Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bos BCA Bongkar Faktor Saham Perbankan Kompak Koreksi

Jahja Setiaatmadja dalam Sesi "Challenge Accepted: Recession and Solutions" di FIS 2023. (IDN Times/Herka Yanis)
Intinya sih...
  • Kebijakan tarif impor Trump menyebabkan koreksi harga saham perbankan di Indonesia, termasuk BCA.
  • Pada saat libur Lebaran, investor menjual sahamnya karena ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor Trump.
  • Harga saham perbankan mulai rebound setelah investor melihat fundamental perbankan tetap kuat di tengah ketidakpastian.

Jakarta, IDN Times - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan penyebab saham-saham perbankan termasuk pihaknya yang sempat terkoreksi beberapa waktu lalu. Menurut Jahja, hal itu disebabkan kebijakan tarif impor yang begitu tiba-tiba disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke banyak negara tak terkecuali Indonesia.

"Jadi, saya pikir bukan hanya BCA. Saya juga amati saham-saham dari bank-bank lain di Mandiri, BRI, BNI gitu ya, juga swasta lain trennya hampir sama dengan BCA. Kenapa? Karena kita ingat, pada waktu liburan panjang, masa Lebaran, ada kejutan-kejutan dari teman kita, Mr Trump, yang tiba-tiba mengumumkan ada tambahan biaya custom untuk tiap negara yang trade balance-nya dianggap merugikan Amerika. Termasuk, kita terkena 32 persen," tutur Jahja dalam konferensi pers virtual, dikutip Kamis (23/4/2025).

1. Banyak investor jual saham di tengah ketidakpastian

Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Adapun pada momen Lebaran dan libur panjang saat itu, perdagangan saham di Indonesia masih dalam keadaan libur. Lalu, saat dibuka pada 8 April 2025, saham-saham perbankan mengalami koreksi seiring dengan rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG. Menurut Jahja, hal itu terjadi lantaran banyak investor yang cepat-cepat menjual sahamnya di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor Trump.

"Karena naluri investor, begitu dengar suatu berita yang uncertain, belum tahu, belum bisa dimitigasi dampak risiko kepada perbankannya, nomor satu apa? Jual dulu dan mentality atau habit ini ya memang begitu. Investor semua, dalam dan luar negeri, adu cepat jual dulu," kata dia.

2. Investor juga melihat fundamental perbankan

ilustrasi pergerakan harga saham (IDN Times/Aditya Pratama)

Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Sebab, investor mulai melihat fundamental perbankan ternyata tetap kuat di tengah ketidakpastian yang ada. Imbasnya, harga saham perbankan mulai rebound dan perlahan memperbaiki IHSG.

"Nah, nanti sesudah sampai di bottom, ternyata baru mulai lihat bagaimana respons, bank yang fundamentalnya, atau bukan hanya bank ya, perusahaan-perusahaan yang fundamentalnya itu bagus, itu mulai diserok lagi. Maka terjadilah rebound," ujar Jahja.

3. Bisa gak harga saham BCA kembali ke level Rp10 ribu?

ilustrasi gedung BCA (unsplash.com/Hendra Jn)

Jahja kemudian merespons ekspektasi pasar yang berharap agar saham BBCA kembali ke level Rp10 ribu. Adapun saat ini harga saham bank dengan dominasi warna biru tersebut ada di level Rp8.600-an.

Terkait hal itu, Jahja mengaku tidak bisa memprediksi arah harga saham perusahaan yang dipimpinnya. Meski begitu, Jahja meyakini dengan fundamental perseroan yang solid, harga saham BBCA bisa kembali pada level tertingginya.

"Kalau tadi ditanya apakah bisa kembali ke level Rp10.000 di tahun ini. Nah, untungnya saya bukan fortune teller. Saya gak punya bola kaca yang digosok-gosok melintir, keluar angka gitu ya. Jadi saya jujur katakan gak tahu. Bisa saja tercapai sebelum akhir tahun, bisa tahun depan," tutur Jahja.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us