melingkari setiap matanya. Penampilannya itu mungkin mengingatkanmu pada Yoda, bukan? Yuk, kenalan lebih jauh melalui fakta berikut ini.

1. Wilayah penyebaran krabuku siau

Krabuku siau (netprimateconservancy.org/Net Primate Conservancy)
Krabuku siau (netprimateconservancy.org/Net Primate Conservancy)

Penyebaran krabuku siau tersebar di Pulau Siau, Sulawesi Utara di Indonesia. Mereka biasanya terlihat tidur di rongga pepohonan saat siang hari, memilih pohon buah ara. Tapi, tergantung pada jenis hutan yang ditinggalinya. Animalia menginformasikan bahwa krabuku siau lebih suka menghuni hutan primer, tapi juga ditemukan di hutan sekunder, hutan bakau, taman hutan dan berbagai habitat yang telah berubah karena gangguan manusia.

2. Mereka suka makan serangga

Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)
Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)

Sebagai spesialis pemakan serangga, krabuku siau sangat suka makan laba-laba. Menu makan lainnya terdiri dari katak, kadal dan burung kecil. Mereka memiliki mulut lebar sehingga bisa mengonsumsi mangsa besar. Selain itu, rahangnya kuat dan giginya tajam yang memungkinkannya menghancurkan makanan dengan mudah.

3. Sangat pandai melompat!

Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)
Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)

Berdasarkan informasi dari iNaturalist, krabuku siau adalah makhluk arboreal yang menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon. Jadi, kemampuan melompat dan memanjatnya tidak usah diragukan lagi. Krabuku siau bisa melompat setinggi 3 meter. Lehernya sangat fleksibel dan bisa berputar 180 derajat.

Tidak hanya itu, krabuku siau juga punya pendengaran yang baik. Adaptasi lain yang memudahkan hidupnya adalah jari-jarinya panjang dan tipis sehingga membantunya menangkap mangsa, sangat sesuai dengan cara berburunya yang menunggu sebelum menyerang targetnya.

4. Penglihatan malamnya sangat baik

Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)
Krabuku siau (commons.m.wikimedia.org/Arief Rahman)

Mata besar krabuku siau bukanlah pajangan semata, fungsinya sangat krusial. Pupilnya kecil, terpusat dan dikelilingi iris yang warnanya cokelat keemasan. Mata mereka tidak bergerak, tapi jangkauannya lebar dan sangat berguna bagi hewan nokturnal sepertinya. Tidak sama seperti kebanyakan hewan nokturnal lainnya, mata krabuku tidak punya lapisan pemantul cahaya yang dikenal sebagai tapetum lucidum.

Tapi, matanya dilengkapi oleh sel kerucut atau sel fotoreseptor. Sebuah adaptasi yang memberikannya penglihatan terpusat nan tajam. Itu juga dikenal sebagai penglihatan foveal.

5. Bagaimana cara berkomunikasinya?

Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)
Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)

Sama seperti krabuku sangihe, spesies ini juga melakukan duet di pagi hari. Panggilannya terdiri dari satu nada, tapi ada juga frasa multi-nada yang pernah terdengar dari pengamatan. Ada dugaan bahwa krabuku siau memanfaatkan cakarnya untuk terlibat dalam perawatan sosial (social grooming), tujuannya  memperkuat ikatan satu sama lain.

Melansir Net Primate Conservancy, krabuku siau juga menggunakan aroma untuk menyampaikan pesan satu sama lain dan menandai wilayahnya. Pada krabuku sangihe, aromanya berbeda setiap individu sehingga bisa membantu anggota kelompok mengenali satu sama lain. Tapi, belum ada dokumentasi ilmiah apakah krabuku siau melakukan hal yang sama.

6. Sistem perkawinan krabuku siau

Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)
Krabuku siau (inaturalist.org/James Eaton)

Tidak banyak informasi mengenai sistem perkawinan krabuku siau, tapi mereka mencapai dewasa reproduktif pada usia dua tahun. Setelah mengandung selama enam bulan, betina melahirkan satu bayi yang dirawatnya selama delapan minggu. Menakjubkannya, anak tersebut sudah bisa memanjat dan melompat satu hari setelah dilahirkan.

Krabuku siau ternyata sangat gesit, pandai memanjat dan melompat. Sayangnya, mereka diklasifikasikan sebagai Critically Endangered oleh IUCN dan tren populasinya mengalami penurunan. Jika tren tersebut terus terjadi, maka mereka bisa punah. Ancaman utamanya adalah diburu untuk diambil dagingnya dan digunakan sebagai obat tradisional, beberapa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan. Habitat krabuku siau juga tidak dilindungi, sehingga mereka terancam kehilangan habitatnya. Keberadaannya harus dijaga agar tetap lestari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Science

See More

6 Jenis Arthropoda yang Bisa Jadi Pet Menakjubkan di Terrariummu

16 Okt 2025, 21:49 WIBScience