Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Mungkin Kota Futuristik seperti Wakanda Tercipta di Dunia Nyata?

cuplikan adegan film Black Panther
cuplikan adegan film Black Panther (dok. Apple TV/Black Panther)
Intinya sih...
  • Energi terbarukan mengubah arah pembangunan kotaKota futuristik membutuhkan sumber energi stabil dan ramah lingkungan, seperti tenaga surya, angin, dan hidrogen. Sistem cerdas yang mengatur distribusi energi membuat konsumsi lebih efisien.
  • Teknologi transportasi menentukan mobilitas masyarakatRiset mobil listrik, kereta super cepat, hingga kendaraan otonom berkembang pesat. Contohnya adalah proyek kereta Maglev di Cina dan jaringan hyperloop di Eropa.
  • Inovasi arsitektur membentuk identitas kotaArsitektur modern harus menghemat energi, mendaur ulang air, serta menahan perubahan iklim ekstrem. Singapura berhasil memadukan konsep gedung
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Membayangkan kota futuristik seperti Wakanda sering membuat banyak orang penasaran, apalagi ketika ilmu pengetahuan berkembang semakin cepat. Dalam dunia sains, konsep kota cerdas bukan lagi sekadar fiksi, melainkan sesuatu yang sedang dicoba diwujudkan melalui teknologi energi, transportasi, dan arsitektur ramah lingkungan. Fenomena ini membuat pembahasan seputar inovasi perkotaan terasa relevan, baik untuk masyarakat umum maupun peneliti.

Menariknya, jika dilihat dari berbagai trivia negara, ada kota-kota di dunia yang sudah lebih dulu menguji konsep futuristik tersebut meskipun dalam skala kecil. Karena itu, membicarakan kemungkinan Wakanda tercipta di dunia nyata bukan sekadar fantasi, melainkan peluang yang bisa diperdebatkan secara ilmiah. Berikut beberapa sudut pandang yang bisa menjawab pertanyaan ini.

1. Energi terbarukan mengubah arah pembangunan kota

Masdar City
Masdar City (commons.wikimedia.org/TVP SOLAR SA)

Kota futuristik tentu membutuhkan sumber energi yang stabil sekaligus ramah lingkungan. Selama puluhan tahun, ketergantungan pada bahan bakar fosil menjadi tantangan terbesar pembangunan modern. Namun, kini energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, hingga hidrogen mulai mendapat perhatian besar di berbagai penelitian. Teknologi penyimpanan energi melalui baterai berkapasitas tinggi juga membuka jalan bagi kota untuk beroperasi tanpa jeda. Penerapan sistem cerdas yang mengatur distribusi energi membuat konsumsi lebih efisien dan berkelanjutan.

Beberapa negara telah menguji konsep ini melalui proyek kota pintar berskala terbatas. Misalnya, Jepang mengembangkan smart grid di kawasan tertentu untuk menguji distribusi energi otomatis. Uni Emirat Arab juga membangun Masdar City dengan visi nol emisi. Meski belum sempurna, upaya ini menunjukkan bahwa landasan teknologi untuk kota futuristik mulai terbentuk. Jadi, gagasan Wakanda tidak sepenuhnya utopis bila energi terbarukan dapat dimaksimalkan.

2. Teknologi transportasi menentukan mobilitas masyarakat

Kereta Maglev
Kereta Maglev (commons.wikimedia.org/Alex Needham)

Transportasi adalah salah satu aspek paling mencolok dalam gambaran kota futuristik. Di banyak film sains, kendaraan melayang atau berbasis energi bersih menjadi simbol kemajuan. Kini, riset mengenai mobil listrik, kereta super cepat, hingga kendaraan otonom terus berkembang. Perubahan ini bukan hanya soal gaya hidup, tetapi menyangkut efisiensi, keamanan, dan pengurangan emisi karbon. Mobilitas yang cepat sekaligus ramah lingkungan menjadi kebutuhan kota besar dengan populasi padat.

Contoh nyata bisa dilihat dari Cina dengan proyek kereta Maglev yang mampu menempuh jarak panjang dalam waktu singkat. Sementara itu, Eropa sedang menguji jaringan hyperloop yang memanfaatkan tabung vakum. Jika teknologi ini diintegrasikan ke dalam infrastruktur kota, masyarakat dapat berpindah tempat dengan lebih mudah tanpa polusi berat. Dengan demikian, transportasi bukan sekadar alat perpindahan, melainkan fondasi kehidupan sosial-ekonomi kota futuristik.

3. Inovasi arsitektur membentuk identitas kota

Jewel Singapore
Jewel Singapore (commons.wikimedia.org/Matteo Morando)

Bangunan menjadi wajah pertama dari sebuah kota. Dalam konteks futuristik, arsitektur tidak hanya bicara estetika, melainkan juga fungsi ilmiah. Struktur gedung dirancang untuk menghemat energi, mendaur ulang air, serta menahan perubahan iklim ekstrem. Material bangunan pun mulai beralih pada biomaterial dan komposit ringan yang tahan lama. Semua ini menunjukkan bahwa sains berperan besar dalam mengatur cara manusia tinggal.

Singapura dapat dijadikan contoh karena berhasil memadukan konsep gedung pencakar langit dengan hutan vertikal. Kota ini mengintegrasikan ruang hijau ke dalam arsitektur modern, sehingga udara tetap bersih meskipun populasi padat. Jika teknologi semakin matang, bangunan dapat berubah menjadi “organisme” yang berinteraksi langsung dengan lingkungan. Maka, arsitektur bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi bagian dari ekosistem kota futuristik.

4. Kecerdasan buatan mengelola kehidupan sehari-hari

ilustrasi kecerdasan buatan
ilustrasi kecerdasan buatan (commons.wikimedia.org/Sergei Magel/HNF)

Kecerdasan buatan kini menjadi tulang punggung banyak sistem perkotaan. Dari pengaturan lalu lintas hingga pengelolaan limbah, AI membantu membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat. Kota dengan populasi besar jelas membutuhkan sistem yang mampu menanggapi perubahan kondisi secara real-time. Tanpa teknologi ini, sulit membayangkan kota futuristik bisa berjalan lancar. AI juga memungkinkan pemerintah memahami pola konsumsi masyarakat dengan lebih detail.

Namun, penerapan AI tidak lepas dari tantangan etika dan keamanan data. Sistem yang terlalu bergantung pada algoritma rentan disalahgunakan bila tidak diawasi. Meski begitu, manfaatnya tetap dominan, seperti peningkatan efisiensi energi dan penurunan angka kecelakaan lalu lintas. Jika dikelola dengan bijak, kecerdasan buatan bisa menjadi otak yang menghubungkan seluruh aspek kota. Dengan kata lain, kota futuristik tidak mungkin terwujud tanpa teknologi ini.

5. Faktor sosial menentukan keberhasilan teknologi

ilustrasi smart city
ilustrasi smart city (commons.wikimedia.org/Armin Ademovic)

Teknologi canggih tidak akan berarti jika masyarakat tidak siap menggunakannya. Kota futuristik bukan hanya tentang gedung tinggi atau transportasi cepat, tetapi juga soal budaya, pola pikir, dan kesiapan sosial. Perubahan cara hidup menuntut keterampilan baru, keterbukaan terhadap inovasi, serta adaptasi terhadap sistem yang berbeda. Tanpa partisipasi masyarakat, proyek kota futuristik hanya akan berhenti sebagai eksperimen.

Sebagai contoh, beberapa proyek kota pintar di dunia gagal berkembang karena warganya tidak merasa terlibat. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi harus dibarengi edukasi dan keterlibatan publik. Jika masyarakat diberi ruang untuk ikut mengatur, kota dapat berfungsi sesuai kebutuhan nyata, bukan sekadar pamer teknologi. Dengan demikian, faktor manusia menjadi penentu apakah konsep futuristik seperti Wakanda bisa benar-benar hidup di dunia nyata.

Mewujudkan Wakanda tercipta di dunia nyata memang membutuhkan waktu panjang, tetapi langkah-langkah ilmiah sudah mulai terlihat di berbagai belahan dunia. Melalui kombinasi di atas gambaran tentang kota futuristik bukan lagi sekadar khayalan film. Pada akhirnya, trivia negara yang sudah mencoba mewujudkan kota pintar memberi petunjuk bahwa masa depan itu mungkin, asalkan ilmu pengetahuan terus dijalankan dengan visi jelas dan berpihak pada manusia.

Referensi:

"The Real-Life Possibilities of Black Panther's Wakanda, According to Urbanists and City Planners" AD. Diakses pada September 2025

"All the futuristic technologies in 'Black Panther,' and how close they are to becoming reality" Business Insider. Diakses pada September 2025

"5 Places to Experience the Feel of Wakanda in Real Life" Ebony. Diakses pada September 2025

"These futuristic African cities show what a real life Wakanda might look like" KUGALI. Diakses pada September 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Unik Lalat Kotoran Kuning, Usia Maksimalnya Hanya Dua Bulan

01 Okt 2025, 07:56 WIBScience