Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tidak hanya Cicak, Ini 5 Spesies Reptil yang Dapat Memutuskan Ekornya

Iguana hijau (unsplash.com/stephan hinni)
Iguana hijau (unsplash.com/stephan hinni)
Intinya sih...
  • Autotomi adalah mekanisme luar biasa yang memungkinkan reptil, seperti tokek dan iguana, melepaskan ekor mereka untuk bertahan hidup dari predator.
  • Setelah ekor terlepas, reptil tersebut mampu melakukan regenerasi dengan membentuk kembali integumen, otot, pembuluh darah, dan serabut saraf.
  • Kemampuan autotomi ekor juga dimiliki oleh spesies lain seperti leopard gecko, kadal anole, dan western fence lizard sebagai respons adaptif terhadap ancaman predator.

Autotomi adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh beberapa hewan, termasuk reptil, untuk memutuskan bagian tubuhnya sebagai mekanisme bertahan hidup. Salah satu bentuk autotomi yang paling dikenal adalah autotomi ekor, yaitu kemampuan hewan untuk secara sukarela melepaskan ekornya saat merasa terancam.

Selama ini kita mungkin hanya mengenal cicak sebagai satu-satunya hewan yang bisa memutuskan ekornya. Namun faktanya, ada banyak spesies reptil yang memiliki kemampuan serupa. Mulai dari tokek hingga kadal, masing-masing memiliki cara dalam menjalankan autotomi ini. Berikut spesies reptil selain cicak yang memiliki kemampuan luar biasa tersebut.

1. Tokay gecko (Gekko gecko)

Tokek rumahan (unsplash.com/James Tiono)
Tokek rumahan (unsplash.com/James Tiono)

Spesies tokek ini merupakan salah satu contoh dari reptil yang mampu melakukan autotomi ekor. Kemampuan ini memungkinkan tokek melepaskan ekornya secara sukarela saat menghadapi ancaman dari predator. Menariknya, ekor tokek ini bisa terlepas di bagian tertentu yang memang sudah dirancang untuk mudah putus.

Proses ini terjadi karena bagian tersebut hanya menempel melalui struktur khusus di tubuhnya. Proses ini dipicu oleh perubahan kontraksi otot dan ujung serat otot yang melemahkan adhesi di titik patahan. Setelah ekornya terlepas, tokek ini mampu melakukan regenerasi, termasuk pembentukan kembali integumen, otot, pembuluh darah, dan serabut saraf.

2. Iguana hijau (Iguana iguana)

Iguana hijau (unsplash.com/Linda Roisum)
Iguana hijau (unsplash.com/Linda Roisum)

Iguana Hijau (Iguana iguana) juga memiliki kemampuan autotomi ekor yang luar biasa. Ketika terancam, iguana dapat memutuskan ekornya di sepanjang garis patahan untuk mengalihkan perhatian predator. Setelah terlepas, ekor yang tertinggal biasanya terus bergerak selama beberapa saat, memberikan waktu bagi iguana untuk melarikan diri.

Iguana Hijau kemudian mampu meregenerasi ekornya secara bertahap, meskipun hasil regenerasinya tidak persis sama dengan ekor asli. Ekor baru terkadang memiliki bentuk yang berbeda. Selain itu tekstur serta warna ekor berunya juga berbeda. Autotomi ini sangat penting dalam kehidupan liar iguana.

3. Leopard gecko (Eublepharis macularius)

Leopard gecko (unsplash.com/Andy Holmes)
Leopard gecko (unsplash.com/Andy Holmes)

Leopard gecko (Eublepharis macularius) juga dikenal sebagai spesies yang sangat bergantung pada kemampuan autotomi ekor untuk melindungi diri dari pemangsa. Saat menghadapi bahaya, tokek ini dapat melepaskan ekornya yang kemudian bergerak, termasuk berayun, membalik, hingga melompat selama kurang lebih 30 menit.

Gerakan tersebut berfungsi sebagai pengalih perhatian agar tokek bisa kabur dengan selamat. Setelah kehilangan ekor, tokek akan mengalami perubahan pada distribusi massa tubuh dan cara bergeraknya. Meskipun bentuk dan struktur ekor yang tumbuh tidak identik dengan yang asli, ekor yang tumbuh kembali tetap bisa merasakan sentuhan dengan baik.

4. Kadal anole (Genus: Anolis)

Kadal anole (unsplash.com/Adrien Stachowiak)
Kadal anole (unsplash.com/Adrien Stachowiak)

Kadal anole juga punya kemampuan unik untuk melepaskan ekornya saat merasa terancam. Mekanisme ini disebut autotomi ekor, di mana ekor akan patah di titik tertentu yang memang sudah disiapkan secara alami oleh tubuh. Setelah ekornya terlepas, kadal ini biasanya bisa menumbuhkan kembali bagian yang hilang, baik sebagian maupun seluruhnya.

Kehilangan ekor bisa memengaruhi cara bergerak mereka, terutama saat harus melompat atau berlari cepat, tapi kadal anole bisa beradaptasi dengan cukup cepat. Selain faktor fisik, perilaku seperti seberapa berani si kadal dan kondisi lingkungan seperti ketersediaan makanan juga berperan penting dalam keputusan mereka untuk melakukan autotomi.

5. Western fence lizard (Sceloporus occidentalis)

Western fence lizard (commons.wikimedia.org/Haha169)
Western fence lizard (commons.wikimedia.org/Haha169)

Western fence lizard merupakan salah satu spesies reptil yang telah mengembangkan autotomi ekor sebagai respons adaptif terhadap ancaman predator. Ekor reptil ini dapat terputus di sepanjang bidang fraktur khusus pada tulang belakang, yang dipicu oleh kontraksi otot dan bantuan dari otot sfingter untuk meminimalkan kehilangan darah. 

Setelah dilepaskan, ekor tetap bergerak selama beberapa waktu, membantu mengalihkan perhatian pemangsa. Ekor yang tumbuh kembali biasanya lebih pendek, kurang kompleks secara struktural, dan memiliki warna serta pola yang berbeda dari ekor asli. Meski begitu, kemampuan regenerasi ini tetap penting bagi kelangsungan hidup spesies ini.

Kemampuan autotomi ekor pada reptil bukan hanya trik bertahan hidup yang mengejutkan, tetapi juga merupakan hasil adaptasi biologis yang sangat kompleks. Dari tokek hingga kadal, setiap spesies memiliki cara unik dalam memanfaatkan mekanisme ini untuk menghindari pemangsa dan menjaga kelangsungan hidupnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us