Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Ascaris lumbricoides, Cacing Gelang yang Menginfeksi Manusia

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi cacing Ascaris lumbricoides (commons.wikimedia.org/National Museum of Health and Medicine)
Intinya sih...
  • Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang parasit yang menginfeksi usus manusia, memiliki tiga bibir dan betina lebih besar daripada jantan.
  • Telur Ascaris lumbricoides dapat bertelur hingga dua ratus ribu butir setiap hari, mempengaruhi siklus hidup dan penularannya.
  • Infeksi Ascaris lumbricoides terjadi melalui jalur feses-oral, dengan gejala seperti batuk terus menerus, sesak napas, dan gangguan pencernaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Baru-baru ini, media sosial digegerkan dengan seorang balita yang didiagnosis terkena askariasis, yaitu infeksi cacing yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya. Cacing apakah itu?

Ascaris lumbricoides adalah spesies cacing nematoda raksasa atau parasit yang paling umum menginfeksi manusia. Cacing ini disebut juga cacing gelang, yang merupakan penyebab penyakit askariasis, alias cacingan. Meski jarang dibicarakan, spesies ini menjadi penyebab infeksi cacing yang paling umum di seluruh dunia, terutama di negara berkembang dengan sanitasi yang buruk.

Lantas, seperti apa Ascaris lumbricoides itu? Bagaimana transmisi dan siklus hidupnya? Mari kita telusuri!

1. Memiliki tiga bibir

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi cacing Ascaris lumbricoides (commons.wikimedia.org/SuSanA Secretariat)

Dilansir Britannica, Ascaris lumbricoides berasal dari ordo Ascaridida, kelas Secernentea. Spesies ini adalah cacing gelang parasit yang menginfeksi usus mamalia, terutama manusia. Ukurannya besar dan dapat tumbuh hingga 40 cm, dengan mulut yang dikelilingi tiga bibir.

Dilansir Alomedika, bibir Ascaris lumbricoides terletak di bagian anterior atau ujung kepala. Tiga bibir tersebut tersusun secara khas, yaitu satu di mediodorsal (atas) dan dua di ventrolateral (bagian bawah, di sisi kanan dan kiri). Masing-masing bibir ini dilengkapi dengan sensor papila, yaitu tonjolan kecil yang berfungsi sebagai alat indra peraba atau kemoreseptor bagi cacing.

2. Betina lebih besar daripada jantan

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi cacing Ascaris lumbricoides jantan (commons.wikimedia.org/Servier Medical Art)

Dilansir Alomedika, cacing gelang dewasa dapat dibedakan dengan jelas berdasarkan jenis kelaminnya. Cacing jantan lebih ramping dengan panjang sekitar 10-30 cm, ujung ekornya melengkung ke arah ventral (perut) dan memiliki sepasang spikula yang menonjol untuk kopulasi (proses kawin). Sedangkan betina panjangnya sekitar 22-35 cm, lebih besar dengan diameter sekitar 3-6 mm, dan ekornya lurus. Menurut National Library of Medicine, cacing gelang umumnya berwarna merah muda, kuning, atau putih.

3. Bertelur hingga dua ratus ribu butir setiap hari

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi telur Ascaris lumbricoides (commons.wikimedia.org/Servier Medical Art)

Telur Ascaris lumbricoides adalah penyebab utama dalam diagnosis penyakit askariasis. Dilansir Alomedika, cacing betina dewasa dapat menghasilkan hingga 200.000 butir telur setiap hari. Secara umum, telur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Telur fertil atau telur yang dibuahi, dapat berkembang menjadi larva infektif yang menularkan penyakit. Bentuknya oval, berukuran sekitar 45-75 mm x 35-50 mm, dan memiliki tiga lapisan dinding yang tebal, yaitu lapisan luar (albuminoid), lapisan tengah (hialin), dan lapisan dalam (vitelin). Telur ini mengandung embrio dan memiliki rongga udara.

  2. Telur infertil atau telur yang tidak dibuahi, tidak dapat berkembang menjadi larva, alias tidak menular. Bentuknya lonjong, berukuran sekitar 85–95 mm x 45 mm. Lapisan luarnya (albuminoid) lebih tipis dan cangkangnya tampak lebih transparan. Telur ini tidak mengandung embrio dan tidak memiliki rongga udara.

4. Begini cara cacing gelang menginfeksi!

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi anak kecil sedang bermain dengan tanah (pexels.com/Allan Mas)

Infeksi dan penularan Ascaris lumbricoides terjadi melalui jalur feses-oral (fecal-oral route), yaitu ketika seseorang tidak sengaja menelan telur cacing yang telah matang dan infektif. Biasanya melalui makanan yang terkontaminasi, seperti buah-buahan dan sayuran yang tidak dicuci bersih, serta daging yang tidak dimasak hingga matang sempurna. Telur juga bisa masuk ke dalam tubuh anak-anak ketika mereka bermain di tanah atau memegang benda yang terkontaminasi, kemudian menyentuh mulut atau makanan tanpa mencuci tangan.

Telur Ascaris lumbricoides menyukai kondisi tanah yang lembab dengan suhu sekitar 25-30°C. Mereka tahan terhadap cuaca dingin dan cairan disinfektan, bahkan dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah. Namun, telur-telur tersebut akan mati jika air atau bahan makanan dimasak hingga mendidih dan matang pada suhu tinggi.

5. Siklus hidupnya unik

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides (commons.wikimedia.org/SuSanA Secretariat)

Siklus hidup Ascaris lumbricoides terjadi di dalam tubuh manusia sebagai inangnya dan di lingkungan luar. Setelah telur keluar bersama dengan feses, telur akan mengkontaminasi tanah yang lembab, hangat, dan teduh, agar bisa menularkan infeksi. Poses ini memakan waktu sekitar 2-4 minggu.

Infeksi dimulai ketika seseorang menelan telur infektif pada media yang terkontaminasi. Setelah tertelan, telur infektif akan menetas di usus halus dan menghasilkan larva. Larva ini kemudian menembus dinding usus dan memasuki aliran darah. Mereka bermigrasi ke hati dan akhirnya sampai di paru-paru. Di kantung udara paru-paru (alveoli), larva akan memanjat naik ke bronkiolus, bronkus, hingga ke tenggorokan. Ketika sampai di tenggorokan, larva akan memicu refleks batuk, yang kemudian tertelan dan kembali ke usus halus.

Di usus halus, larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa jantan dan betina. Mereka akan kawin dan cacing betina akan bertelur, yang kemudian dikeluarkan bersama feses untuk memulai siklus hidup dari awal. Seluruh siklus hidup cacing gelang ini, membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup di dalam usus manusia selama 1-2 tahun.

6. Gejala dan pengobatan askariasis

Ascaris lumbricoides
Ilustrasi dokter bersama anak kecil (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dilansir Halodoc, saat larva bermigrasi dari usus ke paru-paru melalui aliran darah, mereka dapat menyebabkan iritasi pada jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala seperti batuk terus menerus, sesak napas, dan napas berbunyi (mengi). Selain itu, larva juga menimbulkan gangguan pencernaan, dengan gejala sakit perut, mual, muntah, diare, serta penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada kasus infeksi yang sangat berat, pasien dapat memuntahkan cacing atau terdapat cacing keluar bersama tinja.

Mayoritas kasus infeksi ringan tidak menimbulkan gejala, tetapi infeksi Ascaris lumbricoides dalam jumlah besar dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti malnutrisi pada anak, penyumbatan usus, radang usus buntu, dan penyumbatan saluran empedu atau pankreas. Pengobatan pertama untuk askariasis adalah dengan pemberian obat cacing, tetapi jika ada komplikasi seperti penyumbatan usus, penanganan lebih lanjut seperti pembedahan mungkin diperlukan. Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala askariasis agar mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Infeksi Ascaris lumbricoides mungkin sering diabaikan, tetapi dampak kesehatannya, terutama pada anak-anak, tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, dengan memahami siklus hidup dan cara penularan, serta kesadaran akan pentingnya mencuci tangan, mengolah makanan dengan benar, dan menjaga sanitasi lingkungan adalah langkah krusial demi memutus rantai penularan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us