Canda Purbaya soal Yield Turun: Gak Mau Utang Banyak

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan sikapnya yang tidak suka mengandalkan utang dalam jumlah besar. Namun, dia juga mengakui saat ini biaya pinjaman negara atau cost of capital menjadi lebih murah, yang membuka peluang bagi pembangunan berkelanjutan.
Dia menjelaskan tingkat bunga atau yield surat berharga negara (SBN) tercatat mengalami penurunan signifkan sebesar 88 basis poin dari 6,97 persen menjadi 6,09 persen. Kondisi ini menandakan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar surat utang Indonesia. Penurunan yield ini memberikan manfaat berupa biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah bagi pemerintah dibandingkan sebelumnya.
"Dengan yield turun, artinya bunga yang harus kami bayar juga lebih murah. Untuk saya menguntungkan untuk pembiayaan pembangunan ke depan," ujar Purbaya dikutip, Rabu (15/10/2025).
1. Selisih tingkat bunga SBN dan surat utang pemerintah AS susut

Di tengah ketidakpastian pasar global, spread atau selisih yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia terhadap US Treasury terus mengalami penyempitan. Kondisi ini menunjukkan risiko nilai tukar dan risiko negara Indonesia semakin terkelola dengan baik oleh pemerintah.
Penurunan ini menandakan biaya pinjaman pemerintah yang semakin murah dan menjadi indikator kepercayaan investor terhadap kestabilan ekonomi nasional.
"Ini gambarkan investor lebih percaya kepada bond (surat utang) kita, walaupun saya gak suka utang banyak-banyak. Tapi, kalau utang jadi bunganya murah. Jadi biaya pembangunan akan turun terus ke depan," kata Purbaya.
2. Ada net outflow Rp158,6 triliun dari SRBI

Meskipun terdapat net outflow sebesar Rp158,6 triliun terutama dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), pasar obligasi masih mencatat net inflow sebesar Rp26,7 triliun, menegaskan fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.
"Hal ini menegaskan fundamental tetap kuat dan kredibilitas kebijakan kita terjaga di mata pelaku pasar global. Jadi inflownya itu positif ya. Cukup banyak Itu minat beli investor global," katanya.
3. Aliran modal asing ke dalam negeri tunjukkan perbaikan

Di samping itu, Purbaya menegaskan kondisi arus modal asing di pasar keuangan Indonesia menunjukkan perbaikan yang signifikan pada triwulan IV tahun ini. Data terbaru hingga 10 Oktober mengindikasikan penurunan defisit arus modal negatif yang sebelumnya cukup besar.
"Sepanjang tahun ini, angka terakhir menunjukkan defisit hanya minus Rp3 triliun. Jika dilihat dari kurva pergerakannya, terlihat jelas perbaikan signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang masih menunjukkan angka negatif besar," kata Purbaya.
Perbaikan ini menunjukkan para investor mulai menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap perekonomian Indonesia. Triwulan ketiga masih mencatat arus modal asing yang negatif, namun saat ini sudah jauh berkurang dan mendekati angka yang lebih stabil.
Dengan kebijakan pemerintah yang kuat dan berorientasi pada pertumbuhan, diharapkan ke depan modal asing akan terus mengalir masuk secara neto ke pasar domestik.
"Saya optimistis dalam waktu tidak terlalu lama, investor global akan semakin banyak yang masuk ke Indonesia," ujar Purbaya.