Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Setuju Tinjau Kembali Tarif Wine Australia

Ilustrasi botol-botol wine. (Unsplash.com/Scott Warman)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese, mengatakan China telah setuju untuk meninjau kembali tarif yang dikenakan pada impor wine Australia. Hal ini mendorong Canberra untuk menangguhkan perselisihan yang diajukannya terhadap Beijing ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). 

"Kami menyambut baik kesepakatan China untuk melakukan peninjauan yang dipercepat terhadap tugas-tugasnya," kata Albanese dalam siaran persnya pada Minggu (22/10/2023), seraya menambahkan bahwa proses ini diperkirakan akan memakan waktu lima bulan, dikutip dari Kyodo News.

Sebelumnya, China menerapkan bea masuk hingga 218 persen untuk sebagian besar wine Australia. Imbasnya, terpuruknya perdagangan di pasar ekspor paling berharga bagi para industri wine di negara tersebut.

1. PM Australia berencana kunjungi China bulan depan

Albanese mencatat, pembukaan kembali pasar wine dengan Beijing akan bernilai lebih dari 1 miliar dolar Australia (sekitar Rp10 triliun) bagi eksportir. Ini merupakan upaya yang diambil Albanese dalam pemerintahannya sejak menjabat pada 2022, guna memperbaiki hubungan bilateral yang memburuk di bawah pendahulunya, PM Scott Morrison.

Albanese juga mengumumkan bahwa dia akan bertolak ke Negeri Tirai Bambu pada 4-7 November. Dijadwalkan, dia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan PM Li Qiang, sebagai tanda peningkatan hubungan bilateral. Lawatannya tersebut akan menjadi kunjungan pertama pemimpin Australia ke negara tersebut sejak 2016.

"Saya menantikan kunjungan ke China, sebuah langkah penting untuk memastikan hubungan yang stabil dan produktif," ungkapnya.

Albanese akan berkunjung ke Beijing dan Shanghai. Disana, para pemimpin akan membahas kerja sama di berbagai bidang, yang mencakup hubungan ekonomi, perubahan iklim, dan hubungan antarmasyarakat, Reuters melaporkan.

2. China-Australia akan saling kerja sama memajukan ekonomi bilateral

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) saat bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia (15/11/2022). (twitter.com/AlboMP)

Sementara itu, juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa kedua negara telah melakukan konsultasi persahabatan dan mencapai konsensus. Dia menambahkan, Beijing-Canberra merupakan mitra dagang penting bagi satu sama lain.

China bersedia bekerja sama dengan Negeri Kanguru untuk bersama-sama mendorong perkembangan hubungan ekonomi, serta perdagangan bilateral yang stabil dan sehat melalui dialog dan konsultasi, dikutip dari NHK News.

3. Beijing telah mencabut pembatasan pada batu bara dan jelai Australia

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Sejauh ini, Beijing telah mencabut pembatasan impor batu bara, serta jelai Australia yang sempat dikenakan tarif impor lebih dari 80 persen dan berdampak pada perdagangan miliaran dolar.

Menurut pemerintah Australia, China adalah mitra dagang terbesarnya, yang jumlahnya hampir sepertiga dari total perdagangannya.

Pada 2020, China menjatuhkan sanksi terhadap komoditas Australia, seperti wine, jelai, dan batu bara. Ini diakibatkan karena memburuknya hubungan bilateral kedua negara saat itu. 

Serangkaian konflik tersebut meliputi, masalah hak asasi manusia China, seruan Canberra untuk melakukan penyelidikan independen terhadap asal mula pandemik COVID-19, yang saat itu pertama kali terdeteksi di Wuhan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us